Remove ads
cabang ilmu sosial yang membahas metode tentang proses penulisan sejarah Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Historiografi adalah kajian mengenai metode sejarawan dalam penulisan dan pengembangan sejarah sebagai disiplin ilmiah. Bentuknya berupa setiap karya sejarah mengenai topik tertentu. Historiografi tentang topik khusus melingkupi cara kerja sejarawan dalam mengkaji topik tersebut dengan menggunakan sumber, teknik, dan pendekatan teoretis tertentu. Para sarjana telah mendiskusikan historiografi dengan topik – seperti "historiografi Indonesia", "Historiografi Islam awal", "Historiografi Tiongkok"– serta berbagai pendekatan dan aliran, seperti sejarah politik dan sejarah sosial. Sejak abad ke-19, dengan bangkitnya sejarah akademis, mulai berkembang bentuk literatur historiografi. Sejauh mana sejarawan dipengaruhi oleh kelompok dan loyalitas mereka sendiri– seperti kepada negara bangsanya - menjadi permasalahan yang diperdebatkan.[1][2]
Histografi disampaikan sebagai hasil penyusunan imajinasi tentang masa lampau sesuai dengan jejak-jejak atau fakta yang ada. Penulisan historiografi memerlukan kemahiran dalam seni menulis. Kebebasan menulis dibatasi oleh sejumlah ketentuan akademis yang berlaku dan sikap kehati-hatian untuk menghindari penyampaian yang melebihi fakta.[3] Sumber penulisan naskah di dalam historiografi dibagi menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer merupakan sumber informasi yang diciptakan pada waktu kejadian berlangsung, sedangkan sumber sekunder merupakan karya historis yang dibuat berdasarkan sumber-sumber primer.[4]
Ketertarikan penelitian sejarawan berubah sepanjang waktu, dan telah ada pergeseran jauh dari diplomasi, ekonomi, dan politik tradisional menuju pendekatan yang lebih baru, khususnya sosial dan sejarah budaya. Sejak 1975 sampai 1995, proporsi profesor sejarah di universitas Amerika yang diidentifikasi dengan sejarah sosial naik dari 31 ke 41 persen, sedangkan proporsi sejarawan politik menurun dari 40 ke 30 persen.[5] Pada 2007, dari 5.723 fakultas di departemen sejarah di universitas Britania, 1.644 (29%) mengidentifikasi dirinya dengan sejarah sosial dan 1.425 (25%) mengidentifikasi dirinya dengan sejarah politik.[6]
Pada Awal Zaman Modern, istilah historiografi berarti "penulisan sejarah", dan historiografer berarti "sejarawan". Beranjak dari pemahaman semacam inilah sejarawan-sejarawan resmi dianugerahi gelar "Historiografer Kerajaan" di Swedia (sejak tahun 1618), Inggris (sejak tahun 1660), dan Skotlandia (sejak tahun 1681). Jabatan dengan gelar tersebut masih dipertahankan di Skotlandia.
Dewasa ini historiografi didefinisikan sebagai "kajian tentang cara menulis sejarah di masa lampau dan masa kini, yakni sejarah dari karya tulis kesejarahan", yang berarti "jika anda belajar 'historiografi', anda tidak mempelajari kejadian-kejadian masa lampau secara langsung, tetapi mempelajari tafsir yang berubah-ubah terhadap kejadian-kejadian tersebut di dalam karya-karya tulis sejarawan-sejarawan perorangan."[7]
Historiografi merupakan penulisan hasil penelitian dari susunan kejadian masa lampau. Penyusunan historiografi dilakukan dengan memberikan imajinasi terhadap kejadian masa lampau. Tiap kejadian dibentuk melalui pengolahan data yang telah diperoleh sebelumnya. Historiografi disusun dalam bentuk serialisasi dengan pendekatan kronologi, kausalitas dan imajinasi. Keteraturan penulisan sejarah peristiwa-peristiwa ditentukan oleh pendekatan kronologis.[8] Dalam ilmu sejarah, urutan kronologi sangat penting dalam menjelaskan perubahan sosial.[9] Kajian sejarah secara menyeluruh melibatkan kajian filosofis dan kajian historiografi. Kajian filosofis berkaitan dengan situasi masa lalu. Penjelasan mengenai masa lalu disampaikan melalui berbagai jenis tulisan yang memberikan gambaran mengenai peristiwa-peristiwa masa lalu. Sedangkan kajian historiografis berupa keterlibatan para sejarawan dalam berbagai kajian masa lalu tersebut.[10]
Setiap peradaban umat manusia yang berkembang telah mengembangkan sistem pengetahuan tentang pencatatan sejarahnya mereka masing-masing baik itu melalui tradisi lisan maupun tulisan. Kronik paling awal dapat dilacak balik ke peradaban Mesir kuno dan Mesopotamia. Tetapi banyak penulis sejarah yang berasal dari zaman peradaban kuno/awal biasanya tidak dikenal nama dan individunya, begitupun dengan hasil tulisan dan narasi sejarah yang mereka buat biasanya juga tidak begitu detail.
