Ester asalnya bernama Hadasa, nama Ibrani yang berarti tanaman "murad" (familia Myrtus; bahasa Inggris:myrtle).[1] Ada anggapan bahwa nama "Ester" berasal dari kata "Astra" yang dalam bahasa Media Persia berarti tanaman murad.[2] Ada pula anggapan bahwa nama Ester berasal dari nama dewi Ishtar, berdasarkan catatan Kitab Daniel bahwa orang-orang Yahudi dalam pembuangan diberi nama dewa-dewa Babel, sebagaimana nama "Mordekhai" dapat diartikan "hamba dewa Marduk", salah satu dewa Babel. Ester juga dapat berasal dari akar nama Proto-Semitik "asytar" yaitu "bintang fajar atau senja (planet Venus)",[3] yang berasal dari nama Ugarit "Athtiratu"[4] dan nama Arab "Athtar".[5]
Robert Dick Wilson yang mengidentifikasikan Ahasyweros dengan Xerxes I dan Wasti dengan Amestris, mengusulkan bahwa baik "Amestris" dan "Ester" berasal dari nama Akkadia Ammi-Ishtar atau Ummi-Ishtar.[6] Hoschander mengusulkan nama asal Ishtar-udda-sha ("Ishtar adalah cahayanya") dengan kemungkinan -udda-sha mirip nama Ibrani "Hadasa". Namun nama ini ditemukan tidak pada zaman Persia, melainkan pada zaman Babilon tua tahun 2000 SM, sehingga anggapan ini belum diterima.
Kitab Targum[7] menghubungkan nama Ester dengan kata Persia untuk "bintang" (bahasa Inggris:star), ستارهsetareh, menjelaskan bahwa Ester diberi nama demikian karena cantiknya seperti bintang fajar (planet Venus).
Dalam Talmud Tractate Yoma 29a, Ester dibandingkan dengan "bintang fajar", dan dihubungkan dengan Mazmur 22 yang di bagian awal ada catatan "Menurut lagu: Rusa di kala fajar".
Hadasa, yakni Ester, dipercaya lahir dan dibesarkan di kota Susan, ibu kota Kerajaan Persia. Gadis itu elok perawakannya dan cantik parasnya. Ketika ibu bapanya mati, ia diangkat sebagai anak oleh Mordekhai, anak saudara ayahnya.[8] Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish, adalah seorang Yahudi dari suku Benyamin. Kakek buyutnya, Kish, diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan yang turut dengan Yekhonya, raja Kerajaan Yehuda, ketika ia diangkut ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar, raja Babel (~ 597 SM).[9] Meskipun kemudian raja Koresy Agung mengizinkan bangsa Yahudi pulang ke negerinya, rupanya Ester dan keluarganya tetap tinggal di kota Susan di Persia.
Menjadi ratu
Pada tahun yang ke-3 dalam pemerintahan raja Ahasyweros dari Persia, yang merajai 127 daerah mulai dari India sampai ke Etiopia, diadakanlah oleh baginda perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya; tentara Persia dan Media, kaum bangsawan dan pembesar daerah hadir di hadapan baginda. Di samping itu baginda memamerkan kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak, berhari-hari lamanya, sampai 180 hari. Pada zaman itu, raja Ahasyweros bersemayam di atas takhta kerajaannya di dalam benteng Susan.[10] Setelah genap hari-hari itu, maka raja mengadakan perjamuan lagi 7 hari lamanya bagi seluruh rakyatnya yang terdapat di dalam benteng Susan, daripada orang besar sampai kepada orang kecil, bertempat di pelataran yang ada di taman istana kerajaan.[11] Wasti, sang ratu, mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana raja Ahasyweros.[12] Pada hari yang ke-7, ketika raja riang gembira hatinya karena minum anggur, bertitahlah baginda kepada 7 sida-sidanya supaya mereka membawa Wasti, sang ratu, dengan memakai mahkota kerajaan, menghadap raja untuk memperlihatkan kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, karena sang ratu sangat elok rupanya. Tetapi ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut titah raja yang disampaikan oleh sida-sida itu, sehingga sangat geramlah raja dan berapi-apilah murkanya.[13]
Maka bertanyalah raja kepada 7 penasehatnya, orang-orang arif bijaksana, orang-orang yang mengetahui kebiasaan zaman—karena demikianlah biasanya masalah-masalah raja dikemukakan kepada para ahli undang-undang dan hukum; adapun yang terdekat kepada baginda ialah Karsena, Setar, Admata, Tarsis, Meres, Marsena dan Memukan, ketujuh pembesar Persia dan Media, yang boleh memandang wajah raja dan yang mempunyai kedudukan yang tinggi di dalam kerajaan. Memukan mengusulkan di hadapan raja dan para pembesar itu bahwa: "Wasti, sang ratu, bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah raja Ahasyweros. Karena kelakuan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan, sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya, apabila diceritakan orang: Raja Ahasyweros menitahkan, supaya Wasti, sang ratu, dibawa menghadap kepadanya, tetapi ia tidak mau datang. Pada hari ini juga isteri para pembesar raja di Persia dan Media yang mendengar tentang kelakuan sang ratu akan berbicara tentang hal itu kepada suaminya, sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan kegusaran. