Loading AI tools
komponis dan dirigen asal Austria (1860-1911) Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Gustav Mahler (bahasa Jerman: [ˈɡʊstaf ˈmaːlɐ]; lahir 7 Juli 1860 - meninggal 18 Mei 1911) merupakan seorang komponis berkebangsaan Austria dari aliran musik Romantik. Ia juga merupakan seorang konduktor terkemuka di masa hidupnya.[1] Sebagai seorang komponis yang hidup di awal abad 19, ia menjadi penghubung antara tradisi musik Austro-Jerman abad ke-19 dan aliran musik modernisme awal abad ke-20. Meskipun pada masa hidupnya statusnya sebagai konduktor tidak diragukan lagi, karya musiknya sempat diabaikan dan diacuhkan, termasuk pada masa kekuasaan NAZI, dimana karya Mahler sempat dilarang untuk dipertunjukkan.[2] Setelah tahun 1945, karyanya dipentaskan kembali; semenjak itu, Mahler menjadi salah satu komponis yang karyanya paling sering dipentaskan dan direkam, yang terus bertahan hingga abad ke-21.[2]
Mahler lahir di Bohemia (saat itu bagian dari Kekaisaran Austria) di keluarga Yahudi yang sederhana[3], dimana ia menjadi fasih dalam berbahasa Jerman. Ia menunjukkan bakat musiknya sejak usia dini. Setelah lulus dari Konservatorium Wina pada tahun 1878[4], Mahler bekerja di ragam rumah opera di Eropa, yang berpuncak pada tahun 1897, dimana ia ditunjuk sebagai direktur Opera Negara Wina (Hofoper)[3], jabatan yang penting dan bergengsi di dunia pementasan opera masa itu. Selama sepuluh tahun ia bekerja di Wina, Mahler mengalami penentangan dan permusuhan dari pers yang saat itu bersikap anti-Semit,[2] meskipun saat itu Mahler sudah berpindah keyakinan ke agama Katolik. Meskipun menghadapi tantangan tersebut, produksi pentas yang inovatif dan penerapan standar kerja yang tinggi memastikan reputasi Mahler sebagai salah satu konduktor opera terhebat, terutama sebagai penerjemah karya-karya gubahan Wagner, Mozart, dan Tchaikovsky. Di akhir hayatnya, ia sempat menjabat sebagai direktur Metropolitan Opera New York dan Filharmoni New York.[3][2]
Karya gubahan Mahler relatif tidak banyak; hal ini dikarenakan menggubah lagu merupakan kegiatan paruh waktu yang ia kerjakan saat ia bekerja sebagai konduktor.[5] Selain karya-karya awal, seperti sebuah gerakan dari kuartet piano yang ia susun semasa ia belajar di Wina, karya-karya Mahler umumnya dirancang untuk orkestra dengan skala besar, paduan suara simfoni, maupun penyanyi solo opera.[4] Karya-karya ini sering kali memicu kontroversi saat pertama kali dipentaskan, dan beberapa di antaranya lambat mendapatkan popularitas; dengan pengecualian Simfoni Kedua,[6] dan pementasan perdana Simfoni Kedelapan pada tahun 1910[7]. Beberapa penerus Mahler merupakan komponis dari aliran Sekolah Wina Kedua, seperti Arnold Schoenberg, Alban Berg, dan Anton Webern. Dmitri Shostakovich dan Benjamin Britten termasuk di antara komponis abad ke-20 yang mengagumi dan gubahan mereka dipengaruhi oleh karya-karya Mahler. International Gustav Mahler Society didirikan pada tahun 1955 untuk menghormati kehidupan dan pencapaian sang komponis.[8]
Dia berkarier sebagai konduktor sejak tahun 1881. Pada tahun 1901 dia pindah ke villa baru di Danau Majernigg, Carinthia. Dia meninggal dunia pada tahun 1911.
Keluarga Mahler berasal dari wilayah Bohemia timur, merupakan keluarga yang sederhana. Nenek Gustav merupakan seorang pedagang keliling.[9] Pada saat itu, Bohemia adalah bagian dari Kekaisaran Austria, dan keluarga Mahler merupakan bagian dari minoritas penduduk Yahudi pengguna bahasa Jerman yang hidup di antara penduduk Bohemia. Karena latar ini, Gustav memiliki rasa "keterasingan yang permanen"[7]. Putra pedagang keliling tersebut, Bernhard Mahler (ayah Gustav), mengangkat kondisi ekonomi keluarga dengan pertama bekerja sebagai kusir pedati, dan kemudian menjadi seorang pemilik penginapan (inkeeper)[10]. Ia membeli rumah sederhana di desa Kaliště (bahasa Jerman: Kalischt), dan kemudian pada tahun 1857 menikahi Marie Herrmann, putri seorang pemilik pabrik sabun lokal. Setahun kemudian, Marie melahirkan anak pertama dari 14 orang anak Bernhard Mahler, seorang putra bernama Isidor, yang meninggal tak lama setelah ia lahir. 2 tahun kemudian, Marie melahirkan putra kedua Bernhard, Gustav.[9]
Pada Desember 1860, Bernhard Mahler pindah bersama keluarganya ke kota Jihlava (bahasa Jerman: Iglau)[9]. Bernhard berhasil membangun bisnis penyulingan minuman alkohol serta kedai minuman yang sukses.[3] Dengan ekonomi yang meningkat, keluarga Mahler berkembang dengan cepat. Namun, dari 12 anak keluarga Mahler yang lahir di Jihlava, hanya enam yang bertahan hingga balita. Kala itu, Jihlava merupakan kota komersial dengan penduduk kurang lebih 20.000 orang, dan kota tersebut hidup dengan ragam budaya, salah satunya musik. Gustav berkenalan dengan seni musik pada masa-masa itu, mengenal ragam jenis musik seperti lagu dansa, lagu rakyat, serta musik militer setempat.[4] Lingkungan Jihlava yang penuh dengan musik inilah yang kelak berkontribusi pada bentuk gubahan musik Gustav Mahler.
Memasuki usia empat tahun, Gustav mulai belajar memainkan alat musik di rumah kakek dan neneknya.[9] Kemampuannya menarik perhatian hingga Gustav dianggap sebagai anak ajaib (wunderkind) di kotanya. Menyandang status tersebut, ia memberikan penampilan musik pertamanya di teater kota Jihlava pada saat umur 10 tahun.[10] Meskipun Gustav berprestasi dalam bidang musik, laporan sekolahnya di Gimnasium Jihlava menyebut bahwa ia adalah anak yang suka melamun dan tidak berprestasi dalam bidang akademik. Bernhard kemudian mengirim Gustav untuk belajar di Praha, dengan harapan dapat meningkatkan kualitas akademiknya, namun ia tidak betah di Praha dan tak lama kemudian kembali ke Jihlava.[9] Pada tanggal 13 April 1875, adik laki-laki Gustav, Ernst (yang lahir pada 18 Maret 1862), meninggal dunia setelah sakit berkepanjangan. Kematiannya merupakan pukulan bagi Gustav. Dengan bantuan dari seorang kawan, Josef Steiner, Gustav menuangkan perasaan sedihnya dalam suatu karangan opera dengan judul Herzog Ernst von Schwaben ("Adipati Ernst dari Swabia") yang didedikasikan untuk adiknya. Tidak ada dokumentasi maupun naskah yang ditemukan mengenai karangan ini.[9]
Bernhard Mahler mendukung ambisi Gustav untuk berkarir di bidang musik, dan setuju ia harus mencoba masuk dan belajar di Konservatori Wina. [9] Mahler muda kemudian diuji oleh pianis terkenal Julius Epstein, dan diterima pada tahun 1875-1876.[2] Dia membuat kemajuan yang baik di bawah didikan Epstein dalam kemampuan piano dan memenangkan hadiah tiap akhir tahun pada masa dua tahun masa pertamanya. Pada masa tahun terakhirnya di Konservatori Wina (1877-1878), ia fokus belajar komposisi dan harmoni di bawah bimbingan Robert Fuchs dan Franz Krenn.[10] Hanya sedikit komposisi Mahler pada masa itu yang bertahan sampai ke hari ini; sebagian besar ia tinggalkan ketika ia merasa tidak puas dengan komposisi tersebut. Dia membuang sebuah komposisi gerakan simfoni yang dipersiapkan untuk kompetisi yang diselenggarakan pada akhir semester di konservatori. Hal itu dilakukan setelah komposisi itu ditolak oleh direktur konservatori pada masa itu, Joseph Hellmesberger, dengan alasan kesalahan penyalinan.[9] Terdapat kemungkinan bahwa Mahler mendapatkan pengalaman menjadi dirigen pertama kali pada orkestra mahasiswa Konservatori, maupun dalam latihan dan pertunjukan, meskipun tampaknya peran utamanya di orkestra ini adalah sebagai pemain perkusi.[9]
Mahler sempat menghadiri beberapa kuliah oleh Anton Bruckner, dan—meskipun bukanlah muridnya secara formal—terpengaruh oleh gaya gubahan Bruckner. Pada 16 Desember 1877, ia menghadiri pementasan perdana dari Simfoni Ketiga Bruckner yang mengalami kegagalan (beberapa sumber menyebutkan bahwa Bruckner diteriaki oleh audiens, sementara audiens lain keluar dari ruangan).[9] Mahler, bersama murid-murid konservatori yang simpatik dengan Bruckner, membuat versi piano dari simfoni tersebut beberapa saat setelah itu, dan mempersembahkannya kepada Bruckner. Mahler, seperti halnya banyak komponis muda yang sezaman dengannya, terpengaruh oleh karya-karya Richard Wagner. Meskipun demikian, hal yang membuat Mahler tertarik dengan Wagner bukanlah gaya pementasan, namun suara musik yang dihasilkan. Tidak ada sumber yang menyebutkan apakah Mahler sempat melihat opera karya Wagner semasa ia belajar di konservatori.[9]
