Loading AI tools
Mantan pembalap mobil profesional asal Finlandia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Mika Pauli Häkkinen (bahasa Finlandia: [ˈmikɑ ˈhækːinen] ⓘ; lahir 28 September 1968 ) adalah seorang mantan pembalap mobil profesional asal Finlandia. Dijuluki sebagai The Flying Finn, Häkkinen pernah membalap di ajang Formula Satu (F1) pada musim 1991 sampai 2001. Selama kurun waktu tersebut, ia berhasil memenangkan 20 perlombaan Grand Prix dan dua kali menjadi juara dunia, yaitu pada musim 1998 dan 1999 bersama tim McLaren. Häkkinen menjadi satu dari tiga pembalap F1 asal Finlandia yang berhasil memenangkan gelar, serta menjadi pembalap Finlandia satu-satunya yang memenangkan gelar juara dunia lebih dari satu kali. Setelah pensiun dari kegiatan membalap, Häkkinen beralih profesi dengan menjadi manajer pembalap dan juga menjadi duta untuk beberapa perusahaan.
Mika Häkkinen | |
---|---|
Lahir | 28 September 1968 |
Karier Kejuaraan Dunia Formula Satu | |
Kebangsaan | Finlandia |
Tahun aktif | 1991–2001 |
Tim | Lotus, McLaren |
Jumlah lomba | 165 (161 start) |
Juara Dunia | 2 (1998, 1999) |
Menang | 20 |
Podium | 51 |
Total poin | 420 |
Posisi pole | 26 |
Lap tercepat | 25 |
Lomba pertama | Grand Prix Amerika Serikat 1991 |
Menang pertama | Grand Prix Eropa 1997 |
Menang terakhir | Grand Prix Amerika Serikat 2001 |
Lomba terakhir | Grand Prix Jepang 2001 |
Häkkinen memulai kariernya di gokar pada usia lima tahun dan meraih kesuksesan dengan memenangkan kejuaraan gokar regional dan nasional. Ia selanjutnya beralih ke berkembang ke balap mobil, dengan memasuki ajang Formula Ford dan Formula Tiga di Italia dan Inggris Raya. Setelah sukses di seri tersebut, Häkkinen masuk ke ajang F1 pada musim 1991 dengan bergabung bersama Team Lotus. Ia bertahan disana sampai akhir musim 1992. Pada musim 1993, Häkkinen menjadi pembalap penguji untuk tim McLaren. Ia dipromosikan ke kursi utama tim mulai Grand Prix F1 Portugal 1993, sebagai pengganti Michael Andretti yang hengkang.
Setelah menjalani empat musim tanpa kesuksesan yang signifikan, Häkkinen mencetak kemenangan lomba F1 pertamanya pada Grand Prix Eropa 1997. Ia kemudian memenangkan delapan perlombaan pada musim 1998 dan berhasil meraih gelar Kejuaraan Pembalap Dunia di akhir musim. Ia sukses mempertahankan gelarnya di musim 1999 dengan meraih lima kemenangan lomba. Pada musim 2000, ia harus puas finis di posisi kedua klasemen dibawah pembalap Jerman Michael Schumacher. Mendekati akhir musim 2001, Häkkinen memutuskan mengambil cuti sementara dari ajang F1. Selanjutnya di pertengahan musim 2002, ia mengumumkan keputusannya untuk pensiun dari ajang F1.
Häkkinen kembali aktif membalap pada tahun 2005, kali ini ia turun di ajang Deutsche Tourenwagen Masters (DTM). Di ajang ini, ia berhasil memenangkan tiga perlombaan selama kurun waktu 2005 sampai 2007. Ia kemudian mengumumkan pensiun penun dari kegiatan membalap aktir di akhir tahun 2007, dan kemudian beralih profesi menjadi manajer untuk beberapa pembalap bersamaan dengan menjadi duta produk untuk Johnnie Walker dan Mercedes-Benz AMG.
Mika Häkkinen terlahir dari keluarga sederhana di Finlandia. Ayahnya, Harry, adalah seorang penyiar radio lokal setempat. Saat kecil, Hakkinen bersama dengan Mika Salo tinggal di kawasan jalan yang sama. Bahkan, keduanya kemudian menjadi sahabat yang erat.