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan suatu titah kerajaan dari hadapan baginda dan dituliskan di dalam undang-undang Persia dan Media, sehingga tidak dapat dicabut kembali, bahwa Wasti dilarang menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik daripadanya. Bila keputusan yang diambil raja kedengaran di seluruh kerajaannya--alangkah besarnya kerajaan itu! --,maka semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, daripada orang besar sampai kepada orang kecil." Usul itu dipandang baik oleh raja serta para pembesar, jadi bertindaklah raja sesuai dengan usul Memukan itu. Dikirimkanlah oleh baginda surat-surat ke segenap daerah kerajaan, tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, bunyinya: "Setiap laki-laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara menurut bahasa bangsanya."[14]
Sesudah peristiwa-peristiwa ini, setelah kepanasan murka raja Ahasyweros surut, terkenanglah baginda kepada Wasti dan yang dilakukannya, dan kepada apa yang diputuskan atasnya. Maka para biduanda raja mengusulkan agar raja memerintahkan orang mencari gadis-gadis, yaitu anak-anak dara yang elok rupanya, di segenap daerah kerajaannya, supaya mereka dikumpulkan di dalam benteng Susan, di balai perempuan, di bawah pengawasan Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan; kemudian diberikan wangi-wangian kepada mereka. Dan gadis yang terbaik pada pemandangan raja, diangkat menjadi ratu ganti Wasti. Hal itu dipandang baik oleh raja, dan dilakukanlah demikian.[15]
Setelah titah dan undang-undang raja tersiar dan banyak gadis dikumpulkan di dalam benteng Susan, di bawah pengawasan Hegai, maka Esterpun dibawa masuk ke dalam istana raja, di bawah pengawasan Hegai, penjaga para perempuan. Maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur kepadanya, dan juga 7 orang dayang-dayang yang terpilih dari isi istana raja, kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke bagian yang terbaik di dalam balai perempuan. Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya, karena dilarang oleh Mordekhai.[16]
Tiap-tiap kali seorang gadis mendapat giliran untuk masuk menghadap raja Ahasyweros, dan sebelumnya ia dirawat menurut peraturan bagi para perempuan selama 12 bulan, sebab seluruh waktu itu digunakan untuk pemakaian wangi-wangian: 6 bulan untuk memakai minyak mur dan 6 bulan lagi untuk memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan. Lalu gadis itu masuk menghadap raja, dan segala apa yang dimintanya harus diberikan kepadanya untuk dibawa masuk dari balai perempuan ke dalam istana raja. Pada waktu petang ia masuk dan pada waktu pagi ia kembali, tetapi sekali ini ke dalam balai perempuan yang kedua, di bawah pengawasan Saasgas, sida-sida raja, penjaga para gundik. Ia tidak diperkenankan masuk lagi menghadap raja, kecuali jikalau raja berkenan kepadanya dan ia dipanggil dengan disebutkan namanya.[17] Ketika Ester—anak Abihail, yakni saudara ayah Mordekhai yang mengangkat Ester sebagai anak—mendapat giliran untuk masuk menghadap raja, maka ia tidak menghendaki sesuatu apapun selain daripada yang dianjurkan oleh Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan. Maka Ester dapat menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihat dia.[18]
Ester dibawa masuk menghadap raja Ahasyweros ke dalam istananya pada bulan yang ke-10—yakni bulan Tebet—pada tahun yang ke-7 dalam pemerintahan baginda. Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih daripada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih daripada semua anak dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti. Kemudian diadakanlah oleh baginda suatu perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya, yakni perjamuan karena Ester, dan baginda menitahkan kebebasan pajak bagi daerah-daerah serta mengaruniakan anugerah, sebagaimana layak bagi raja.[19]
Selama anak-anak dara dikumpulkan untuk kedua kalinya, Mordekhai duduk di pintu gerbang istana raja. Di sana ia mengetahui Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu, berikhtiar untuk membunuh raja Ahasyweros. Hal itu diberitahukan oleh Mordekhai kepada Ester, sang ratu, dan Ester mempersembahkannya kepada raja atas nama Mordekhai.