Mahler lulus dari konservatori pada tahun 1878 tetapi tidak menerima medali perak atas prestasinya yang luar biasa.[3] Ia kemudian mendaftar di Universitas Wina (atas desakan ayahnya, Gustav mengikuti Matura dan lulus dengan susah payah; Matura adalah ujian akhir di Gimnasium, merupakan syarat untuk melanjutkan studi ke universitas di Jerman pada masa itu.) Mahler mengikuti mata kuliah dalam bidang sastra dan filsafat yang merefleksikan minatnya yang berkembang pada bidang tersebut.[2] Setelah meninggalkan universitas pada tahun 1879, Mahler bekerja sebagai guru piano, lalu sebagai pengarang lagu, dan pada tahun 1880 menyelesaikan sebuah komposisi kantata dramatis berjudul Das klagende Lied (“Lagu Ratapan”). Komposisi ini adalah komposisi substansial pertama Mahler, yang menunjukkan jejak pengaruh gaya komposisi Wagner dan Bruckner. Meskipun demikian, komposisi ini mencakup banyak elemen musik yang oleh ahli musikologi Deryck Cooke digambarkan sebagai “gaya Mahler murni.”[4] Pertunjukan pertamanya komposisi ini ditunda hingga 1901, setelah Mahler melakukan revisi dan meringkas komposisi ini.[10]
Mahler terus mengembangkan minatnya pada filsafat Jerman, dan mengenal karya-karya filsuf Jerman seperti Arthur Schopenhauer, Friedrich Nietzsche, Gustav Fechner, dan Hermann Lotze, dengan bantuan temannya Siegfried Lipiner. Para pemikir ini memberikan pengaruh besar pada Mahler dan musiknya sampai setelah masa-masa studinya berakhir. Penulis biografi Mahler, Jonathan Carr, mengatakan bahwa kepala sang komponis “tidak hanya dipenuhi dengan suara band Bohemian, terompet dan mars, paduan suara Bruckner dan sonata Schubert. Ia juga berdenyut dengan masalah filsafat dan metafisika yang telah ia perjuangkan, terutama dengan Lipiner."[3]
Dari bulan Juni hingga Agustus tahun 1880, Mahler mendapatkan pekerjaan pertamanya sebagai dirigen, di sebuah teater kayu kecil di kota spa Bad Hall, yang terletak di selatan Linz, Austria.[3] Pada masa itu repetoar Mahler hanya berisi operet; Ia menganggap pekerjaan tersebut, (menggunakan kata-kata Carr) “pekerjaan kecil yang suram”, yang diterima Mahler setelah Julius Epstein mengatakan bahwa ia akan segera mengalami peningkatan karir.[3] Pada tahun 1881, ia bekerja di Landestheater di Laibach (sekarang Ljubljana, di Slovenia) dari bulan September hingga April. Teater tersebut saat itu hanyalah teater kecil, namun memiliki kemampuan dan sumberdaya untuk mementaskan karya-karya gubahan yang lebih ambisius. Di sini, Mahler memimpin pementasan opera skala penuh pertamanya, Il trovatore karya Verdi, salah satu dari 10 opera dan sejumlah operet yang ia pimpin pementasannya selama waktunya di Laibach.[3] Setelah menyelesaikan pertunangan ini, Mahler kembali ke Wina dan bekerja paruh waktu sebagai pemimpin paduan suara di Vienna Carltheater.[2]
Pada Januari 1883, Mahler menjadi dirigen di Royal Municipal Theatre di Olmütz (sekarang Olomouc) di Moravia.[3] Ia menulis: “Sejak saya melewati ambang pintu teater Olmütz, saya merasa seperti orang yang sedang menantikan murka Tuhan.”[3] Meskipun memiliki hubungan yang kurang baik dengan orkestra, Mahler memimpin pementasan sembilan opera ke teater tersebut, termasuk karya Bizet, Carmen, dan berhasil mendapat tanggapan baik dari para wartawan yang pada mulanya skeptis terhadapnya.[3] Setelah diuji coba selama seminggu di Teater Kerajaan di kota Kassel, Hesse, Mahler ditunjuk menjadi “Direktur Musik dan Paduan Suara” di teater tersebut sejak Agustus 1883.[2] Jabatan tersebut menyembunyikan kenyataan bahwa Mahler merupakan bawahan dari Kapellmeister teater tersebut, Wilhelm Treiber, yang tidak menyukainya (Mahler sendiri juga tidak menyukainya) dan berusaha membuat hidup Mahler sengsara.[3] Terlepas dari atmosfer yang tidak menyenangkan tersebut, Mahler meraih beberapa kesuksesan di Kassel. Ia menyutradarai pementasan opera favoritnya, Der Freischütz karya Weber[10], dan 25 opera lainnya. Pada tanggal 23 Juni 1884, ia mementaskan musik insidental karyanya sebagai bagian dari drama karya Joseph Victor von Scheffel, Der Trompeter von Säckingen (“Terompet Säckingen”). Pementasan karyanya tersebut merupakan pertunjukan publik profesional pertama Mahler. Pada masa ini, Mahler berusaha menjalin hubungan singkat (dan tidak berhasil) dengan penyanyi sopran Johanna Richter. Keadaan patah hati mendorong Mahler untuk menulis serangkaian puisi cinta yang kelak menjadi teks dari siklus lagunya Lieder eines fahrenden Gesellen (“Lagu-lagu dari Seorang Pengembara”)[3].
Pada bulan Januari 1884, dirigen terkemuka Hans von Bülow membawa rombongan Orkestra Kota Meiningen ke Kassel dan menyelenggarakan dua konser. Berharap untuk pindah dari pekerjaannya di teater, Mahler melamar posisi sebagai asisten tetap Bülow, namun gagal. Pada tahun berikutnya, usahanya untuk mencari pekerjaan baru membuahkan hasil berupa kontrak selama enam tahun dengan Opera Leipzig yang bergengsi, mulai bulan Agustus 1886. Tidak ingin menunggu di Kassel selama satu tahun lagi, Mahler memutuskan untuk mengundurkan diri pada tanggal 22 Juni 1885 dan segera beruntung mendapatkan penawaran posisi dirigen di Royal Neues Deutsches Theater di Praha oleh direktur teater, Angelo Neumann, yang baru diangkat.[2]
Di Praha, kemunculan Kebangkitan Nasional Ceko telah meningkatkan popularitas dan perhatian akan pentingnya Teater Nasional Ceko yang baru, dan menyebabkan berkurangnya popularitas Teater Neues Deutsches Theater. Tugas Mahler adalah untuk membantu menahan penurunan ini dengan menyelenggarakan produksi opera Jerman dengan kualitas tinggi.[2] Ia menikmati kesuksesan awal dalam pementasan karya-karya Mozart dan Wagner (kelak Mahler seringkali diasosiasikan dengan dua komponis ini),[10] tetapi gaya dirigennya yang individualis dan makin otokratis menyebabkan perselisihan, dan pertengkaran dengan sesama dirigen yang lebih berpengalaman, Ludwig Slansky.[2] Selama 12 bulan di Praha, ia memimpin 68 pertunjukan dari 14 opera (12 judul baru dalam repertoarnya), dan ia juga memimpin pementasan Simfoni Nomor Sembilan gubahan Beethoven untuk pertama kali dalam hidupnya. Pada akhir musim, pada bulan Juli 1886, Mahler meninggalkan Praha untuk menempati posisinya di Neues Stadttheater di Leipzig, di mana persaingan dengan kolega seniornya, Arthur Nikisch, dimulai langsung. Konflik ini utamanya berkaitan dengan bagaimana keduanya membagi tugas memimpin untuk produksi baru pementasan siklus Cincin dari Nibelung karya Wagner. Nikisch kemudian jatuh sakit dari Februari hingga April 1887, sehingga Mahler mengambil alih seluruh pementasan siklus (kecuali bagian Götterdämmerung), dan berhasil meraih sukses besar di hadapan publik. Namun, kesuksesan ini tidak meningkatkan popularitasnya di kalangan pemain orkestra, yang membenci sikap diktator Mahler dan jadwal latihannya yang padat.[2][3]
Di Leipzig, Mahler bertemu dengan Kapten Carl von Weber (1849-1897), cucu dari komponis Carl Maria von Weber, dan setuju untuk menyiapkan versi pentas dari opera Weber yang belum selesai, Die drei Pintos (“Tiga Pintos”). Mahler menuliskan transkripsi dan menyusun orkestrasi dari sketsa gubahan yang ada, menggunakan bagian dari karya gubahan Weber yang lain, dan menambahkan komposisinya sendiri.[3] Pementasan karya tersebut secara perdana di Stadttheater, pada 20 Januari 1888, merupakan peristiwa penting yang dihadiri oleh sejumlah pimpinan berbagai gedung opera Jerman. (Komponis Rusia Tchaikovsky menghadiri pementasan ketiga pada tanggal 29 Januari.[2]) Karya gubahan Mahler ini diterima dengan baik di kalangan masyarakat; keberhasilan pementasan karya tersebut membantu meningkatkan reputasi Mahler di mata publik, dan memberinya imbalan finansial.[3] Meskipun demikian, hubungan Mahler dengan keluarga Weber menjadi rumit dengan adanya gosip (yang disebarkan oleh salah satunya komponis perempuan Inggris, Ethel Smyth) hubungan romantis Mahler dengan istri Carl von Weber, Marion Mathilde (1857-1931), yang pada akhirnya tidak membuahkan hasil. Pada bulan Februari dan Maret 1888, Mahler merancang dan menyelesaikan Simfoni Pertamanya, yang memiliki lima gerakan. Pada waktu yang hampir bersamaan, Mahler menemukan koleksi puisi rakyat Jerman Des Knaben Wunderhorn (“Terompet Ajaib seorang Anak”), yang akan mendominasi sebagian besar karya komposisinya selama 12 tahun berikutnya.[2]
