Loading AI tools
masjid di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Masjid Istiqlal (bahasa Arab: مسجد الاستقلال, "Masjid Kemerdekaan") adalah sebuah masjid nasional yang berada di kota Jakarta Pusat, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia. Masjid ini menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dan masjid terbesar keenam di dunia dalam hal kapasitas jamaah.[10] Dibangun untuk memperingati kemerdekaan Indonesia, masjid nasional Indonesia ini diberi nama "Istiqlal", kata bahasa Arab untuk "kemerdekaan". Masjid ini dibuka untuk umum pada tanggal 22 Februari 1978. Di dalam Jakarta, masjid ini terletak di sebelah Istana Merdeka dan Gereja Katedral Jakarta (Katolik) dan juga Gereja Immanuel (Reformed).[11][12][13]
Masjid Istiqlal مسجد الاستقلال | |
---|---|
Koordinat: 6°10′11″S 106°49′51″E
Koordinat: 6°10′11″S 106°49′51″E
| |
Agama | |
Afiliasi | Islam – Sunni[1][2][2][3][4] |
Provinsi | Daerah Khusus Ibukota Jakarta |
Lokasi | |
Lokasi | Jakarta Pusat |
Negara | Indonesia |
Arsitektur | |
Arsitek | Friedrich Silaban |
Tipe | Masjid |
Gaya arsitektur | |
Didirikan | 1978[a] |
Peletakan batu pertama | 24 Agustus 1961[6] |
Rampung | 12 Februari 1978[7] |
Spesifikasi | |
Kapasitas | 200,000 jemaah |
Kubah | 2 |
Diameter luar kubah | 45 m (148 ft) |
Menara | 1 |
Situs web | |
www |
Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Soekarno dan peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan masjid ini juga dilakukan oleh Soekarno–presiden pertama Indonesia–pada tanggal 24 Agustus 1961. Kemudian proyek masjid ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban, anak dari pendeta Lutheran yang berasal dari Huria Kristen Batak Protestan. Desain masjid ini mengusungkan tema "Ketuhanan".[14]
Masjid ini memiliki gaya arsitektur formalisme baru dan internasional; dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Bangunan utama itu dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Minaret tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari 200.000 Jemaah.[15]
Masjid ini dulunya merupakan lokasi Taman Wilhelmina dan benteng abad ke-19 yaitu Benteng Prins Frederik.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tahun 1945, gagasan membangun masjid nasional Indonesia dilontarkan oleh Wahid Hasyim, menteri agama pertama Indonesia,[16] dan Anwar Cokroaminoto, yang kemudian diangkat sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Panitia pembangunan Masjid Istiqlal yang dipimpin oleh Cokroaminoto didirikan pada tahun 1953. Dia mengusulkan masjid nasional kepada Presiden Indonesia saat itu–Soekarno–yang menyambut baik gagasan tersebut dan kemudian membantu mengawasi pembangunan masjid tersebut. Pada tahun 1954 panitia mengangkat Soekarno kepala teknis pengawas.[17]
Beberapa lokasi diusulkan; Mohammad Hatta–Wakil Presiden Indonesia saat itu–menyarankan agar masjid dibangun di dekat pemukiman penduduk di Jalan Thamrin, di sebidang tanah di mana Hotel Indonesia berdiri saat ini.[18] Namun, Soekarno menegaskan bahwa masjid nasional harus terletak di dekat alun-alun terpenting negara, di dekat Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan tradisi Jawa bahwa Kraton dan Masjid Agung harus terletak di sekitar alun-alun, yang artinya harus dekat dengan Lapangan Merdeka.[19]
Soekarno juga mendesak agar masjid nasional dibangun di dekat Gereja Katedral Jakarta dan Gereja Immanuel, untuk melambangkan kerukunan dan toleransi beragama seperti yang digalakkan dalam Pancasila.[20] Kemudian diputuskan masjid nasional akan dibangun di area Taman Wijaya Kusuma (sebelumnya Taman Wilhelmina), di depan Gereja Katedral Jakarta. Untuk memberi jalan bagi masjid, Benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837 dihancurkan.[21][22]
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961;[23][24] pembangunan memakan waktu 17 tahun, dan kemudian diresmikan oleh presiden Soeharto sebagai masjid nasional pada tanggal 22 Februari 1978.[23][25] Hingga tahun 2013 itu adalah masjid terbesar di wilayah Asia Tenggara, dengan kapasitas lebih dari 120.000.[26][27]
Pada Jumat malam, tanggal 14 April 1978 sebuah bom berbahan peledak plastik diledakkan di dekat mimbar Masjid Istiqlal. Tidak ada korban yang dilaporkan.[28] Lebih dari 20 tahun kemudian, pada tanggal 19 April 1999 terjadi serangan bom kedua di ruang bawah tanah masjid, memecahkan kaca ruang kantor pengurus masjid.[29]
Antara bulan Mei 2019 hingga Juli 2020 masjid mengalami renovasi besar-besaran dengan biaya US$35 juta (sekitar 511 miliar rupiah).[30] [31] Pekerjaan termasuk: memoles dan membersihkan eksterior marmer dan ornamen geometris stainless steel; mihrab dan mimbar baru; peningkatan sistem kelistrikan dan pipa ledeng; sistem pencahayaan baru menggunakan lampu LED; renovasi ruang VIP; gerbang baru dan perbaikan taman; pembangunan taman baru dan alun-alun; kios baru untuk pedagang, dan juga ruang parkir basemen dua lantai.[32][5]
Sebuah terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta telah dibangun oleh pihak berwenang Indonesia. Terowongan ini dikenal sebagai "Terowongan Silaturahmi", yang ditargetkan selesai pada bulan April 2020 atau sebelum bulan Ramadan tahun 2020.[33]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.