Loading AI tools
tokoh panakawan pewayangan Jawa Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Gareng (bahasa Jawa: ꦒꦫꦺꦁ; kering) merupakan salah satu tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa yang diciptakan oleh seorang pujangga Jawa. Tokoh punakawan pertama kali muncul dalam karya sastra gatotkacasraya, karangan Mpu Panuluh pada zaman kerajaan Kadiri. Dalam naskah Mahabarata, dan Ramayana dari India tidak terdapat nama-nama tokoh punakawan.
Keseluruhan atau sebagian dari artikel ini membutuhkan perhatian dari ahli subyek terkait. Jika Anda adalah ahli yang dapat membantu, silakan membantu perbaiki kualitas artikel ini. |
Nala Gareng ꦤꦭꦒꦫꦺꦁ | |
---|---|
Tokoh pewayangan Jawa | |
Nama lain | garing Nala Gareng Pegatwaja Bambang Sukodadi Pancalpanor Cakrawangsa Pandupragolamanik, jaswadiputro, nolojoyotungkluk |
Jenis kelamin | Laki-laki |
Posisi | punakawan |
Karakteristik | Hidung bulat, tangan patah, kaki pincang, mata juling |
Kerajaan | Kademangan karang kadempel |
Keluarga | Semar (bapak angkat ) Petruk saudara angkat dan Bagong (adik saudara angkat ) Dewi Endang Nalawati (anak) |
Gareng adalah Punakawan yang memiliki tubuh yang kurang sempurna dengan hidung bulat, tangan patah, kaki pincang, dan mata yang juling. Sosok Gareng diartikan sebagai pesan untuk berhati-hati dalam bertindak dan tidak mengambil milik orang lain atau yang bukan haknya. Tokoh Gareng dalam Punakawan memiliki dasanama seperti Nala Gareng, Pancalpanor, dan Pegatwaja. Dalam cerita pewayangan, Gareng diceritakan sebagai anak sulung Semar.
Dalam suatu carangan Gareng pernah menjadi raja di Paranggumiwayang dengan gelar Prabu Pandupragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan Prabu Welgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu Petruk.
Dulunya, Gareng berwujud satria tampan bernama Bambang Sukodadi dari padepokan Bluluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia berjumpa dengan satria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara Ismaya (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah pamong para satria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua satria yang baru saja berkelahi itu.
Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua satria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah Karang Kadempel, titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua satria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur (Pandawa), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari Semar.[1]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.