Pada tanggal 17 Mei 1888, Mahler mengundurkan diri secara mendadak dari posisinya di Leipzig karena perselisihan dengan kepala manajer panggung Stadttheater, Albert Goldberg.[3] Namun, secara diam-diam Mahler diundang oleh Angelo Neumann di Praha (dan menerima undangan tersebut) untuk memimpin pementasan perdana “Die drei Pintos” gubahannya di sana. Kemudian Mahler melanjutkan dengan memimpin pementasan Der Barbier von Bagdad karya Peter Cornelius. Kunjungan singkat ini (Juli hingga September) berakhir dengan tidak baik: Mahler dipecat setelah ia mengamuk selama latihan. Namun, melalui upaya teman lama Mahler di Wina, Guido Adler, dan pemain cello David Popper, nama Mahler muncul sebagai calon direktur Opera Negara Hungaria di Budapest. Mahler mengikuti proses wawancara, dan memberikan kesan yang baik, sehingga pada akhirnya ditawari serta menerima jabatan sebagai direktur gedung opera (meskipun sedikit enggan) mulai 1 Oktober 1888.[3]
Pada tahun-tahun awal karier Mahler sebagai dirigen, menggubah adalah kegiatan yang ia lakukan pada waktu luang. Di antara pekerjaannya di Laibach dan Olmütz, ia mengerjakan aransemen untuk puisi-puisi karya Richard Leander dan Tirso de Molina. Karya-karya aransemen Mahler tersebut kemudian dikumpulkan sebagai Lieder und Gesänge (“Lagu-lagu dan Aria-aria”) Volume Pertama.[4] Siklus lagu orkestra karya Mahler yang pertama, Lieder eines fahrenden Gesellen, digubah di Kassel, dan disusun berdasarkan puisi karyanya sendiri, meskipun pada bagian puisi yang pertama, “Wenn mein Schatz Hochzeit macht” (“Saat cintaku menjadi pengantin”) memiliki kemiripan dan mengikuti teks puisi Wunderhorn.[9] Melodi untuk lagu kedua dan keempat dari siklus lagu orkestra tersebut digabungkan ke dalam Simfoni Pertama, yang diselesaikan Mahler pada tahun 1888, pada masa puncak hubungannya dengan Marion von Weber. Intensitas perasaan Mahler tercermin dalam musik gubahannya, pada awalnya digubah dalam bentuk puisi simfonik dengan lima gerakan yang menyertakan program deskriptif. Salah satu dari gerakan-gerakan ini, yang Mahler sebut dengan “Blumine”, yang kemudian dihapus, digubah berdasarkan sebuah bagian dari karyanya yang lebih awal, Der Trompeter von Säckingen.[2][3] Setelah menyelesaikan simfoni tersebut, Mahler kemudian menggubah puisi simfonik berdurasi 20 menit, yang disebut Totenfeier (“Ritus Pemakaman”), yang kemudian menjadi gerakan pertama pada Simfoni Keduanya.[3]
Banyak spekulasi mengenai karya-karya dari tahun-tahun awal Mahler yang hilang atau hancur.[2] Dirigen asal Belanda, Willem Mengelberg percaya bahwa Simfoni Pertama "terlalu matang" untuk menjadi sebuah karya simfoni pertama, dan pasti didahului oleh karya-karya sebelumnya. Pada tahun 1938, Mengelberg mengungkapkan keberadaan koleksi manuskrip karya gubahan Mahler yang disebut “arsip Dresden”, yang disimpan oleh Marion von Weber.[11] Menurut sejarawan Donald Mitchell, kemungkinan besar manuskrip-manuskrip Mahler yang berisi karya-karya gubahan simfoni-simfoni awal Mahler disimpan di Dresden;[11] arsip ini, jika memang ada, hampir pasti telah hancur dalam pengeboman Dresden pada tahun 1945.[3]
Setibanya di Budapest pada bulan Oktober 1888, Mahler menghadapi konflik budaya antara kaum nasionalis Hongaria konservatif yang mendukung kebijakan Magyarisasi, dan kaum progresif yang ingin mempertahankan dan mengembangkan tradisi budaya Austria-Jerman di negara itu. Di gedung opera, kebijakan yang diterapkan lebih sering bersifat konservatif, melalui mayoritas manajemen yang dipimpin oleh direktur Sándor Erkel, membatasi repertoar opera terbatas pada tema-tema sejarah dan cerita rakyat. Pada saat Mahler mulai bekerja, kubu progresif berhasil memperoleh kekuasaan dalam perihal kebijakan gedung opera setelah penunjukan manajer gedung opera baru, yaitu Ferenc von Beniczky yang memiliki pemikiran liberal.[2] Sadar akan situasi yang rumit, Mahler bergerak dengan hati-hati; ia menunda penampilan pertamanya di mimbar dirigen hingga Januari 1889, ketika ia memimpin pementasan versi bahasa Hongaria dari opera Jerman Das Rheingold dan Die Walküre karya Wagner yang awalnya mendapat pujian publik.[10] Namun, keberhasilan tersebut memudar ketika rencana untuk mementaskan sisa siklus Cincin karya Wagner dan opera Jerman lainnya digagalkan oleh faksi konservatif yang telah bangkit kembali dan lebih menyukai program tradisional yang berbudaya Hungaria.[10] Dalam mencari opera non-Jerman untuk memperluas repertoar, Mahler mengunjungi Italia pada musim semi tahun 1890 di mana di antara karya-karya yang ia temukan adalah karya terbaru Mascagni yang populer, Cavalleria rusticana (dipentaskan secara perdana di Budapest pada tanggal 26 Desember 1890).[2]
Pada tanggal 18 Februari 1889, ayah Gustav, Bernhard Mahler meninggal dunia; hal ini diikuti pada tahun berikutnya oleh kematian saudara perempuan Gustav, Leopoldine (27 September) dan ibunya (11 Oktober).[2] Mulai Oktober 1889, Mahler bertanggung jawab merawat keempat adiknya (Alois, Otto, Justine dan Emma). Mereka ditempatkan di sebuah apartemen sewaan di Wina. Mahler sendiri menderita kesehatan yang buruk, dengan serangan wasir dan migrain serta radang tenggorokan yang berulang.[3] Tak lama setelah permasalahan keluarga dan kesehatan ini, pementasan perdana Simfoni Pertama, di Budapest pada 20 November 1889, selesai dengan hasil yang mengecewakan. Kritikus musik August Beer di surat kabar menuliskan bahwa nada antusias setelah gerakan-gerakan awal malah merosot menjadi "pertentangan yang terdengar" setelah gerakan Finale.[11] Mahler utamanya tertekan oleh komentar negatif dari rekan sejawatnya di Konservatori Wina, Viktor von Herzfeld, yang mengatakan bahwa Mahler, seperti banyak dirigen sebelumnya, telah terbukti bukan seorang komposer.[2][3]
Pada tahun 1891, pergeseran arah politik Hongaria ke arah pemikiran konservatif tercermin di gedung opera ketika Beniczky dilengserkan pada tanggal 1 Februari dan digantikan oleh Adipati Géza Zichy, seorang aristokrat konservatif yang berusaha mengendalikan gaya artistik Mahler. [2]Namun, Mahler telah memperkirakan hal itu sebelumnya dan secara diam-diam telah melakukan negosiasi dengan Bernhard Pollini, direktur Stadttheater Hamburg sejak musim panas dan musim gugur 1890, dan kontrak akhirnya ditandatangani secara diam-diam pada tanggal 15 Januari 1891. Mahler kemudian memaksa dirinya untuk "berulah" agar dipecat dari jabatannya di Budapest, dan ia akhirnya dipecat dari posisi sebagai dirigen pada tanggal 14 Maret 1891. Saat ia pergi, ia menerima sejumlah besar uang ganti rugi.[3] Salah satu kemenangan terakhirnya di Budapest adalah pementasan opera Don Giovanni karya Mozart (16 September 1890) dan menerima pujian dari Brahms, yang hadir dalam pertunjukan tersebut pada tanggal 16 Desember 1890.[9] Selama di Budapest, karya komposisi Mahler terbatas pada beberapa lagu dari aransemen lagu-lagu Wunderhorn yang kemudian menjadi Jilid II dan III koleksi Lieder und Gesänge, dan perubahan pada Simfoni Pertama.[10]
Jabatan Mahler saat pindah ke Hamburg adalah sebagai kepala dirigen, dan bekerja di bawah sutradara Bernhard Pohl (dikenal sebagai Pollini) yang memegang kendali artistik secara keseluruhan. Pollini berkenan memberikan kelonggaran kepada Mahler bila ia dapat menyukseskan Opera Negara secara komersial maupun artistik. Hal ini dapat dicapai Mahler pada musim pertamanya menjadi dirigen, ketika ia memimpin pementasan Tristan und Isolde karya Wagner untuk pertama kalinya dan memberikan pementasan karya Wagner lainnya, Tannhäuser dan Siegfried, yang memperoleh pujian.[2] Keberhasilan lainnya adalah pementasan perdana Eugene Onegin karya Tchaikovsky di Jerman, di hadapan Tchaikovsky langsung, yang kemudian menyebut gaya dirigen Mahler dengan kata "mencengangkan", dan kemudian menyatakan dalam sebuah surat bahwa ia yakin Mahler adalah "seorang yang sangat jenius".[12] Jadwal latihan Mahler yang padat menyebabkan kekesalan yang dapat diprediksi dari para penyanyi dan anggota orkestra, yang menurut penulis musik Peter Franklin, menyatakan bahwa Mahler "mengilhami kebencian dan rasa hormat dalam jumlah yang hampir sama."[2] Akan tetapi, ia didukung oleh Hans von Bülow, yang saat itu sedang berada di Hamburg sebagai direktur konser-konser langganan di kota tersebut. Bülow, yang telah menolak permohonan Mahler di Kassel, kemudian mengagumi gaya dirigen muda tersebut, dan setelah kematian Bülow pada tahun 1894, Mahler mengambil alih kepemimpunan Bülow.[10]