Perkara itu diperiksa dan ternyata benar, maka kedua orang itu disulakan pada tiang. Dan peristiwa itu dituliskan di dalam kitab sejarah, di hadapan raja.[20]
Sesudah peristiwa-peristiwa ini maka Haman bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah kebesaran oleh raja Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas semua pembesar yang ada di hadapan baginda.[21] Agag adalah nama raja Amalek yang dibunuh oleh raja Israel yang pertama, Saul (dari suku Benyamin), atas perintah Tuhan melalui nabi Samuel.[22]
Semua pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab demikianlah diperintahkan raja tentang dia, tetapi Mordekhai tidak berlutut dan tidak sujud. Meskipun ditegor oleh para pegawai raja yang di pintu gerbang istana raja berhari-hari, "Mengapa engkau melanggar perintah raja?", tetap tidak didengarkannya juga. Maka hal itu diberitahukan merekalah kepada Haman untuk melihat, apakah sikap Mordekhai itu dapat tetap, sebab ia telah menceritakan kepada mereka, bahwa ia orang Yahudi.[23] Diduga Mordekhai, sebagai orang Yahudi, tidak mau menyembah orang Amalek, yang merupakan musuh Israel.
Ketika Haman melihat, bahwa Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman, tetapi ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja, karena orang telah memberitahukan kepadanya kebangsaan Mordekhai itu. Jadi Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros.[24]
Dalam bulan pertama, yakni bulan Nisan, dalam tahun yang ke-12 zaman raja Ahasyweros, orang membuang pur--yakni undi—di depan Haman, hari demi hari dan bulan demi bulan sampai jatuh pada bulan yang ke-12, yakni bulan Adar.[25]
Kemudian Haman menghadap raja Ahasyweros dan berkata: "Ada suatu bangsa yang hidup tercerai-berai dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka; maka hamba akan menimbang perak 10.000 talenta dan menyerahkannya kepada tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka memasukkannya ke dalam perbendaharaan raja."[26] Maka raja mencabut cincin meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru orang Yahudi itu, kemudian titah raja kepada Haman: "Perak itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk kauperlakukan seperti yang kaupandang baik."[27]
Dalam bulan yang pertama (Nisan) pada hari yang ke-13 dipanggillah para panitera raja, lalu, sesuai dengan segala yang diperintahkan Haman, ditulislah surat kepada wakil-wakil raja, kepada setiap bupati yang menguasai daerah dan kepada setiap pembesar bangsa, yakni kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya; surat itu ditulis atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja. Surat-surat itu dikirimkan dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan, supaya dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan semua orang Yahudi daripada yang muda sampai kepada yang tua, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, pada satu hari juga, pada tanggal 13 bulan yang ke-12—yakni bulan Adar--,dan supaya dirampas harta milik mereka. Salinan surat itu harus diundangkan di dalam tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, supaya mereka bersiap-siap untuk hari itu. Maka dengan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan. Sementara itu raja serta Haman duduk minum-minum, tetapi kota Susan menjadi gempar.[28]
Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar berjalan di tengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih. Dengan demikian datanglah ia sampai ke depan pintu gerbang istana raja, karena seorangpun tidak boleh masuk pintu gerbang istana raja dengan berpakaian kain kabung.
