Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Marguerite dari Provence atau Margaret dari Provence (Forcalquier, musim semi tahun 1221[1] – 21 Desember 1295, Paris) merupakan seorang Ratu Prancis sebagai istri Raja Louis IX dari Prancis.
Marguerite dari Provence | |
---|---|
Permaisuri Prancis | |
Periode | 27 Mei 1234 – 25 Agustus 1270 |
Penobatan | 28 Mei 1234 |
Pasangan | Louis IX dari Prancis |
Keturunan | Isabelle Philippe III Blanche Marguerite Robert dari Clermont Agnès |
Wangsa | Wangsa Barcelona |
Ayah | Ramón Berenguer IV dari Provence |
Ibu | Beatrice dari Savoia (1206-1266) |
Ia merupakan putri sulung Ramón Berenguer IV dari Provence dan Beatrice dari Savoia (1206-1266).
Eyang paternalnya adalah Alfonso II dari Provence, dan Garsende dari Sabran. Eyang maternalnya adalah Tommaso I dari Savoia dan Marguerite dari Jenewa.
Adik-adiknya adalah:
Pada tanggal 27 Mei 1234 di usianya yang ketiga belas, Marguerite menjadi permaisuri Prancis dan istri Louis IX dari Prancis, dengan siapa ia memiliki sembilan orang anak. Ia dimahkotai pada hari berikutnya.
Marguerite, seperti adik-adiknya, terkenal akan kecantikannya, ia konon dinyatakan sebagai "wanita cantik berambut hitam dan memiliki mata yang indah",[2] dan di awal pernikahan mereka ia dan Louis menikmati hubungan yang hangat. Bapa pengakuan dosanya, Guillaume dari Santo Pathus, menyatakan bahwa pada malam-malam yang dingin Marguerite akan memberikan sebuah jubah di atas bahu Louis, ketika suaminya yang religius itu sembahyang. Anekdot lain yang dicatat oleh Santo Pathus adalah Marguerite merasa bahwa pakaian sederhana Louis tidak pantas untuk martabat kerajaan, di mana Louis menjawab bahwa ia akan berpakaian seperti yang diinginkan istrinya, hanya jika istrinya berpakaian seperti yang diinginkannya. Banyak dari apa yang dikatakan tentang Marguerite di dalam sumber tampaknya dimaksudkan untuk tampil dalam keterangan yang jelas, sebagai seorang yang sombong atau tidak sopan, dengan upaya untuk menunjukkan suaminya sebagai raja yang bijaksana dan saleh. Sebaliknya, pembuat riwayat Joinville, yang bukan seorang pastur, melaporkan kejadian-kejadian yang menunjukkan keberanian Marguerite setelah Louis dijadikan tahanan di Mesir: Ia bertindak tegas untuk menjamin pasokan makanan untuk orang Kristen di Damietta, dan pergi sejauh untuk meminta kesatria yang menjaga kamar tidurnya untuk membunuhnya beserta bayinya yang baru lahir jika kota itu jatuh ke tangan orang Arab. Joinville juga menceritakan insiden yang menunjukkan humor Marguerite yang baik, seperti pada satu kesempatan ketika Joinville mengirim beberapa kain bagus dan, ketika ratu tiba dan melihat utusan membawa mereka, ia berlutut dan mengira bahwa utusan tersebut membawakannya relik suci. Ketika ia menyadari kekeliruannya itu, ia tertawa dengan keras dan memerintahkan kepada utusan tersebut, "Katakan pada tuanmu yang jahat itu untuk menunggu, karena ia telah membuatku berlutut dihadapan tandunya!"