Pada musim panas 1892, Mahler membawa rombongan penyanyi Hamburg ke London untuk berpartisipasi dalam musim pementasan opera Jerman selama delapan minggu—kunjungan ini adalah satu-satunya kunjungannya ke Inggris. Kepemimpinan Mahler dalam pementasan opera Tristan memikat komponis muda Ralph Vaughan Williams, yang menjadi "terhuyung-huyung pulang dalam keadaan linglung dan tidak dapat tidur selama dua malam" setelah menghadiri pementasan opera tersebut.[3] Setelah kunjungan tersebut, Mahler menolak undangan-undangan untuk menjadi dirigen karena ia ingin memanfaatkan waktu musim panasnya untuk menggubah lagu.[10] Pada tahun 1893, ia mendapatkan sebuah tempat peristirahatan di daerah Steinbach, di tepi Danau Attersee, Austria Atas, dan memulai kebiasan menggubah yang terus berlanjut hingga akhir hayatnya; ia mendedikasikan musim panas untuk menggubah, baik di Steinbach maupun di tempat peristirahatan lainnya. Sekarang, dipengaruhi oleh koleksi puisi rakyat Wunderhorn, Mahler menghasilkan banyak aransemen lagu di Steinbach, dan menggubah Simfoni Kedua dan Ketiganya di sana.[2]
Pementasan karya-karya gubahan Mahler masih relatif jarang pada masa ini (karena jumlahnya belum banyak). Pada tanggal 27 Oktober 1893, Mahler mementaskan versi revisi Simfoni Pertamanya pada konser di Konzerthaus Ludwig, Hamburg; saat itu simfoni tersebut masih dalam bentuk aslinya yang terdiri dari lima gerakan, simfoni ini disajikan dalam bentuk Tondichtung (puisi nada) dengan nama deskriptif "Titan."[2][11] Konser ini juga memperkenalkan enam aransemen dari puisi Wunderhorn yang terbaru. Mahler mencapai kesuksesan pertamanya sebagai komponis ketika pementasan Simfoni Kedua karyanya diterima dengan baik pada pertunjukan perdana di Berlin pada tanggal 13 Desember 1895 dengan dirinya sebagai dirigen. Asisten dirigen Mahler, Bruno Walter, yang hadir di sana, berkata "seseorang dapat menentukan tanggal kemunculannya [Mahler] sebagai seorang komponis sejak hari itu."[9] Pada tahun yang sama, kehidupan pribadi Mahler terganggu oleh kematian adik laki-lakinya, Otto [3] pada tanggal 6 Februari akibat bunuh diri.
Di Stadttheater, repertoar Mahler terdiri dari 66 opera, 36 di antaranya merupakan karya baru baginya.Selama enam tahun di Hamburg, ia memimpin 744 pementasan, termasuk debut Falstaff karya Verdi, Hänsel und Gretel karya Humperdinck, dan karya-karya Smetana.[10] Namun, ia terpaksa mengundurkan diri dari posisinya di konser-konser langganan tersebut karena pendapatan konser menurun dan reaksi buruk atas Simfoni Kesembilan Beethoven hasil interpretasi Mahler.[2] Sejak awal mula karirnya, Mahler telah menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah meraih jabatan dirigen di Wina, dan sejak tahun 1895 dan seterusnya bermanuver, dengan bantuan teman-teman yang memiliki pengaruh, untuk mendapatkan jabatan sebagai direktur Hofoper Wina.[3] Karena adanya penentangan dari sejumlah pihak yang tidak mengingnkan seorang Yahudi untuk menduduki jabatan direktur di Hofoper, Mahler melakukan apa yang disebut dengan konversi pragmatis ke agama Katolik pada Februari 1897.[3] Meskipun demikian, pada ragam sumber Mahler digambarkan sebagai seorang agnostik selama hidupnya.[13]
Ketika Mahler menunggu persetujuan Kaisar Austria atas jabatannya sebagai direktur Gedung Opera Kerajaan Wina, Mahler berbagi tugas sebagai dirigen residen bersama dengan Joseph Hellmesberger Jr (putra mantan direktur konservatori) dan Hans Richter, seorang penggubah interpretasi karya Wagner yang dikenal secara internasional dan dirigen pementasan siklus Ring yang pertama kali di Bayreuth pada tahun 1876.[14] Direktur Wilhelm Jahn tidak berkonsultasi dengan Richter mengenai penunjukan Mahler sebagai direktur; Mahler yang peka terhadap situasi tersebut, menulis surat pujian kepada Richter yang menyatakan kekagumannya kepada dirigen yang lebih senior itu. Setelah itu, keduanya jarang bersepakat, namun tetap merahasiakan perbedaan pendapat mereka.[14]
Wina, ibukota kekaisaran Habsburg saat itu, baru memilih seorang walikota konservatif yang berpandangan anti-Semit, Karl Lueger, yang pernah menyatakan: "Saya sendiri yang menentukan siapa yang Yahudi dan siapa yang bukan."[14] Dalam suasana politik tersebut, Mahler perlu melakukan demonstrasi awal untuk menyatakan dukungannya terhadap identitas budaya Jerman. Demonstrasi tersebut pertama dilakukan pada bulan Mei 1897 dengan pementasan Lohengrin karya Wagner dan Die Zauberflöte karya Mozart yang menerima banyak pujian.[2] Tidak lama setelah keberhasilan pementasan Zauberflöte, Mahler dipaksa untuk mengambil cuti sakit selama beberapa minggu, di mana dia dirawat oleh saudara perempuannya, Justine, dan teman lamanya, pemain biola Natalie Bauer-Lechner.[14] Mahler kembali ke Wina pada akhir Juli untuk mempersiapkan versi pementasan penuh pertama dari siklus Ring di Wina. Pementasan ini berlangsung pada tanggal 24-27 Agustus, menuai pujian dan antusiasme dari publik. Teman Mahler, Hugo Wolf, mengatakan kepada Bauer-Lechner bahwa "untuk pertama kalinya saya mendengar [pementasan] Ring seperti yang selalu saya impikan untuk mendengarkannya sambil membaca partiturnya."[14]
Pada tanggal 8 Oktober, Mahler secara resmi ditunjuk sebagai direktur Hofoper, untuk menggantikan Wilhelm Jahn.[14] Produksi pertama yang ia pimpin sebagai direktur adalah pementasan opera dengan tema nasionalisme Ceko karya Smetana, Dalibor, dengan modifikasi untuk membuat tokoh utama Dalibor tetap hidup pada bagian akhir opera. Pementasan opera tersebut menyebabkan kemarahan di antara kaum nasionalis-ekstremis Jerman Wina. Mereka menuduh Mahler "bercengkrama dengan bangsa Ceko yang anti-dinasti dan inferior."[14]
Penulis Austria Stefan Zweig, dalam memoarnya The World of Yesterday (1942), menggambarkan penunjukan Mahler sebagai contoh ketidakpercayaan publik Wina terhadap para seniman muda: "Suatu ketika, terjadi pengecualian yang luar biasa dan Gustav Mahler diangkat sebagai direktur Opera Kerajaan pada usia tiga puluh delapan tahun, [kala itu] gumaman dan keheranan melanda Wina, karena seseorang telah mempercayakan institusi kesenian dengan peran maha penting kepada 'orang yang masih sangat muda'... Kecurigaan ini—bahwa semua anak muda 'tidak terlalu dapat diandalkan'—menyebar ke seluruh kalangan pada waktu itu."[15] Zweig juga menulis bahwa "melihat Gustav Mahler di jalan [di Wina] merupakan peristiwa yang dengan bangga dilaporkan kepada rekan-rekannya pada keesokan harinya, seakan-akan ini merupakan kemenangan pribadi."[15] Selama masa jabatan Mahler, sebanyak 33 opera baru diperkenalkan ke Hofoper; 55 opera lainnya merupakan produksi baru atau produksi yang sudah mengalami modifikasi.[14] Namun, proposal untuk mementaskan opera kontroversial Richard Strauss, Salome, pada tahun 1905 ditolak oleh biro sensor Wina.[14]
Terlepas dari berbagai keberhasilan dalam pementasan, masa kepemimpinan Mahler di Wina tidak berjalan dengan mulus; ia sering bertikai dengan para penyanyi dan manajemen administrasi Gedung Opera selama masa jabatannya. Meskipun metode Mahler meningkatkan kualitas produksi, gaya kepemimpinannya yang histrionik dan diktator dibenci oleh para anggota orkestra dan penyanyi.[14] Pada bulan Desember 1903, Mahler menghadapi perlawanan dari para pekerja panggung, yang menuntut kondisi kerja yang lebih baik, tuntutan tersebut ia tolak dengan alasan tuntutan itu merupakan manipulasi para ekstrimis.[14]
Kalangan berpandangan anti-Semit di tengah masyarakat Wina, yang telah lama menentang kepemimpinan Mahler di Gedung Opera, terus menyerangnya tanpa henti. Pada tahun 1907 mereka menyelenggarakan sebuah kampanye pers yang dirancang untuk membuat Mahler dipecat.[3] Pada saat itu ia berselisih dengan pihak manajemen gedung opera mengenai jumlah waktu yang ia habiskan untuk mengerjakan musiknya sendiri, dan bersiap untuk meninggalkan Wina.[10] Pada bulan Mei 1907, ia mulai berdiskusi dengan Heinrich Conried, direktur New York Metropolitan Opera, dan pada tanggal 21 Juni ia menandatangani kontrak kerja dengan persyaratan yang sangat menguntungkan Mahler untuk menjadi dirigen selama empat musim di New York.[3] Pada akhir musim panas, ia mengajukan pengunduran dirinya ke Hofoper, dan pada 15 Oktober 1907, ia memimpin pementasan Fidelio, yang menjadi pementasan ke-645 dan terakhirnya sebagai direktur.