Sementara itu di tiap-tiap daerah, ke mana titah dan undang-undang raja telah sampai, ada perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis; oleh banyak orang dibentangkan kain kabung dengan abu sebagai lapik tidurnya.[29]
Ketika dayang-dayang dan sida-sida Ester memberitahukan hal itu kepadanya, maka sangatlah risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah pakaian, supaya dipakaikan kepada Mordekhai dan supaya ditanggalkan kain kabungnya daripadanya, tetapi tidak diterimanya. Maka Ester memanggil Hatah, salah seorang sida-sida raja yang ditetapkan baginda melayani dia, lalu memberi perintah kepadanya menanyakan Mordekhai untuk mengetahui apa artinya dan apa sebabnya hal itu. Hatah mendapatkan Mordekhai di lapangan kota yang di depan pintu gerbang istana raja, dan Mordekhai menceritakan kepadanya segala yang dialaminya, serta berapa banyaknya perak yang dijanjikan oleh Haman akan ditimbang untuk perbendaharaan raja sebagai harga pembinasaan orang Yahudi. Juga salinan surat undang-undang, yang dikeluarkan di Susan untuk memunahkan mereka itu, diserahkannya kepada Hatah, supaya diperlihatkan dan diberitahukan kepada Ester. Lagipula Hatah disuruh menyampaikan pesan kepada Ester, supaya pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda. Hatah menyampaikan perkataan Mordekhai kepada Ester.[30]
Mula-mula Ester menyuruh Hatah memberitahukan kepada Mordekhai: "Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama 30 hari ini tidak dipanggil menghadap raja."[31]
Maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Ester: "Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."[32]
Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai: "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati." Maka pergilah Mordekhai dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya.[33] Menurut tradisi Yahudi, hari-hari puasa itu adalah tanggal 13, 14 dan 15 bulan Nisan.
Pada hari yang ke-3 (tanggal 15 bulan Nisan) Ester mengenakan pakaian ratu, lalu berdirilah ia di pelataran dalam istana raja, tepat di depan istana raja. Raja bersemayam di atas takhta kerajaan di dalam istana, berhadapan dengan pintu istana itu.
Ketika raja melihat Ester, sang ratu, berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya, sehingga raja mengulurkan tongkat emas yang di tangannya ke arah Ester, lalu mendekatlah Ester dan menyentuh ujung tongkat itu. Tanya raja kepadanya: "Apa maksudmu, hai ratu Ester, dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan kepadamu." Jawab Ester: "Jikalau baik pada pemandangan raja, datanglah kiranya raja dengan Haman pada hari ini ke perjamuan yang diadakan oleh hamba bagi raja." Maka titah raja: "Suruhlah Haman datang dengan segera, supaya kami memenuhi permintaan Ester." [32]
Lalu raja datang dengan Haman ke perjamuan yang diadakan oleh Ester. Sementara minum anggur bertanyalah raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi." Maka jawab Ester: "Permintaan dan keinginan hamba ialah: Jikalau hamba mendapat kasih raja, dan jikalau baik pada pemandangan raja mengabulkan permintaan serta memenuhi keinginan hamba, datang pulalah kiranya raja dengan Haman ke perjamuan yang akan hamba adakan bagi raja dan Haman; maka besok akan hamba lakukan yang dikehendaki raja."[34]
Pada hari itu keluarlah Haman dengan hati riang dan gembira; tetapi ketika Haman melihat Mordekhai ada di pintu gerbang istana raja, tidak bangkit dan tidak bergerak menghormati dia, maka sangat panaslah hati Haman kepada Mordekhai. Pulanglah ia ke rumahnya dan menyuruh datang sahabat-sahabatnya dan Zeresh, isterinya. Maka Haman menceriterakan kepada mereka itu besarnya kekayaannya, banyaknya anaknya laki-laki, dan segala kebesaran yang diberikan raja kepadanya serta kenaikan pangkatnya di atas para pembesar dan pegawai raja. Lagi kata Haman: "Tambahan pula tiada seorangpun diminta oleh Ester, sang ratu, untuk datang bersama-sama dengan raja ke perjamuan yang diadakannya, kecuali aku; dan untuk besokpun aku diundangnya bersama-sama dengan raja. Akan tetapi semuanya itu tidak berguna bagiku, selama aku masih melihat si Mordekhai, si Yahudi itu, duduk di pintu gerbang istana raja." Lalu kata Zeresh, isterinya, dan semua sahabatnya kepadanya: "Suruhlah orang membuat tiang yang tingginya 50 hasta (75 kaki (23m)), dan persembahkanlah besok pagi kepada raja, supaya Mordekhai disulakan orang pada tiang itu; kemudian dapatlah engkau dengan bersukacita pergi bersama-sama dengan raja ke perjamuan itu." Hal itu dipandang baik oleh Haman, lalu ia menyuruh membuat tiang itu.[35]