Akan tetapi, Joinville juga menyatakan ketidaksetujuannya akan Louis yang jarang menanyakan istri dan anak-anaknya. Pada saat badai yang mengerikan terjadi di atas laut pada saat perjalanan kembali ke Prancis dari Perang Salib, Marguerite memohon Joinville untuk melakukan sesuatu untuk menolongnya; ia memberitahukannya untuk berdoa, dan bersumpah bahwa ketika mereka tiba di Prancis ia akan pergi berziarah dan mempersembahkan sebuah kapal dari emas dengan gambaran raja, ia sendiri dan anak-anaknya atas rasa bersyukurnya telah menyelamatkan mereka dari badai tersebut. Marguerite hanya dapat menjawab bahwa ia tidak berani membuat sumpah seperti itu tanpa izin dari raja, karena ketika ia menemukan bahwa ia telah melakukan hal tersebut, ia tak akan pernah mengizinkannya pergi berziarah. Pada akhirnya, Joinville berjanji padanya jika ia bersumpah maka ia akan pergi berziarah untuknya, dan ketika mereka tiba di Prancis ia melakukan hal tersebut.
Pada tahun-tahun berikutnya Louis menjadi jengkel dengan ambisi Marguerite. Tampaknya di dalam masalah politik atau diplomasi, ia ambisius, namun agak canggung. Seorang utusan Inggris di Paris pada tahun 1250 melaporkan ke Inggris, jelas-jelas dengan jijiknya, bahwa "ratu Prancis membosankan di dalam perkataan dan perbuatannya," dan jelas dari laporan tentang percakapan dengan utusan ratu bahwa ia berusaha untuk menciptakan kesempatan baginya untuk terlibat di dalam urusan negara bahkan jika utusan itu tidak terkesan dengan usahanya. Setelah kematian putra sulungnya Louis pada tahun 1260, Marguerite membujuk putra berikutnya, Philippe, untuk bersumpah bahwa tidak perduli pada usia berapapun ia naik tahta, ia akan tetap tinggal di bawah perwaliannya sampai usia 30 tahun. Ketika Louis mengetahui hal tersebut, ia segera meminta paus untuk membebaskan Philippe dari sumpahnya dengan alasan bahwa ia sendiri tidak berwenang atas hal itu, dan paus segera bertindak, mengakhiri upaya Marguerite untuk membuat dirinya sendiri Blanca dari Kastilia kedua. Marguerite akhirnya gagal untuk memengaruhi keponakannya Edward I dari Inggris untuk menghindari sebuah proyek pernikahan salah satu putrinya yang akan mempromosikan kepentingan dari wilayah asalnya di Provence dari saudara iparnya, Charles dari Anjou, yang menikahi adik bungsunya Béatrice.
Marguerite menemani Louis ke perang salibnya yang pertama dan bertanggung jawab atas negosiasi dan pasokan ketika ia ditangkap. Ia kemudian menjadi wanita satu-satunya yang pernah memimpin di dalam sebuah perang salib dalam waktu yang singkat. Selama periode itu, ketika di Damietta, ia melahirkan putranya Jean Tristan.[3]
Setelah kematian Louis di dalam perang salibnya yang kedua, selama di mana ia menetap di Prancis, ia kembali ke Provence. Ia mengabdikan diri kepada adiknya Ratu Eleanor dari Inggris, dan mereka terus berhubungan sampai kematian Eleanor pada tahun 1291. Marguerite sendiri meninggal empat setengah tahun setelah kematian adiknya, pada tanggal 21 Desember 1295, pada usia 74 tahun. Ia dimakamkan di dekat (bukan di sisi) suaminya di dalam Basilika Santo Denis di luar Paris. Makamnya berada di bawah tangga altar, tidak pernah ditandai dengan sebuah monumen, jadi lokasinya tidak diketahui; mungkin karena alasan inilah makam itu adalah satu-satunya makam kerajaan di Basilika yang tidak digeledah selama Revolusi Prancis, dan mungkin sampai sekarang masih utuh.
Marguerite hidup lebih lama dari delapan anak dari sebelas keturunan yang dimilikinya; hanya Blanche, Agnès dan Robert yang hidup lebih lama dari ibu mereka.
Dengan Louis IX dari Prancis:
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.