Selama masa sepuluh tahun kepemimpinannya di Hofoper Wina, Mahler telah membawa kehidupan baru ke gedung opera dan menghasilkan keuntungan yang mampu menutupi kerugian gedung opera sebelumnya,[16] namun pada masa tersebut Mahler hanya memiliki sedikit teman. Pesan perpisahannya untuk manajemen Hofoper ditempelkan di papan pengumuman, pesan tersebut kemudian dicabut, dirobek-robek dan dicecerkan di lantai.[9] Setelah memimpin orkestra Hofoper dalam konser perpisahan yang mementaskan Simfoni Keduanya pada 24 November, Mahler meninggalkan Wina menuju New York pada awal Desember.[3][10]
Saat Hans Richter mengundurkan diri dari posisinya sebagai pimpinan konser langgan [lower-alpha 1] Filharmonika Wina pada bulan September 1898, komite Filharmonika dengan suara bulat memilih Mahler sebagai penggantinya.[14] Penunjukan ini tidak disambut baik secara universal; pers berhaluan anti-Semit mempertanyakan kemampuan Mahler untuk membela musik Jerman, sebagai orang non-Jerman.[14] Jumlah audiens meningkat tajam pada musim pertama Mahler, namun para anggota orkestra sangat tidak suka dengan kebiasaannya menggubah ulang karya-karya besar yang telah baku sebelumnya, dan penjadwalan latihan tambahan untuk pementasan karya-karya yang telah mereka kenal sebelumnya.[2] Manajemen orkestra kemudian berusaha untuk mempekerjakan kembali Richter pada musim 1899, namun gagal, karena Richter tidak tertarik untuk kembali.
Posisi Mahler melemah ketika, pada tahun 1900, ia membawa orkestra ke Paris untuk melakukan pementasan di Exposition Universelle. Konser-konser di Paris kurang diminati dan bahkan merugi—Mahler bahkan harus meminjam uang dari keluarga Rothschild untuk membayar ongkos pulang untuk anggota orkestra.[3][14] Pada bulan April 1901, setelah menderita sakit dan kelelahan karena banyaknya keluhan dari manajemen dan anggota orkestra, Mahler melepaskan jabatan dirigen di Filharmonik.[10] Dalam masa tiga musim pementasan, ia telah menampilkan sekitar 80 karya yang berbeda, termasuk karya-karya dari para komponis yang kurang dikenal, seperti Hermann Goetz, Wilhelm Kienzl, dan Lorenzo Perosi dari Italia.[3]
Tuntutan kedua jabatan Mahler di Wina pada awalnya menyita seluruh waktu dan perhatian Mahler, namun pada tahun 1899 ia kembali menggubah. Produktivitas Mahler pada tahun-tahun terakhirnya di Wina meningkat. Ia menyelesaikan aransemen terakhir Des Knaben Wunderhorn dan memulai Simfoni Keempatnya, yang diselesaikannya pada tahun 1900.[3] Saat itu Mahler telah memindahkan tempat peristirahatannya dari Steinbach dan ke Maiernigg di tepi danau Wörthersee, Carinthia, yang kemudian berkembang menjadi sebuah vila.[9] Di tempat baru ini, Mahler memulai apa yang oleh para biografernya dianggap sebagai periode komposisi "pertengahan" atau pasca-Wunderhorn.[4]
Antara tahun 1901 dan 1904, ia menulis sepuluh aransemen puisi karya Friedrich Rückert, lima di antaranya dikumpulkan menjadi Rückert-Lieder. Lima lainnya membentuk siklus lagu Kindertotenlieder ("Lagu-lagu Kematian Anak-anak"). Karya-karya Mahler berupa trilogi simfoni untuk orkestra, Simfoni Kelima, Keenam, dan Ketujuh digubah di Maiernigg antara tahun 1901 dan 1905, dan Simfoni Kedelapan ditulis di sana pada tahun 1906, dalam waktu delapan minggu.[10][3]
Dalam periode yang sama, karya-karya Mahler mulai sering dipentaskan. Pada bulan April 1899, ia memimpin pementasan perdana Simfoni Kedua di Wina; 17 Februari 1901, ia memimpin pementasan publik pertama untuk karya awalnya Das klagende Lied, dalam bentuk dua bagian yang telah direvisi. Kemudian pada tahun itu, pada bulan November, Mahler memimpin pementasan perdana Simfoni Keempatnya, di Munich, begitu juga untuk pementasan versi lengkap pertama Simfoni Ketiga, pada festival Allgemeiner Deutscher Musikverein di Krefeld pada tanggal 9 Juni 1902. "Malam pertama" kunjungan Mahler ke suatu kota menjadi acara musik yang semakin sering diadakan; ia memimpin pementasan pertama Simfoni Kelima di Cologne dan Simfoni Keenam di Essen pada tahun 1904 dan 1906. Empat bagian dari Rückert-Lieder, dan Kindertotenlieder, dipentaskan di Wina pada tanggal 29 Januari 1905.[2][10]
Selama musim keduanya di Wina, Mahler tinggal di apartemen modern yang luas di Auenbruggergasse dan membangun vila musim panas dekat studio komposisinya di Maiernigg.[2] Pada bulan November 1901, ia bertemu dengan Alma Schindler, anak angkat pelukis Carl Moll, di sebuah acara sosial yang juga dihadiri oleh direktur teater Max Burckhard.[14] Alma awalnya tidak tertarik untuk bertemu dengan Mahler, karena ia memiliki “skandal dengan setiap wanita muda yang bercita-cita untuk bernyanyi di opera.”[17] Keduanya terlibat dalam perdebatan sengit mengenai balet karya Alexander von Zemlinsky (Alma merupakan salah satu murid Zemlinsky), tetapi keduanya setuju untuk bertemu di Hofoper keesokan harinya.[14] Pertemuan ini berujung pada masa pacaran yang singkat; tak lama kemudian Mahler dan Alma menikah dalam sebuah upacara privat pada tanggal 9 Maret 1902. Alma saat itu sedang mengandung anak pertamanya,[14] seorang putri bernama Maria Anna, yang lahir pada 3 November 1902. Anak perempuan kedua, Anna, lahir pada tahun 1904.[10]
Teman-teman dari pasangan tersebut terkejut dengan pernikahan tersebut dan meragukan kebijaksanaannya. Burckhard menyebut Mahler sebagai “berandal Yahudi yang penyakitan”, tidak layak bagi Alma Mahler yang cantik dan berasal dari keluarga baik-baik.[14] Di sisi lain, keluarga Mahler menganggap Alma wanita genit, tidak dapat diandalkan, dan terlalu suka melihat pria muda tergoda dengan pesonanya.[14] Mahler pada dasarnya bersifat pemurung dan otoriter-Natalie Bauer-Lechner, pasangan Mahler sebelumnya, mengatakan bahwa hidup bersama Mahler adalah “seperti berada di atas kapal yang terus diguncang ombak ke sana kemari.”[3] Alma segera merasa jengkel dengan Mahler karena pendapatnya bahwa hanya boleh ada satu komponis dalam keluarga (yaitu Mahler) dan bahwa Alma harus meninggalkan pelajaran musiknya demi mendukung Mahler. Mahler disebutkan[18] pernah berkata:
“Peran seorang komponis, peran menjadi pekerja, jatuh ke tangan saya [Mahler], peran Anda [Alma] adalah sebagai pendamping yang penuh kasih dan mitra yang penuh pengertian... Saya meminta banyak sekali - dan saya bisa melakukannya karena saya tahu apa yang harus dan akan saya berikan sebagai gantinya."