Pada malam itu juga raja tidak dapat tidur. Maka bertitahlah baginda membawa kitab pencatatan sejarah, lalu dibacakan di hadapan raja. Dan di situ didapati suatu catatan tentang Mordekhai, yang pernah memberitahukan bahwa Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga pintu, telah berikhtiar membunuh raja Ahasyweros. Maka bertanyalah raja: "Kehormatan dan kebesaran apakah yang dianugerahkan kepada Mordekhai oleh sebab perkara itu?" Jawab para biduanda raja yang bertugas pada baginda: "Kepadanya tidak dianugerahkan suatu apapun."[36]
Pada waktu itu Haman baru datang di pelataran luar istana raja untuk memberitahukan kepada baginda, bahwa ia hendak menyulakan Mordekhai pada tiang yang sudah didirikannya untuk dia. Maka titah raja: "Suruhlah dia masuk." Setelah Haman masuk, bertanyalah raja kepadanya: "Apakah yang harus dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya?" Kata Haman dalam hatinya: "Kepada siapa lagi raja berkenan menganugerahkan kehormatan lebih dari kepadaku?" Oleh karena itu jawab Haman kepada raja: "Mengenai orang yang raja berkenan menghormatinya, hendaklah diambil pakaian kerajaan yang biasa dipakai oleh raja sendiri, dan lagi kuda yang biasa dikendarai oleh raja sendiri dan yang diberi mahkota kerajaan di kepalanya, dan hendaklah diserahkan pakaian dan kuda itu ke tangan seorang dari antara para pembesar raja, orang-orang bangsawan, lalu hendaklah pakaian itu dikenakan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya, kemudian hendaklah ia diarak dengan mengendarai kuda itu melalui lapangan kota sedang orang berseru-seru di depannya: Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya!"[37]
Maka titah raja kepada Haman: "Segera ambillah pakaian dan kuda itu, seperti yang kaukatakan itu, dan lakukanlah demikian kepada Mordekhai, orang Yahudi, yang duduk di pintu gerbang istana. Sepatah katapun janganlah kaulalaikan daripada segala yang kaukatakan itu." Lalu Haman mengambil pakaian dan kuda itu, dan dikenakannya pakaian itu kepada Mordekhai, kemudian diaraknya Mordekhai melalui lapangan kota itu, sedang ia menyerukan di depannya: "Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya." Kemudian kembalilah Mordekhai ke pintu gerbang istana raja, tetapi Haman bergesa-gesa pulang ke rumahnya dengan sedih hatinya dan berselubung kepalanya. Dan Haman menceritakan kepada Zeresh, isterinya, dan kepada semua sahabatnya apa yang dialaminya. Maka kata para orang arif bijaksana dan Zeresh, isterinya, kepadanya: "Jikalau Mordekhai, yang di depannya engkau sudah mulai jatuh, adalah keturunan Yahudi, maka engkau tidak akan sanggup melawan dia, malahan engkau akan jatuh benar-benar di depannya." Selagi mereka itu bercakap-cakap dengan dia, datanglah sida-sida raja, lalu mengantarkan Haman dengan segera ke perjamuan yang diadakan oleh Ester.[38]
Pada hari yang kedua itu (tanggal 16 bulan Nisan) datanglah raja dengan Haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu. Sementara minum anggur, bertanyalah pula raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi." Maka jawab Ester, sang ratu: "Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba. Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja." Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu: "Siapakah orang itu dan di manakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?" Lalu jawab Ester: "Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!" Maka Hamanpun sangatlah ketakutan di hadapan raja dan ratu. Lalu bangkitlah raja dengan panas hatinya daripada minum anggur dan keluar ke taman istana;[39]