Harry lantas mencoba untuk memperlihatkan tempat kerjanya pada Häkkinen pada usia 8 tahun, yaitu sebuah studio radio yang berada tidak jauh dari rumahnya. Namun, Mika malah lebih tertarik pada raungan gokart yang berada dua ratus meter dari studio radio tersebut. Harry lantas tersadar bahwa anaknya tersebut ingin mencoba ajang gokart. Ia lantas membuatkan Mika sebuah gokart sederhana. Namun, Mika tidak puas, Mika akhirnya harus bersabar hingga ia berusia 10 tahun saat akhirnya ayahnya mampu membelikan ia gokart yang sesungguhnya.
Di luar hal itu, sewaktu Mika masih SMP, Mika juga turut aktif di sebuah pertunjukan seni akrobat. Sejak masuk usia SMP, Mika memang gemar bermain senam akrobatik, hingga kemudian ia bergabung dengan sebuah teater seni akrobat di Helsinki. Mika lantas sempat bimbang apakah ia akan menjadi pemain senam akrobatik atau pembalap. Akhirnya setelah memikirkannya, Mika Häkkinen memutuskan untuk menjadi pembalap saja. Kebetulan saat itu, di Finlandia, nama Keke Rosberg sedang popular, menyusul keberhasilannya menjadi juara dunia F1 yang pertama asal Finlandia.
Mika Häkkinen menikah dengan Erja, seorang mantan presenter TV asal Finlandia pada tanggal 30 Juni 1998. Mereka berdua pertama kali bertemu saat Mika sedang melaksanakan kegiatan PR tim McLaren pada tahun 1996. Pasangan ini kemudian dianugerahi seorang putra bernama Hugo, yang lahir pada tahun 2001.
Keluarga Mika kemudian memilih untuk tinggal di Monako. Selain di Monako, keluarga ini juga mempunyai sebuah apartemen di Helsinki, dan sebuah rumah pribadi di daerah Utti, pedalaman Finlandia. Alasan Mika memilih untuk membeli rumah di kawasan pedalaman adalah agar keluarganya terlindungi dari kejaran paparazzi. Sebelumnya, Mika Häkkinen juga sempat memiliki sebuah villa di Spanyol, tetapi karena kurang begitu terawat, villa ini kemudian dijual pada pertengahan tahun 2001.
Hobi Mika di kala ia senggang adalah mengendarai motor besar. Di flat-nya di Monako, ia memiliki sebuah sepeda motor MV Augusta. Selain itu, Mika juga ternyata adalah seorang pecinta binatang. Sejak kecil ia hobi memelihara kura-kura. Bahkan ia juga sempat memberi seekor kura-kura kepada rival sekaligus sahabatnya, yaitu Michael Schumacher, sebagai hadiah kenang-kenangan pada saat Mika memutuskan mundur dari F1 di akhir tahun 2001.
Mika juga terkenal sebagai ahli pembuat minuman cocktail. Ia gemar membuat minuman tersebut saat ia pulang ke Finlandia. Bahkan ia juga sempat iseng mengerjai Michael Schumacher dengan cocktail favoritnya yang kemudian diberi banyak vodka pada acara perayaan perpisahan RTL untuk Schumi.
Selain Mika Salo, seperti yang sudah dijelaskan di awal, Mika Häkkinen juga memiliki beberapa sahabat dekat. Johnny Herbert, yang pernah menjadi teammate-nya di tim Lotus, merupakan salah satu sahabat dekat Mika. Yang dikenang oleh Mika dari Herbert adalah pada saat mereka berdua tidur bersama berbagi kamar di sebuah motel, di mana Mika dibuat terbengong-bengong oleh ulah Herbert yang memutuskan untuk tidur dengan kondisi bugil.
Sahabat Mika yang lain adalah Ron Dennis. Mika menganggap, tanpa bantuan Ron Dennis, ia tidak akan bisa menjadi juara dunia F1. Selain Dennis, David Coulthard juga menjadi teman Mika selama enam musim, ketika mereka menjadi rekan setim di tim McLaren dari musim 1996 hingga akhir musim 2001. Coulthard bahkan sempat memberikan Mika dua kali kemenangan, yaitu di Jerez 1997 dan di Australia 1998. Sayangnya, sampai akhir kariernya, Mika sama sekali belum pernah membalas kebaikan hati DC.