Alma menulis dalam buku hariannya: “Betapa sulitnya untuk dirampas tanpa ampun... hal-hal yang paling dekat dengan hati seseorang."[3] Tuntutan Mahler agar kehidupan pernikahan mereka diatur di sekitar kegiatan kreatif Mahler sendiri menimbulkan ketegangan dalam hubungan Mahler dengan Alma, dan memicu pemberontakan dari pihak Alma; meskipun demikian pernikahan itu tetap bergairah, terlihat dari ungkapan-ungkapan dari Mahler dan Alma.[lower-alpha 2]
Pada musim panas 1907, Mahler, kelelahan menghadapi kampanye yang menentangnya di Wina, membawa keluarganya ke Maiernigg. Segera setelah kedatangan mereka, kedua putrinya jatuh sakit karena demam scarlet dan difteri. Anna sembuh, namun Maria meninggal pada tanggal 12 Juli, setelah berjuang selama dua minggu.[2] Musibah ini diikuti dengan diagnosis bahwa Mahler memiliki penyakit jantung, dikonfirmasi oleh seorang dokter spesialis di Wina, yang memerintahkan Mahler untuk mengurangi semua bentuk kegiatan yang berat. Tidak terdapat penjelasan yang lengkap mengenai sejauh mana kondisi tersebut melumpuhkan Mahler; Alma menulis bahwa diagnosis tersebut merupakan "hukuman mati" bagi Mahler, meskipun ia sendiri, dalam sebuah surat yang ditulis kepada Alma pada tanggal 30 Agustus 1907, mengatakan bahwa ia akan dapat menjalani kehidupan yang normal, selain menghindari kelelahan yang berlebihan.[2] Penyakit jantung ini menjadi faktor yang membuat Mahler semakin depresi.[9] Mahler bersama keluarganya kemudian meninggalkan Maiernigg dan menghabiskan sisa musim panas di Schluderbach.[19] Pada akhir musim panas tahun itu, vila di Maiernigg ditutup dan tidak pernah dikunjungi oleh keluarga Mahler lagi.[9]
Penampilan Mahler memimpin pementasan Tristan und Isolde karya Wagner di Metropolitan Opera New York pada tanggal 1 Januari 1908 menandai permulaan debut Mahler di New York.[2] Pada musim pertama pementasan, penampilan Mahler dipuji secara luas, terutama dalam pementasan Fidelio pada tanggal 20 Maret 1908.[3]
Saat kembali ke Austria pada musim panas tahun 1908, Mahler membangun studio komposisinya yang ketiga dan yang terakhir di hutan pinus dekat Toblach di Tirol. Di sini, dengan menggunakan teks karya Hans Bethge yang berasal dari puisi Tiongkok kuno, ia menggubah Das Lied von der Erde (“Nyanyian Bumi”).[2] Terlepas dari bentuk simfoni dari karya tersebut, Mahler menolak menamai karya tersebut sebagai simfoni, dengan harapan dapat melepaskan diri dari “kutukan Simfoni Kesembilan” yang ia yakini telah memengaruhi komponis lain seperti Beethoven, Schubert, dan Bruckner.[10] Pementasan perdana Simfoni Ketujuh di Praha pada tanggal 19 September 1908, dianggap oleh Alma Mahler sebagai kesuksesan yang kritis ketimbang populer.[17]
Untuk musim 1908-09, manajemen Opera Metropolitan mendatangkan konduktor Italia Arturo Toscanini untuk berbagi tugas dengan Mahler, yang hanya tampil sebanyak 19 kali dalam satu musim. Salah satu penampilannya adalah dalam memimpin pementasan The Bartered Bride karya Smetana yang banyak dipuji pada tanggal 19 Februari 1909. Pada awal musim Mahler memimpin tiga konser dengan New York Symphony Orchestra. Pengalaman baru dalam memimpin orkestra ini mengilhaminya untuk mengundurkan diri dari jabatannya di Opera Metropolitan dan menerima posisi dirigen di New York Philharmonic yang baru saja dibentuk. Dia tetap sesekali menjadi dirigen di Opera Metropolitan, penampilan terakhirnya adalah The Queen of Spades karya Tchaikovsky pada tanggal 5 Maret 1910.[9]
Sekembalinya Mahler ke Eropa pada musim panas 1909, ia menggubah Simfoni Kesembilan dan melakukan kunjungan sebagai dirigen ke Belanda.[2] Periode kepemimpinan Mahler di New York Philharmonic tahun 1909-1910 sangat panjang dan melelahkan baginya; Mahler melatih dan memimpin orkestra dalam 46 konser, tetapi programnya sering kali tidak terlalu populer. Simfoni Pertamanya sendiri, dipentaskan secara perdana di Amerika pada tanggal 16 Desember 1909, dipandang gagal di mata para kritikus dan publik, dan berakhir dengan kerugian finansial yang besar.[3]
Pada musim panas 1910, Simfoni Kedelapan dipentaskan secara perdana di Munich pada tanggal 12 September, yang merupakan karya gubahan Mahler terakhir yang dipentaskan selama masa hidupnya. Acara ini merupakan sebuah “kesuksesan terbesar Mahler sepanjang hidupnya.”[3] Akan tetapi, kesuksesan tersebut dibayangi oleh berita perselingkuhan Alma dengan arsitek muda Walter Gropius, yang diketahui Mahler setelah pementasan selesai. Merasa sangat tertekan, Mahler meminta nasihat dari Sigmund Freud, dan tampaknya terhibur dan mendapatkan solusi dalam sesi yang ia lakukan dengan Freud. Salah satu hasil observasi Freud adalah bahwa banyak permasalahan yang telah terjadi berasal dari pendirian Mahler mengenai keinginan Alma untuk menggubah musik. Mahler menerima hal ini, dan mulai berubah, mendukung Alma secara positif untuk menggubah musik, bahkan mengizinkan Alma untuk menyunting, mengaransemen, atau mempromosikan beberapa karya Mahler. Alma setuju untuk mempertahankan hubungannya dengan Mahler, meskipun hubungannya dengan Gropius terus berlanjut secara diam-diam. Mahler mendedikasikan Simfoni Kedelapan untuk Alma, sebagai tanda cinta.[10][2]
Terlepas dari permasalahan emosional yang Mahler hadapi, selama musim panas 1910 ia menggubah Simfoni Kesepuluhnya, menyelesaikan gerakan Adagio dan menyusun empat gerakan lainnya.[9][4] Dia dan Alma kembali ke New York pada akhir Oktober 1910,[20] di mana Mahler menyibukkan diri dalam musim konser dan tur Okrestra Filharmonik yang padat. Sekitar Natal tahun 1910, ia mulai menderita sakit tenggorokan, yang tidak kunjung sembuh. Pada tanggal 21 Februari 1911, meskipun sedang mengalam demam setinggi 40°C, Mahler bersikeras untuk memenuhi pementasan di Carnegie Hall, dengan program yang berisi sebagian besar musik Italia yang baru rilis. Termasuk dalam program tersebut pementasan perdana Berceuse élégiaque karya Busoni. Ini adalah konser terakhir yang diikuti Mahler, sebelum ia akhirnya terbaring sakit selama berminggu-minggu.[21][22][9]
Mahler didiagnosis menderita endokarditis bakteri, sebuah penyakit yang sangat rentan dialami oleh orang-orang yang memiliki katup jantung yang rusak dan dapat berakibat fatal. Mahler tidak putus asa; ia berbicara tentang melanjutkan musim konser, dan menunjukkan perhatian ketika salah satu karya gubahan Alma dinyanyikan pada resital publik oleh penyanyi sopran Frances Alda, pada tanggal 3 Maret.[3]
Pada tanggal 8 April, keluarga Mahler bersama dengan seorang perawat tetap meninggalkan New York dengan kapal SS Amerika menuju Eropa. Mereka tiba di Paris sepuluh hari kemudian, di mana Mahler dirawat di sebuah klinik di Neuilly, namun tidak menunjukkan perkembangan yang baik; pada tanggal 11 Mei ia dibawa dengan kereta api ke sanatorium Löw di Wina, di mana ia terjangkit radang paru-paru dan mengalami koma.[6] Ratusan orang datang ke sanatorium selama periode singkat ini untuk membesuk Mahler. Setelah menerima perawatan radium untuk mengurangi pembengkakan pada kakinya dan morfin untuk penyakit umumnya, ia meninggal pada tanggal 18 Mei.[6]