Akan tetapi Haman masih tinggal untuk memohon nyawanya kepada Ester, sang ratu, karena ia melihat, bahwa telah putus niat raja untuk mendatangkan celaka kepadanya. Haman berlutut pada katil tempat Ester berbaring. Ketika raja kembali dari taman istana ke dalam ruangan minum anggur, raja melihat posisi Haman di dekat ranjang Ester, maka titah raja: "Masih jugakah ia hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku sendiri?" Tatkala titah raja itu keluar dari mulutnya, maka diselubungi oranglah muka Haman. Harbona, salah seorang sida-sida yang di hadapan raja melaporkan bahwa Haman telah membuat tiang di dekat rumahnya, 50 hasta tingginya, untuk menyulakan Mordekhai, orang yang menyelamatkan raja dengan pemberitahuannya itu. Lalu titah raja: "Sulakan dia pada tiang itu." Kemudian Haman disulakan pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai. Maka surutlah panas hati raja.[40] Jadi, pada tanggal 17 bulan Nisan, musuh bangsa Yahudi sudah mati.
Pada hari itu juga raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman, seteru orang Yahudi, kepada Ester, sang ratu, dan Mordekhai masuk menghadap raja, karena Ester telah memberitahukan apa pertalian Mordekhai dengan dia. Maka raja mencabut cincin meterai yang diambil daripada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan Mordekhai diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman.[41]
Kemudian Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud pada kakinya dan menangis memohon karunianya, supaya dibatalkannya maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta rancangan yang sudah dibuatnya terhadap orang Yahudi.[42]
Raja menjawab kepada Ester, sang ratu, serta kepada Mordekhai, orang Yahudi itu: "Harta milik Haman telah kukaruniakan kepada Ester, dan Haman sendiri telah disulakan pada tiang karena ia sudah mengacungkan tangannya kepada orang Yahudi. Tuliskanlah atas nama raja apa yang kamu pandang baik tentang orang Yahudi dan meteraikanlah surat itu dengan cincin meterai raja, karena surat yang dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan cincin meterai raja tidak dapat ditarik kembali."[43]
Pada waktu itu juga dipanggillah para panitera raja, tanggal 23 bulan yang ke-3 (bulan Siwan), dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai ditulislah surat atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja, kepada orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar daerah, dari India sampai ke Etiopia, 127 daerah, kepada tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga kepada orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya, lalu dengan perantaraan pesuruh-pesuruh cepat yang berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas yang diternakkan di pekudaan, dikirimkanlah surat-surat yang isinya: raja mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta memunahkan, membunuh atau membinasakan segala tentara, bahkan anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang mereka, dan untuk merampas harta miliknya, pada hari yang sama di segala daerah raja Ahasyweros, pada tanggal 13 bulan yang ke-12 (bulan Adar). Maka dengan terburu-buru dan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan di dalam benteng Susan.[44]
Pada tanggal 13 bulan yang ke-12 (bulan Adar), ketika titah serta undang-undang raja akan dilaksanakan, pada hari musuh-musuh orang Yahudi berharap mengalahkan orang Yahudi, terjadilah yang sebaliknya: orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka. Maka berkumpullah orang Yahudi di dalam kota-kotanya di seluruh daerah raja Ahasyweros, untuk membunuh orang-orang yang berikhtiar mencelakakan mereka, dan tiada seorangpun tahan menghadapi mereka, karena ketakutan kepada orang Yahudi telah menimpa segala bangsa itu. Dan semua pembesar daerah dan wakil pemerintahan dan bupati serta pejabat kerajaan menyokong orang Yahudi, karena ketakutan kepada Mordekhai telah menimpa mereka, sebab Mordekhai besar kekuasaannya di dalam istana raja dan tersiarlah berita tentang dia ke segenap daerah, karena Mordekhai itu bertambah-tambah besar kekuasaannya.
