Loading AI tools
sastrawan dan wartawan Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Fira Basuki yang bernama lengkap Dwifira Maharani Basuki (lahir 7 Juni 1972 ) merupakan seorang sastrawan dan wartawan Indonesia. Dia pernah menjabat sebagai redaktur di majalah Cosmopolitan.
Fira Basuki | |
---|---|
Lahir | Surabaya, Jawa Timur | 7 Juni 1972
Pekerjaan | Penulis, redaktur, wartawan |
Bahasa | Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Pendidikan | Bachelor of Arts (Universitas Negeri Pittsburg, AS) |
Periode | Angkatan Reformasi (2001–sekarang) |
Genre | Novel |
Tema | Pembebasan perempuan, seksualitas |
Aliran sastra | Sastra wangi |
Karya terkenal | 140 Karakter: Kumpulan Tweets |
Penghargaan | Kusala Sastra Khatulistiwa (2008) |
Anak | 1 |
Setelah lulus dari SMU Regina Pacis, Bogor pada tahun 1991, Fira meneruskan studi di Jurusan Antropologi, Universitas Indonesia. Setahun kemudian ia pindah ke Jurusan Communication-Journalism di Universitas Negeri Pittsburg, Amerika Serikat. Ia meraih gelar Bachelor of Arts pada tahun 1995. Lalu, ia melanjutkan kuliah di Jurusan Communication-Public Relation di universitas yang sama. Ia juga sempat kuliah di bidang yang sama di Universitas Negeri Wichita.[1]
Ia pernah bekerja di majalah Dewi dan menjadi kontributor di beberapa media mancanegara, seperti Sunflower, Collegio, dan Morning Sun. Selain itu, ia juga pernah menjadi pembawa acara pada CAP-3 TV, Pittsburg, Kansas, produser paruh waktu di Radio Singapore International, dan kontributor majalah Harper's Bazaar Indonesia. Saat ini Fira Basuki menjadi executive contributor di Cosmopolitan Indonesia (MRA Media).
Fira Basuki sudah menulis karya sastra sejak menempuh pendidikan di bangku sekolah. Pada saat di sekolah menengah umum ia sudah menjuarai lomba menulis yang diselenggarakan oleh majalah-majalah, seperti Tempo dan Gadis. Selain itu, ia juga pernah mengikuti lomba yang diselenggarakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, LIPI, dan FISIP-UI.[1]
Sejak tahun 2001 Fira Basuki mulai aktif menulis novel. Novel pertamanya yang berjudul Jendela-jendela mengisahkan kehidupan pasangan suami istri dan permasalahan-permasalahan yang muncul di dalam rumah-tangganya. Dengan suksesnya novel pertama tersebut, Fira kemudian menulis lanjutan kisah dalam Jendela-Jendela dengan Pintu yang diterbitkan pada tahun 2002, dan Atap pada tahun 2003.
Pada tahun 2004, ia menerbitkan novel berjudul Rojak, yang mengisahkan seorang perempuan dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang penuh dengan cobaan. Novel tersebut menceritakan terjadinya perkawinan campur antara Janice Wong yang merupakan keturunan Cina yang tinggal di Singapura dan Setyo Putra Hadiningrat yang merupakan keturunan Jawa yang tinggal di Yogyakarta.
Fira Basuki memaparkan penderitaan dan nasib seorang wanita sesuai dengan pengalaman dan sudut pandangnya. Berbekal pengalamannya bekerja dan menetap di luar negeri, seperti Amerika dan Singapura, ia dapat menggambarkan latar tempat dan suasana budaya dengan sangat jelas.
Fira Basuki adalah ibu dari seorang putri yang bernama Syaza Calibria Galang.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.