Sistem dan metodologi pencatatan sejarah yang paling awal dikenal berkembang dari Yunani Kuno dan berpengaruh penting di wilayah Mediterania serta sekitarnya. Tokoh sejarawan paling awal yang dikenal dari Yunani ialah Herodotus, yang kemudian mendapat gelar sebagai 'bapak sejarah'.[11]
Kajian seputar historiografi di Indonesia pertama kali mendapat panggung akademisnya pada tahun 1951, dengan pembentukan panitia sejarah nasional.[12] Panitia ini terdiri dari sejarawan Indonesia dan Belanda, yang kemudian mereka berinisiatif menyelenggarakan seminar sejarah nasional I di Yogyakarta, pada tanggal 14-18 Desember 1957.[13] Penyelenggaraan acara ini juga didukung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang juga bekerja sama dengan Universitas Gajah Mada dan Universitas Indonesia.[14] Di dalam seminar tersebut dibahas enam tema pokok mulai dari konsep filsafat sejarah nasional, periodisasi sejarah Indonesia, syarat mengarang kitab sejarah nasional, pembelajaran sejarah nasional di sekolah, pendidikan sejarawan, pemeliharaan serta penggunaan bahan sejarah.[12] Terjadi perdebatan antara tokoh sejarawan Indonesia pada saat itu untuk menentukan filsafat sejarah nasional, Moh. Yamin menawarkan konsep Catursila Khalduniah yaitu penekanan nilai nasionalisme dalam penulisan sejarah sedangkan Soedjatmoko menilai sejarah sebagai ilmu harus terbebas dari nilai apapun termasuk nasionalisme.[15][16][17]
Sumber primer merupakan bukti-bukti dalam bentuk tulisan tangan pertama mengenai sejarah yang dibuat pada waktu peristiwa terjadi. Penulisan sejarah dari sumber primer dilakukan oleh orang yang ada atau hadir pada peristiwa tersebut. Sumber primer dapat berbentuk catatan harian, korespondensi, dan surat kabar. Peninggalan atau naskah yang dibuat setelah kejadian oleh orang yang ada pada peristiwa tersebut juga termasuk dalam jenis sumber primer. Sumber primer memiliki tingkat keabsahan yang diragukan karena manusia memiliki sifat lupa atau memiliki keinginan untuk menulis ulang sejarah. Sumber primer juga dapar berupa bukti-bukti yang tak tertulis seperti temuan arkeologis.[18]
Sumber sekunder merupakan tulisan mengenai sejarah yang sesuai dengan bukti-bukti dari sumber primer. Bentuk sumber sekunder dapat berupa tulisan pada buku sejarah yang mengacu kepada buku harian atau arsip surat kabar.[4] Sumber sekunder merujuk pada karya sejarah yang ditulis sesuai sumber-sumber primer dan merujuk pula pada sumber-sumber sekunder lainnya. Sebagian besar tulisan ilmiah yang diterbitkan pada masa sekarang adalah sumber sekunder. Sumber sekunder yang ideal memuat laporan peristiwa di masa lampau. Peristiwa yang disampaikan telah mengalami generalisasi, analisis, sintesis, interpretasi, dan evaluasi terlebih dahulu.[19]
Historiografi sebagai hasil penelitian atau sejarah ilmiah diukur setelah sejarawan menghasilkan karya tulisan yang beraneka ragam dari zaman ke zaman. Penulisan sejarah ilmiah dilakukan melalui proses yang menyeluruh secara intelektual, kritis, dan konstruktif.[20] Pendekatan multidimensional untuk penulisan sejarah dalam keperluan praktis diungkapkan setelah menjelaskan teori dasar yang membangun historiografi. Penulis sejarah harus memahami filsafat sejarah spekulatif dan filsafat sejarah kritis sebagai perkembangan pemikiran sejarah. Filsafat sejarah spekulatif merupakan suatu perenungan filsafat mengenai tabiat atau sifat-sifat proses sejarah. Tujuan dari filsafat sejarah spekulatif adalah menemukan struktur yang terkandung dalam proses sejarah secara keseluruhan.[21] Penulisan historiografi perlu menjawab tiga persoalan mendasar yaitu pola atau irama yang dapat diamati, penggerak sejarah dan sasaran terakhir yang dituju oleh proses sejarah.[22] Historiografi menjadi bagian dari kajian ilmu sosial dan humaniora sehingga para sejarawan juga mempertimbangkan penggunaan teori-teori ilmu sosial dalam historiografi. Teori sosial digunakan untuk meningkatkan mutu historiografi melalui perkembangan metodologi sejarah.[23]
Tokoh-tokoh yang terkenal dalam kajian historiografi di Indonesia antara lain seperti:
Bagaimana pendekatan sejarawan terhadap peristiwa sejarah adalah salah satu keputusan utama dalam historiografi. Secara umum diakui oleh sejarawan, fakta sejarah perseorangan terkait nama, tanggal dan tempat tidak terlalu memiliki makna. Fakta tersebut hanya akan menjadi berguna saat dikaitkan dengan bukti sejarah lainnya, dan proses pengaitan bukti ini dipahami sebagai pendekatan historiografi tertentu.
Pendekatan historiografi paling berpengaruh di antaranya:
Bidang terkait penting termasuk::
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.