Kucha

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Kuchamap

Kucha atau Kuche (juga: Kuçar, Kuchar; bahasa Uighur: كۇچار, Hanzi sederhana: 龟兹; Hanzi tradisional: 龜茲; Pinyin: Qiūcí; juga diromanisasikan sebagai Qiuzi, Qiuci, Chiu-tzu, Kiu-che, Kuei-tzu dari Hanzi: 屈支 屈茨; 龜玆; 龟兹, 丘玆; Sanskerta: Kucina[1]) adalah sebuah kerajaan Buddha kuno yang terletak di cabang Jalur Sutra yang berada di sepanjang bagian utara Gurun Taklamakan di Cekungan Tarim dan selatan Sungai Muzat.

Thumb
Letak Kucha di Xinjiang dengan kabupaten Kucha diwarnai merah muda, dan prefektur Aksu diwarnai kuning.

Wilayahnya sekarang berada di Prefektur Aksu, Xinjiang, China; Kota Kuqa sendiri menjadi kursi kabupaten dari Kabupaten Kuqa yang berada di prefektur tersebut. Penduduknya berjumlah 74,632 orang pada 1990.

Sejarah

Thumb
Cakungan Tarim pada abad ke-3

Menurut Kitab Han, Kucha adalah kerajaan terbesar dari 'Tiga Puluh Emas Kerajaan di Wilayah Barat', dengan penduduk sejumlah 81,317 orang, termasuk 21,076 orang yang ditandai lengannya.[2]

Penyelidikan arkeologi

Terdapat beberapa situs arkeologi signifikan di wilayah tersebut yang diselidiki oleh ekspedisi German Turfan Ketiga (1905–1907 – yang dipimpin oleh Albert Grünwedel) dan Keempat (1913–1914 – yang dipimpin oleh Albert von Le Coq).[3][4]

Kucha dan Agama Buddha

Ringkasan
Perspektif
Thumb
Patung dada dari seorang bodhisatwa dari Kucha, abad ke 6-7. Museum Guimet.

Tempat tersebut adalah sebuah pusat agama Buddha berpengaruh dari Zaman Kuno sampai Abad Pertengahan. Agama Buddha diperkenalkan di Kucha sebelum akhir abad ke-1, dan pada abad ke-3 kerajaan tersebut menjadi pusat utama agama Buddha, utamanya adalah aliran Sarwastiwada dari cabang Sthawira atau Śrāwakayāna, namun kemudian juga Mahayana pada zaman Uighur. (Dalam hal ini, tempat tersebut berbeda dengan Khotan, sebuah kerajaan yang didominasi Mahāyāna di sisi selatan gurun tersebut.)

Menurut Kitab Jin, pada abad ketiga terdapat sekitar seribu stupa dan kuil Buddha di Kucha. Pada waktu itu, para biksu Kucha mulai berkunjung ke China. Pada abad keempat, perkembangan agama Buddha berlanjut di kerajaan tersebut. Istananya dikatakan menyediakan sebuah biara Buddha, menyimpan patung-patung Buddha yang terbuat dari batu yang diukirm, dan sejumlah biara di sekitar kota tersebut.

Kucha dikenal sebagai tempat tinggal dari biksu penerjemah abad kelima Kumārajīwa (344-413).

Biara

  • Ta-mu yang memiliki 170 biksu
  • Che-hu-li di Po-shan (Tionghoa 白山?; pinyin: bai shan?), sebuah bukit di utara kota tersebut, memiliki 50 atau 60 biksu.
  • Biara lainnya, yang didirikan oleh raja Wen-Su (Uch-Turpan) memiliki 70 biksu.

Kesusteran

Terdapat dua kesusteran di A-li (Avanyaka):

  • Liun-jo-kan: 50 biksuni
  • A-li-po: 30 biksuni

Kesusteran lainnya, Tsio-li, yang berukuran 40 li yang berada di bagian utara Kucha dan dikenal sebagai tempat dimana ibu Kumārajīwa, Jīwa, pensiun.

Biksu

Po-Yen

Seorang biksu dari keluarga kerajaan yang dikenal dengan sebutan Po-Yen yang berkunjung ke ibu kota Tiongkok, Luoyang, dari 256-260 Masehi. Ia menerjemahkan enam teks Buddha ke dalam bahasa Tionghoa pada tahun 258 di Kuil Kuda Putih yang terkenal di China, termasuk Sutra Kehidupan Tanpa Batas, sebuah sutra berpengaruh dalam Buddha Tanah Murni.

Po-Śrīmitra

Po-Śrīmitra adalah biksu Kucha lainnya yang berkunjung ke China dari 307-312 dan menerjemahkan tiga teks Buddha.

Po-Yen

Seorang biksu Buddha Kucha kedua yang juga dikenal dengan sebutan Po-Yen yang juga datang ke Liangzhou (sekarang Wuwei, Gansu, China) dan dikatakan sangat berpengaruh, meskipun tidak diketahui apakah ia pernah menerjemahkan suatu teks.

Wilayah tetangga

Kerajaan tersebut bertetangga dengan Aksu yang kemudian berganti nama menjadi Kashgar di bagian barat, dan Karasahr yang kemudian berganti nama menjadi Turpan di bagian timur. Di sepanjang gurun Taklamakan bagian selatan adalah Khotan.

Garis waktu

  • 630: Xuanzang mengunjungi kerajaan tersebut.

Sumber

Lihat pula

Catatan kaki

Referensi

Pranala luar

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.