Namun, tentu saja, teman Mika yang paling utama adalah rivalnya sendiri, yaitu Michael Schumacher. Mika telah berkenalan dengan Schumi sejak Formula 3 Makau 1990. Dan Schumi pun menganggap bahwa Mika adalah lawan terbaik yang pernah ia hadapi pada saat mereka berdua bertarung memperebutkan gelar juara dunia di akhir dasawarsa 1990-an.
Mika memulai karier di ajang gokart pada usia 9 tahun. Ia lantas bertahan di ajang tersebut sampai dengan tahun 1986, dan menghasilkan beberapa kali gelar juara nasional Finlandia. Tahun 1987, ia lantas pindah ke ajang Formula Ford Scandinavia, dan mencetak kemenangan gemilang di Finlandia, Swedia, dan Norwegia. Di ajang ini, ia kemudian bertemu dengan Mika Salo, dan menjadi rival sekaligus teman.
Tahun 1988, ia pindah ke ajang GM Opel Lotus dan bergabung bersama dengan tim Dragon, dan langsung mencetak kemenangan di musim perdananya. Musim 1989, ia pindah ke ajang F3 Inggris dan bergabung bersama dengan tim Dragon Toyota. Musim 1990, ia masih turun di ajang ini, tetapi kali ini ia bergabung bersama dengan tim West Surrey Racing, dan hasilnya di akhir musim ia keluar sebagai juara. Mendekati akhir tahun ia masuk ke Formula 3 Makau. Di ssini, a bertemu dengan sahabat sekaligus calon rivalnya, yaitu Michael Schumacher. Saat balapan berlangsung, secara tidak sengaja Schumi menggiring Mika ke dinding, hingga akhirnya Mika mengalami kecelakaan. Schumi lantas menang di balapan tersebut. Mika Häkkinen pun sama sekali tidak marah pada saat ia digiring oleh Schumi ke dinding. Ia lantas menyebut bahwa insiden itu adalah insiden balapan biasa.
Pada awal tahun 1991, Mika ditawari kontrak F1 oleh Guy Edwards, pemilik tim Lotus. Debutnya di ajang F1 di mulai di Grand Prix Amerika Serikat di Phoenix tahun tersebut. Selama sepanjang musim, Mika berhasil mencetak dua poin dan kemudian duduk di P15 klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap.
Tahun 1992, Mika masih bertahan bersama dengan tim Lotus. Edwards kemudian berhasil menarik pabrikan Ford untuk memasok mesin bagi tim Lotus, dan Johnny Herbert yang baru saja ditendang dari tim Benetton. Momen terbaik Mika adalah pada saat ia balapan di Grand Prix Hungaria. Ia start dari barisan belakang, tetapi pada saat balapan, ia bisa naik ke P4, dengan di bantu kecelakaan yang menimpa rival-rivalnya.
Pada tahun itu juga, Mika sempat turun di ajang Porsche Super Cup, dalam satu balapan saja, yaitu di Monako. Di ajang F1, Mika berhasil meraih 11 poin, dan finis di P8 klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap.
Pada awal tahun 1993, dengan tim Lotus yang terkena kesulitan keuangan, akhirnya membuat Mika pindah sebagai pembalap tes di tim McLaren. Namun, ia mendapatkan durian runtuh, pada saat Michael Andretti memutuskan mundur dari tim McLaren saat balapan musim tinggal tersisa tiga seri lagi. Ia lantas berpasangan dengan Ayrton Senna. Balapan pertamanya adalah di Grand Prix Jepang. Secara luar biasa, Häkkinen mampu finish di P3. Sementara rekan setimnya harus bermasalah dengan debutan bernama Eddie Irvine. Mika lantas finish di P15 klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap dengan raihan 4 poin.
Pada tahun 1994, Mika mendapatkan status sebagai pembalap utama di tim McLaren, menyusul hengkangnya Ayrton Senna ke tim Williams, dan kemudian tewas secara tragis di Imola. Dengan performa mesin Peugeot yang terbilang biasa-biasa saja, Mika mampu membukukan satu kali posisi ke dua di Grand Prix Belgia, dan kemudian peringkat ke tiga di San Marino, Inggris, Italia, Portugis, dan Jerez.
