Loading AI tools
seorang sastrawan dan wartawan Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Mochtar Lubis (7 Maret 1922 – 2 Juli 2004 ) adalah seorang jurnalis dan novelis Indonesia yang turut mendirikan Indonesia Raya dan majalah sastra bulanan Horison.[1] Novelnya yang berjudul Senja di Jakarta merupakan novel Indonesia pertama yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Dia adalah seorang kritikus Soekarno dan dipenjarakan olehnya, serta oleh Soeharto pada beberapa kesempatan berikutnya. Dia memiliki pandangan anti-Kiri yang kuat dan dipandang oleh para kritikus sebagai bersekutu dengan kekuatan militer dan pro-AS yang menentang kebijakan non-blok Soekarno, sebuah tuduhan yang dibantahnya sendiri.[2]
Mochtar Lubis | |
---|---|
Lahir | Padang, Hindia Belanda | 7 Maret 1922
Meninggal | 2 Juli 2004 82) Jakarta, Indonesia | (umur
Warga negara | Indonesia |
Penghargaan |
|
Penghargaan |
Mochtar Lubis mengawali pendidikannya di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Sungai Penuh, Kerinci pada 1936. Pada 1940, ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Ekonomi Partikelir di Kayutanam yang didirikan oleh S.M. Latif. Mulai saat itu, semangat kemerdekaan mulai muncul di sanubari Mochtar Lubis. Ia kemudian mulai belajar politik, sosial, dan bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Belanda, dan Jerman.
Sejak zaman pendudukan Jepang ia telah dalam lapangan penerangan. Ia turut mendirikan Kantor Berita ANTARA, kemudian mendirikan dan memimpin harian Indonesia Raya yang telah dilarang terbit. Ia mendirikan majalah sastra Horison bersama kawan-kawannya. Pada waktu pemerintahan rezim Soekarno, ia dijebloskan ke dalam penjara hampir sembilan tahun lamanya dan baru dibebaskan pada tahun 1966. Pemikirannya selama di penjara, ia tuangkan dalam buku Catatan Subversif (1980).
Pernah menjadi Presiden Press Foundation of Asia, anggota Dewan Pimpinan International Association for Cultural Freedom (organisasi CIA), dan anggota World Futures Studies Federation.
Novelnya, Jalan Tak Ada Ujung (1952 diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh A.H. John menjadi A Road With No End, London, 1968), mendapat Hadiah Sastra BMKN 1952; cerpennya Musim Gugur menggondol hadiah majalah Kisah tahun 1953; kumpulan cerpennya Perempuan (1956) mendapatkan Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955-1956; novelnya, Harimau! Harimau! (1975), meraih hadiah Yayasan Buku Utama Departeman P & K; dan novelnya Maut dan Cinta (1977) meraih Hadiah Sastra Yayasan Jaya Raya tahun 1979. Selain itu, Mochtar juga menerima Anugerah Sastra Chairil Anwar (1992).
Bersama sejumlah cendekiawan, Ia mendirikan Yayasan Obor Indonesia, sebuah yayasan yang berkontribusi dalam bidang kebudayaan dan pengembangan intelektual melalui penerbitan buku.[3]
Pidato kebudayaannya pada tanggal 6 April 1977 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul Manusia Indonesia. Buku yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia (YOI) ini mendapat pro dan kontra dari masyarakat karena mengungkap stereotipe manusia Indonesia, terutama sifat-sifat negatifnya.
Maut dan Cinta membahas tentang persoalan kepemimpinan negeri di Indonesia yang berlangsung pada masa Mochtar Lubis. Pengisahannya mengarah ke dua tokoh revolusi dan pejuang kemerdekaan dengan watak yang saling berlawanan yaitu Sadeli dan Umar Junus. Sadeli aktif di dalam negeri, sedangkan Umar Junus aktif di luar negeri. Umar Junus dikisahkan sebagai sosok yang suka menggunakan dana revolusi untuk bermain wanita sehingga menyeleweng dari asas revolusi. Sadeli hadir sebagai tokoh yang melawan penyelewengan tersebut. Novel Maut dan Cinta merupakan sebuah kritik atas karakter pemimpin republik dalam masa revolusi.[4]
Mochtar Lubis memberikan pesan dalam novel-novel buatannya bahwa watak dan karakter pemimpin merupakan sumber kegelisahan.[5]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.