Muawiyah bin Yazid (bahasa Arab: معاوية بن يزيد, translit. Muāwiyah bin Yazīd; ca 664–684) atau Muawiyah II adalah khalifah yang menggantikan ayahnya Yazid bin Muawiyah sebagai khalifah Umayyah ketiga dan khalifah terakhir dari cabang Sufyani, sebutan untuk keturunan Abu Sufyan bin Harb. Dia berkuasa pada masa yang singkat pada tahun 683 sampai 684 (64 H) sebelum dia meninggal.[1]
Muawiyah bin Yazid معاوية بن يزيد | |
---|---|
Khalifah Kekhalifahan Umayyah ke-3 | |
Berkuasa | 683–684 M |
Pendahulu | Yazid bin Muawiyah |
Penerus | Marwan bin al-Hakam |
Kelahiran | ca 664 M |
Kematian | ca 684 M |
Wangsa | Umayyah (Sufyani) |
Ayah | Yazid bin Muawiyah |
Agama | Islam |
Masa muda
Muawiyah adalah putra dari Yazid bin Muawiyah dan seorang ibu yang tidak diketahui dari Banu Kalb. Jati dirinya kerap dikelirukan dengan Fakhitah binti Abi Hasyim, ibu dari saudara tiri Muawiyah, Khalid bin Yazid.[1]
Masa kekuasaan
Muawiyah menjadi khalifah sepeninggal ayahnya, Yazid bin Muawiyah, mangkat pada tahun 683. Sebagaimana yang dilakukan Muawiyah bin Abu Sufyan, Yazid juga mengumpulkan baiat pada Muawiyah bin Yazid saat Yazid masih hidup. Muawiyah bin Yazid naik tahta saat masih muda, berusia antara 17 sampai 23 tahun. Dia didukung oleh Bani Kalb, tetapi statusnya sebagai khalifah tersaingi oleh 'Abdullah bin Zubair yang juga menyatakan dirinya sebagai khalifah dari pusat kekuasaannya di Hijaz.[1]
Muawiyah lebih sering menghabiskan waktu di istana lantaran kesehatannya yang buruk, sehingga urusan pemerintahan diwakilkan oleh salah seorang penasihatnya yang juga menjabat sebagai Gubernur Damaskus, Adh-Dhahhak bin Qais al-Fihri.[1] Muawiyah sendiri lebih tertarik untuk urusan agama daripada menangani masalah di pemerintahan.
Akhir kekuasaan dan mangkat
Terdapat perbedaan pendapat mengenai akhir kekuasaannya atau meninggalnya. Sebagian menyatakan bahwa dirinya turun tahta dan meninggal beberapa waktu setelahnya. Penyakit kuning dan pes ditengarai sebagai penyebab kematiannya. Muawiyah tidak meninggalkan anak dan tidak memilih penerus,[2] sehingga kekuatan Umayyah sempat padam sehingga upaya perlawanan terhadap 'Abdullah bin Zubair terhenti. Beberapa daerah seperti kawasan Iraq dan Iran juga kemudian menyatakan kesetiaan pada 'Abdullah bin Zubair. Syria yang menjadi pusat kekuatan Umayyah sendiri terpecah dan sebagian gubernur dan tokohnya beralih memihak 'Abdullah bin Zubair, di antaranya adalah Adh-Dhahhak bin Qais. Sementara pengaruh Umayyah memudar, 'Abdullah bin Zubair mendapat dukungan dari kawasan Hijaz, Iraq, Iran, dan Mesir. Hal ini berlanjut sampai Marwan bin al-Hakam dilantik sebagai khalifah.[1]
Keluarga
Orangtua dan moyang
Ayah — Yazid. Khalifah yang berkuasa pada tahun 680–683.
- Kakek — Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Khalifah yang berkuasa pada 661–680.
- Nenek — Maysun binti Bahdal. Seorang Kristen Ortodoks Syria dari Bani Kalb.
Ibu — seorang wanita dari Bani Kalb. Jati dirinya kerap dikelirukan dengan Fakhitah binti Hasyim, istri Yazid yang juga berasal dari Bani Kalb.
Saudara
- Khalid. Sempat diajukan menjadi khalifah sepeninggal Mu'awiyah bin Yazid, tetapi tidak mendapat banyak dukungan lantaran usianya yang masih belia. Menaruh perhatian dalam masalah ilmu kimia.
- 'Atikah. Seorang ulama dan ahli dalam ilmu periwayatan hadits. Menikah dengan Khalifah 'Abdul Malik bin Marwan.
Rujukan
Wikiwand in your browser!
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.