Pada 22 Mei 1911, Mahler dimakamkan bersebelahan dengan makam putrinya, Maria, di pemakaman Grinzing, sesuai dengan permintaannya.[17] Alma, atas perintah dokter, tidak hadir pada saat pemakaman. Pemakaman berlangsung tanpa keramaian yang berlebih-lebihan, di antara para pelayat adalah Arnold Schoenberg (yang karangan bunganya menggambarkan Mahler sebagai “Gustav Mahler yang kudus”), Bruno Walter, Alfred Roller, pelukis Gustav Klimt, dan beberapa perwakilan dari manajemen gedung opera besar di Eropa.[3] The New York Times, yang memberitakan kematian Mahler, menyebutnya sebagai “salah satu tokoh musik yang menjulang tinggi pada zamannya”, tetapi mendiskusikan simfoninya sekedar dalam hal durasinya, membesar-besarkan durasi Simfoni Kedua menjadi “dua jam empat puluh menit”.[23] Obituari Mahler pada harian The Times menyebutkan bahwa Mahler adalah dirigen yang “lebih ulung daripada siapa pun kecuali Richter”, dan bahwa simfoni-simfoninya “tidak diragukan lagi menarik dalam perpaduan antara kekayaan orkestra modern dengan kesederhanaan melodi yang sering kali mendekati dangkal”, meskipun masih terlalu dini untuk menyatakan nilai utamanya.[11]
Alma Mahler masih hidup lebih dari 50 tahun setelah meninggalnya Mahler, dan meninggal pada tahun 1964. Ia menikah dengan Walter Gropius pada tahun 1915, menceraikannya lima tahun kemudian, dan menikah dengan penulis Franz Werfel pada tahun 1929.[12] Pada tahun 1940, ia menerbitkan memoar kehidupannya bersama Mahler, berjudul Gustav Mahler: Kenangan dan Surat-surat. Karya ini dikritik oleh para penulis biografi Mahler, dianggap tidak lengkap, selektif, dan mementingkan diri sendiri, serta memberikan gambaran yang menyimpang tentang kehidupan Mahler.[3] Anak perempuan sang komposer, Anna Mahler, menjadi pematung terkenal; ia meninggal pada tahun 1988.[11] International Gustav Mahler Society didirikan pada tahun 1955 di Wina, dengan Bruno Walter sebagai presiden pertamanya dan Alma Mahler sebagai anggota kehormatan. Perkumpulan ini bertujuan untuk membuat edisi kritis lengkap dari karya-karya Mahler, dan untuk memperingati semua aspek kehidupan sang komponis.[8]
Menurut Deryck Cooke dan peneliti lain, karir penggubah Mahler dibagi menjadi tiga fase utama: "masa awal" yang panjang, dengan karya dari Das klagende Lied pada tahun 1880 sampai fase penggubahan Wunderhorn pada tahun 1901; kemudian "masa madya" dengan bentuk karya yang lebih terkonsentrasi yang melintang hingga keberangkatan Mahler ke New York pada tahun 1907; dan sejenak "masa akhir" yang diwarnai dengan karya-karya bernada elegi sebelum Mahler meninggal pada tahun 1911[4].
Karya-karya utama yang dihasilkan pada fase pertama adalah empat karya simfoni, siklus lagu Lieder eins fahrenden Gesellen dan ragam koleksi lagu yang didominasi oleh lagu Wunderhorn.[4] Pada masa ini, lagu dan simfoni karya Mahler memiliki keterhubungan yang kuat dan sifat karya simfoni Mahler adalah berbasis program. Pada awalnya, Mahler telah menyusun program deskriptif penuh untuk tiga simfoni pertamanya, yang seluruhnya ia hapus kemudian.[4] Dia merancang, meskipun tidak menerbitkan, judul untuk tiap gerakan dari Simfoni Keempatnya. Berdasarkan judul-judul ini, kritikus musik Jerman Paul Bekker menyusun teori bahwa figuratif Kematian tampil dalam melodi bagian Scherzo "dalam bentuk yang bersahabat, seperti figur legendaris seorang pemain biola yang menggoda orang-orang di sekitarnya untuk mengikutinya meninggalkan dunia."[14]
Pada masa madya, karya-karya Mahler adalah tiga serangkai simfoni yang melibatkan hanya instrumen (Simfoni Kelima, Keenam dan Ketujuh), lagu-lagu Ruckert dan Kindertotenlieder, dua aransemen terakhir untuk Wunderhorn, dan Simfoni Kedelapan dengan aransemen untuk paduan suara.[7] Cooke percaya bahwa Simfoni Kedelapan Mahler merupakan karya unik tersendiri, mandiri dari pengaruh masa madya dan masa akhir Mahler.[7] Pada masa simfoni ini selesai, Mahler telah mengabaikan penyusunan program deskriptif yang eksplisit maupun judul-judul karya yang deskriptif; ia ingin menulis musik secara "murni."[14] Cooke merujuk kepada sifat karya Mahler setelah Simfoni Kedelapan yang "memiliki orkestrasi yang keras seperti batu granit" pada masa madya ini.[4] Pada masa ini juga, karya lagu Mahler telah bergeser dari penggambaran tokoh rakyat, dan berhenti secara eksplisit berhubungan dengan karya-karya simfoni.[11]
Karya dari masa akhir Mahler—Das Lied von der Erde, Simfoni Kesembilan, dan Simfoni Kesepuluh (yang tidak selesai)—adalah bentuk ekspresi pengalaman pribadi Mahler, yang saat itu sedang menghadapi kematian.[10] Tiap karya pada masa ini diakhiri dengan suara yang pelan, menandakan Mahler yang semakin berserah diri terhadap takdir yang ia hadapi.[16] Cooke menganggap bahwa karya-karya ini tampak berisi perpisahan penuh cinta (bukan kepahitan) dari kehidupan;[4] komponis Alban Berg menyebut Simfoni Kesembilan sebagai "karya paling menakjubkan yang pernah ditulis Mahler."[10] Tidak ada karya dari masa ini yang dipentaskan pada masa hidup Mahler.[9]
Mahler adalah seorang komponis dari masa “Romantik akhir”, bagian dari ideologi yang mengutamakan musik klasik Austro-Jerman daripada jenis musik lain, dan menganggap musik tersebut memiliki makna spiritual dan filosofis yang mendalam.[2] Mahler dianggap sebagai komponis besar terakhir dari barisan komponis yang meliputi, antara lain, Beethoven, Schubert, Liszt, Wagner, Bruckner, dan Brahms.[3][4] Dari para komponis tersebut, Mahler memperoleh banyak hal yang kelak menjadi ciri khas karyanya. Dari Simfoni Kesembilan karya Beethoven, Mahler terinspirasi untuk menggunakan penyanyi solo dan paduan suara dalam gubahan musik bergenre simfoni. Dari Beethoven, Liszt dan Berlioz (yang terakhir berasal dari tradisi musik yang berbeda) Mahler mendapatkan konsep penulisan narasi dalam gubahan musik atau “program”, dan inspirasi untuk keluar dari pakem tradisional format simfoni dengan empat gerakan. Mengikuti pola gubahan Wagner dan Bruckner, Mahler terdorong untuk memperluas skala karya simfoninya jauh melampaui standar yang diterima sebelumnya, untuk merangkul ragam ekspresi perasaan.[2][4]
Kritikus awal mempertahankan pendapat bahwa gaya gubahan Mahler yang meniru banyak gaya berbeda untuk mengakomodir ragam ekspresi perasaan mengimplikasikan bahwa Mahler tidak memiliki gaya yang khas milik dirinya; meskipun demikian, Cooke berpendapat bahwa dibalik peniruan Mahler, ia dapat memberikan sentuhan pribadi pada setiap gubahan yang menghasilkan karya yang memiliki orisinalitas yang tak tertandingi.[4] Kritikus musik Harold Schonberg memperhatikan bahwa esensi dari tiap karya Mahler adalah perjuangan, dalam tradisi Beethoven. Namun, menurut Schonberg, tema perjuangan Beethoven adalah "kemenangan pahlawan yang tak terkalahkan", sedangkan tema perjuangan Mahler adalah "seorang lemah yang terus-menerus mengeluh, dan menikmati kenestapaannya, ingin memperlihatkan penderitaannya ke seluruh dunia." [16] Akan tetapi, Schonberg juga memperhatikan bahwa pada hampir seluruh simfoni Mahler terdapat bagian yang menunjukkan personalitas "pemikir mendalam" Mahler tertutupi oleh kemegahan dalam gubahannya.[16]
Karya gubahan Mahler umumnya dalam bentuk lagu dan simfoni (dengan pengecualian karya masa mudanya yang tidak tersimpan), dengan hubungan yang kompleks antara keduanya.[11] Peneliti musik Donald Mitchell menulis bahwa interaksi antara lagu dan simfoni ini merupakan latar belakang dari semua musik Mahler.[11] Kemunculan hubungan ini dapat dilihat berawal pada siklus lagu Lieder eines fahrenden Gesellen dan Simfoni Pertama. Keterhubungan ini makin kentara terlihat pada fase penggubahan siklus lagu Wunderhorn—di mana penggubahan Simfoni Kedua, Ketiga, dan Keempat dilakukan—genre lagu dan simfoni tercampur dengan konsisten pada komposisi simfoni Mahler. Tema dari salah satu lagu dalam siklus Wunderhorn, Das himmlische Leben (“Kehidupan Surgawi”), yang digubah pada tahun 1892, diadaptasi menjadi elemen kunci dalam Simfoni Ketiga yang diselesaikan pada tahun 1896; lagu tersebut juga menjadi tema penutup Simfoni Keempat (1900) dan melodinya mempengaruhi keseluruhan komposisi.[11] Untuk Simfoni Kedua, yang digubah antara tahun 1888 dan 1894, dikerjakan Mahler bersamaan dengan penggubahan lagu lain dari siklus Wunderhorn, Des Antonius von Padua Fischpredigt (“Khotbah Santo Antonius dari Padua kepada Ikan-ikan”). Bagian Scherzo dari lagu Des Antonius menjadi inspirasi gerakan ketiga pada Simfoni Kedua.[14] Gubahan dari siklus Wunderhorn lain yang ditulis tahun 1892, Urlicht (“Cahaya Purba”), digunakan sebagai gerakan keempat (kedua dari belakang) dari Simfoni Kedua.[11]