Baris terdepan ia dapatkan di Grand Prix Monako 1994, saat ia start kedua di samping Michael Schumacher. Sayang, ia gagal mempertahankan posisinya sampai dengan akhir balapan. Momen unik terjadi saat Grand Prix Jerman 1994, di mana ia memperagakan maneuver berbahaya pada saat menyalip lawannya, dan sebagai akibatnya, ia harus kena skors satu balapan dari FIA. Dan posisinya kemudian digantikan oleh pembalap asal Prancis, yaitu Phillipe Alliot, untuk satu balapan saja. Di akhir musim, Mika finish di peringkat ke-4 klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap dengan raihan 25 poin.
Pada tahun 1995, tim McLaren berhasil mendapatkan pasokan mesin dari Mercedes-Benz. Mika nyaris saja menjadi almarhum ketika ia mengalami kecelakaan hebat di Adelaide, saat berlangsungnya Grand Prix Australia. Mobil McLaren yang dikemudikan oleh Mika mengalami ban kempis tanpa terasa, dan akhirnya membuat ia menabrak dinding. Beruntung, ia tidak mengalami cedera serius, kecuali gegar otak ringan. Di akhir musim, Mika finish di peringkat ke-7 klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap dengan raihan 17 poin.
Pada tahun 1996, Mika mendapatkan teman setim baru, yaitu bekas pembalap Williams, David Coulthard. Sepanjang musim, duet ini tampil mengesankan. Walaupun di Grand Prix Portugal, hubungan antara keduanya nyaris saja berakhir ketika Mika secara tidak sengaja menyeruduk ekor mobil DC. Meskipun begitu, Mika berhasil membukukan empat kali finish ketiga, yaitu di Grand Prix Inggris, Belgia, Italia, dan Jepang. Mika finish di posisi ke-5 klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap dengan raihan 31 poin.
Memasuki musim 1997, tim McLaren mendapatkan sponsor baru, yaitu pabrikan rokok Imperial Tobacco dengan merek dagangnya, yaitu West. David Coulthard secara mengejutkan berhasil menang di Grand Prix Australia, di mana Mika sendiri hanya berhasil duduk di P3. Posisi yang sama ia juga dapatkan di Grand Prix Jerman, di belakang Gerhard Berger dan Michael Schumacher.
Grand Prix Eropa di Jerez menjadi titik balik karier Mika di ajang F1. Diawali dengan insiden antara Jacques Villeneuve dan Michael Schumacher, yang menyebabkan tersingkir dan di-DQ-nya Schumi dari klasemen Kejuaraan Dunia pembalap, Villeneuve kemudian melambat, dan memberikan jalan bagi dua McLaren, di mana Coulthard memimpin. Lantas Ron Dennis kemudian memerintahkan DC melambat, dan ia menurutinya. Mika akhirnya memimpin dan kemudian berhasil meraih kemenangan pertamanya di ajang F1. Mika lantas finish di posisi ke-6 klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap dengan raihan 27 poin.
Pada tahun 1998, dengan masuknya Adrian Newey, membuat penampilan tim McLaren menjadi semakin bagus. Di Grand Prix Australia, Mika mendapatkan posisi pole dan memimpin. Sayang, ia salah mendengar radio komunikasi, dan kemudian masuk ke dalam pit, membuat DC memimpin. Menjelang finish, secara mengejutkan DC melambat dan membuat Mika berhasil menang. Sepanjang musim 1998, Mika berhasil memenangi balapan di Grand Prix Australia, Brasil, Spanyol, Monako, Austria, Jerman, Luksemburg, dan Jepang. Ia juga berhasil menjadi runner-up di Grand Prix Argentina dan Jepang. Di akhir musim, Mika berhasil menjadi juara dunia untuk kali pertama dengan raihan 100 poin.
Pada tahun 1999, Mika mencoba untuk mempertahankan gelar juara dunianya. Dengan lawan-lawan yang tangguh dari Eddie Irvine dan Heinz-Harald Frentzen. Sebelumnya, salah satu rival Mika, yaitu Michael Schumacher, mengalami patah kaki di Grand Prix Inggris di Sirkuit Silverstone, dan membuatnya harus rela keluar dari persaingan gelar juara dunia pada musim itu. Pada tahun itu, Mika berhasil menang di Grand Prix Brasil, Spanyol, Kanada, Hungaria, dan Jepang. Serta finish di posisi runner-up di Prancis dan Belgia. Momen unik terjadi pada saat ia salah mengover gigi di Monza, dan menyebabkan ia harus rela tersingkir dari lomba. Mika kemudian menangis di sisi trek, dan mengakibatkan ia ditangkap oleh pihak kepolisian lokal karena dianggap mengganggu keamanan balapan. Di akhir musim, Mika kembali keluar sebagai juara dunia dengan total poin 76 pts.