Pada masa madya dan akhir karya Mahler, hubungan antara lagu dan simfoni memudar.[11] Hanya saja, menurut Donald Mitchell, terdapat hubungan spesifik antara lagu-lagu dari masa madya dan simfoni-simfoni masa akhir. Ini terlihat dari lagu kedua dari siklus Kindertotenlieder dan bagian Adagietto pada Simfoni Kelima, dan lagu terakhir dari siklus tersebut, dengan bagian finale dari Simfoni Keenam.[10][11] Karya terakhir Mahler, Das Lied von der Erde, memiliki subjudul "Simfoni", namun Mitchell mengategorikan karya tersebut sebagai "lagu dan simfoni."[11]
Menurut Cooke, penggabungan format lagu dan simfoni dalam musik Mahler memiliki sifat organik; lagu-lagu Mahler secara natural memiliki elemen-elemen simfonik.[4] Kepada Sibelius, Mahler mengungkapkan kepercayaannya bahwa “Simfoni harus seperti dunia. Ia harus mencakup segalanya."[11] Berdasarkan hal ini, Mahler mengambil materi dari berbagai sumber untuk diaransemen ke dalam lagu-lagu dan karya simfoninya: suara burung dan lonceng sapi untuk menggambarkan alam dan pedesaan, terompet-terompet, melodi pemusik jalanan, dan tarian pedesaan untuk memanggil kembali dunia yang hilang di masa kecilnya. Perjuangan hidup Mahler digambarkan dalam melodi yang kontras: kerinduan akan pencapaian melalui melodi yang melambung dan harmoni dalam nada kromatik, penderitaan dan keputusasaan melalui perselisihan, distorsi, dan nada yang sedih. Dari keragaman gubahan ini muncul ciri khas Mahler, yaitu intrusi banalitas dan absurditas yang terus-menerus ke dalam momen-momen simfoni yang menggambarkan keseriusan yang mendalam, yang dicontohkan dalam gerakan kedua Simfoni Kelima saat sebuah melodi dari lagu populer yang santai tengah bermain tiba-tiba berubah menjadi nada pawai pemakaman yang khidmat. Melodi tiruan tersebut segera berubah karakternya, dan kemudian muncul kembali dalam bentuk satu paduan suara Brucknerian yang megah, yang digunakan Mahler untuk menandakan harapan dan penyelesaian konflik.[7] Mahler sendiri mengakui keistimewaan dalam karyanya, dengan menyebut Scherzo pada Simfoni Ketiga sebagai “karya yang paling lucu sekaligus paling tragis yang pernah ada... Seolah-olah seluruh alam memasang wajah mengejek dan menjulurkan lidahnya."[14]
Cooke berpendapat bahwa rentang suasana melodi musik Mahler berasal dari “orkestrasi yang luar biasa” yang, menurut pandangan Cooke, menentang analisis - “ia berbicara dengan sendirinya.”[4] Franklin mendaftarkan fitur-fitur spesifik yang menjadi dasar dari gaya gubahan Mahler: volume yang ekstrem, penggunaan ansambel di luar panggung, pengaturan ragam instrumen orkestra yang tidak konvensional, dan sering menggunakan bentuk-bentuk yang berasal dari musik tradisional dan tarian rakyat seperti ländler dan waltz.[2] Ahli musik Vladimír Karbusický berpendapat bahwa asal-usul Yahudi sang komponis memiliki efek yang bertahan lama pada hasil kreasinya; Karbusický menunjukkan bagian tengah dari gerakan ketiga Simfoni Pertama memiliki bentuk musik “Yiddish” yang paling berkarakter dalam karya Mahler.[24] Komponis dan jurnalis asal Ceko, Max Brod, juga telah mengidentifikasi nada dan irama Yahudi dalam musik Mahler.[9]
Perangkat teknis yang banyak digunakan oleh Mahler dalam menggubah adalah “tonalitas progresif”, yang digambarkan oleh Deryck Cooke sebagai “prosedur penyelesaian konflik simfoni dalam kunci yang berbeda dari kunci yang dinyatakan”[4], dan yang sering digunakan oleh para komponis “untuk melambangkan peningkatan bertahap dari nilai tertentu dengan kemajuan dari satu kunci ke kunci lainnya selama keseluruhan simfoni”. Teknik ini juga digunakan oleh rekan kontemporer Mahler asal Denmark, Carl Nielsen. Mahler pertama kali menggunakan perangkat ini dalam lagu gubahannya di masa awal, Erinnerung (“Memori”), dan kemudian menggunakannya secara bebas dalam simfoninya. Sebagai contoh, kunci utama Simfoni Pertama adalah D mayor; pada awal Finale, gerakan “konflik”, kuncinya beralih ke F minor, dan hanya setelah pertarungan yang panjang, kunci tersebut kembali ke D, menjelang akhir. Simfoni Kedua dimulai dengan C minor dan diakhiri dengan E-flat.[4] Gerakan Simfoni Kelima berkembang secara berurutan dari C-sharp minor ke A minor, kemudian D mayor, F mayor dan akhirnya ke D mayor.[14] Simfoni Keenam, digubah dengan pola yang tidak seperti biasanya bagi Mahler, dimulai dan diakhiri dengan kunci yang sama, yaitu A minor, yang menandakan bahwa dalam kasus ini konflik tidak terselesaikan.[4]
Kawan Mahler, Guido Adler, memperkirakan bahwa pada saat kematian sang komponis pada tahun 1911, telah diselenggarakan lebih dari 260 pementasan karya-karya Mahler di Eropa, Rusia, dan Amerika, Simfoni Keempat adalah yang paling sering dipentaskan, mencapai 61 pementasan (perhitungan ini tidak termasuk pementasan lagu-lagu Mahler).[4] Semasa hidupnya, karya-karya Mahler dan pertunjukannya menarik minat yang luas, tetapi jarang sekali memperoleh reaksi yang memuaskan; dalam kasus reaksi terhadap Simfoni Pertama Mahler, selama bertahun-tahun setelah pertunjukan perdananya pada tahun 1889, para kritikus dan audiens publik kesulitan untuk memahami, yang digambarkan oleh salah seorang kritikus setelah menghadiri pementasan di kota Dresden pada tahun 1898 sebagai “karya (simfoni) yang paling membosankan yang pernah dihasilkan oleh zaman baru.”[14] Simfoni Kedua diterima oleh publik dengan lebih positif, seorang kritikus menyebutnya sebagai “karya yang paling hebat dalam jenisnya [karya simfoni] sejak Mendelssohn.”[14] Pujian besar seperti itu jarang diterima oleh Mahler, terutama setelah pengangkatan dirinya sebagai direktur Hofoper Wina. Banyak musuhnya menggunakan pers anti-Semit dan konservatif di kota Wina untuk merendahkan hampir setiap pementasan karya Mahler; sehingga Simfoni Ketiga, yang sukses dipentaskan di Krefeld pada tahun 1902, dicemooh oleh para kritikus di Wina.[14]
Simfoni gubahan Mahler umumnya direspon secara campuran: antara antusiasme, kekhawatiran, dan cibiran kritis, meskipun lagu-lagunya diterima dengan lebih baik.[14] Setelah Simfoni Keempat dan Kelimanya direspon secara negatif oleh publik, Mahler berkeyakinan bahwa Simfoni Keenamnya pada akhirnya akan berhasil.[14] Namun, respon terhadap Simfoni Keenam didominasi oleh komentar satir mengenai penggunaan instrumen perkusi yang tidak konvensional - penggunaan palu kayu, batang kayu birch, dan drum bass persegi besar. Kritikus asal Wina, Heinrich Reinhardt, mengabaikan simfoni ini dengan mengatakan, “Kuningan, banyak kuningan, sangat banyak [instrumen] kuningan! Bahkan lebih banyak lagi kuningan, tidak ada yang lain selain kuningan!"[14] Satu-satunya pementasan yang mengalami kesuksesan tak tertandingi dalam masa hidup Mahler adalah pementasan perdana Simfoni Kedelapan di München, pada tanggal 12 September 1910, yang diiklankan oleh para promotornya sebagai ‘Simfoni Seribu’ (Symphony of a Thousand). Pada saat simfoni tuntas dipentaskan, tepuk tangan dan perayaan diberitakan berlangsung selama setengah jam.[3]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.