Pada tahun 2000, Mika merasa optimis bahwa ia bisa meraih hattrick gelar juara dunia F1. Meskipun gagal di awal, Mika berhasil membalas kegagalannya dengan menang di Grand Prix Spanyol, Austria, Hungaria, dan Belgia, di mana di Belgia, ia sempat menunjukan atraksi hebatnya saat menyalip Michael Schumacher dengan berani. Namun, kegagalan mesin di Grand Prix Amerika Serikat di Indianapolis memupus harapan Mika untuk meraih hattrick juara dunia. Gelar juara dunia tahun 2000 kemudian berhasil diambil alih oleh Michael Schumacher. Mika harus puas di posisi runner-up dengan 89 poin.
Musim 2001 adalah musim terburuk Mika. Nyaris sama seperti musim 1995, ia kembali mengalami kecelakaan hebat di Grand Prix Australia. Kemudian, di Grand Prix Brasil, ia mengalami kegagalan elektrik yang menyebabkannya gagal start. Masalah yang sama ia alami di Grand Prix Austria. Mika baru bisa menang di Inggris. Kemudian, di Grand Prix Italia di Monza, Mika secara resmi mengumumkan untuk sabbatical dulu dari ajang F1, dan posisinya akan digantikan oleh Kimi Räikkönen. Kemenangan terakhir Mika diraih di Grand Prix Amerika Serikat di Indianapolis. Mika finish di peringkat ke-5 klasemen akhir Kejuaraan Dunia pembalap dengan 37 poin.
Memasuki tahun 2002, Mika Häkkinen kemudian berpisah dengan manajernya, yaitu Keke Rosberg, dan hal ini semakin memperjelas bahwa Mika tidak akan kembali lagi ke ajang F1 di musim 2003.
Setelah memutuskan tidak akan kembali lagi ke ajang F1, Mika Häkkinen lantas mengumumkan bahwa dirinya akan turun di ajang Artic Rally pada awal musim 2003. Ia lantas turun dengan mobil Mitsubishi Lancer Evolution, dan berhasil finish di peringkat ke-17. Walaupun terbilang sukses, tetapi Mika masih enggan untuk berkomentar bahwa ia akan pindah ke ajang WRC.
Musim 2004, Mika diajak oleh Mercedes-Benz untuk kembali turun balapan. Namun, kali ini, bukan di ajang F1, melainkan di ajang DTM. Ia terbilang cukup sukses di ajang DTM, walaupun dirinya belum pernah menjadi juara umum. Kemenangan perdananya berhasil ia raih di Hockenheimring, Hockenheim, Jerman. Di ajang DTM, Mika kembali bertarung melawan mantan rival-rivalnya di ajang F1, seperti Jean Alesi.
Pada bulan September 2004, Mika Häkkinen sempat santer diberitakan akan kembali lagi ke ajang F1. Namun, kali ini, bukan bergabung bersama dengan tim McLaren, melainkan bergabung bersama dengan tim B.A.R.-Honda atau Williams. Akan tetapi, walaupun Mika sebenarnya sudah bernegosiasi dengan tim Williams, namun ia memutuskan untuk tetap pada pendiriannya, yaitu tidak akan kembali lagi ke ajang F1. Selain tim B.A.R. dan Williams, tim Ferrari juga sempat tertarik pada Mika, sebagai salah satu kandidat untuk menggantikan posisi Michael Schumacher.
Pada bulan November 2006, Mika kembali lagi ke ajang F1 untuk mengetes mobil McLaren. Pada saat itu, sempat terhembus isu bahwa ia akan kembali lagi ke ajang F1 dengan bergabung bersama dengan tim McLaren untuk menemani Fernando Alonso selama musim 2007. Gosip ini akhirnya pudar dengan diumumkannya Lewis Hamilton sebagai partner Fernando di musim 2007.
Debut: Amerika Serikat 1991
Start: 161 kali
Menang: 20 kali
Pole: 26 kali
Total poin: 420 pts
Juara dunia: 2 kali (1998-99)
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.