Maka orang Yahudi mengalahkan semua musuhnya: mereka memukulnya dengan pedang, membunuh dan membinasakannya. Di dalam benteng Susan saja orang Yahudi membunuh dan membinasakan lima ratus orang. Juga ke-10 anak laki-laki Haman bin Hamedata, seteru orang Yahudi, dibunuh oleh mereka, tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan.[45]
Pada hari itu juga jumlah orang-orang yang terbunuh di dalam benteng Susan disampaikan ke hadapan raja. Lalu titah raja kepada Ester, sang ratu: "Di dalam benteng Susan saja orang Yahudi telah membunuh dan membinasakan lima ratus orang beserta kesepuluh anak Haman. Di daerah-daerah kerajaan yang lain, entahlah apa yang diperbuat mereka. Dan apakah permintaanmu sekarang? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu lagi? Niscaya dipenuhi." Lalu jawab Ester: "Jikalau baik pada pemandangan raja, diizinkanlah kiranya kepada orang Yahudi yang di Susan untuk berbuat besokpun sesuai dengan undang-undang untuk hari ini, dan kesepuluh anak Haman itu hendaklah disulakan pada tiang." Rajapun menitahkan berbuat demikian; maka undang-undang itu dikeluarkan di Susan dan kesepuluh anak Haman disulakan orang. Jadi berkumpullah orang Yahudi yang di Susan pada hari yang keempat belas bulan Adar juga dan dibunuhnyalah di Susan 300 orang, tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan.[46]
Orang Yahudi yang lain, yang ada di dalam daerah kerajaan, berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta mendapat keamanan terhadap musuhnya; mereka membunuh 75.000 orang di antara pembenci-pembenci mereka, tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan. Hal itu terjadi pada tanggal 13 bulan Adar. Pada hari yang ke-14 berhentilah mereka dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita. Oleh sebab itu orang Yahudi yang di pedusunan, yakni yang diam di perkampungan merayakan hari yang ke-14 bulan Adar itu sebagai hari sukacita dan hari perjamuan, dan sebagai hari gembira untuk antar-mengantar makanan.[47]
Akan tetapi orang Yahudi yang di Susan berkumpul dan berperang pada hari yang ke-13 dan ke-14 bulan itu. Mereka baru berhenti pada hari yang ke-15 dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita.[48]
Mordekhai menuliskan peristiwa itu, lalu mengirimkan surat-surat kepada semua orang Yahudi di seluruh daerah raja Ahasyweros, baik yang dekat baik yang jauh, untuk mewajibkan mereka, supaya tiap-tiap tahun merayakan hari yang ke-14 dan ke-15 bulan Adar,
karena pada hari-hari itulah orang Yahudi mendapat keamanan terhadap musuhnya dan dalam bulan itulah dukacita mereka berubah menjadi sukacita dan hari perkabungan menjadi hari gembira, dan supaya menjadikan hari-hari itu hari perjamuan dan sukacita dan hari untuk antar-mengantar makanan dan untuk bersedekah kepada orang-orang miskin. Sesungguhnya Haman bin Hamedata, orang Agag, seteru semua orang Yahudi itu, telah merancangkan hendak membinasakan orang Yahudi dan diapun telah membuang pur—yakni undi—untuk menghancurkan dan membinasakan mereka, akan tetapi ketika hal itu disampaikan (oleh ratu Ester) ke hadapan raja, maka dititahkannyalah dengan surat, supaya rancangan jahat yang dibuat Haman terhadap orang Yahudi itu dibalikkan ke atas kepalanya. Maka Haman beserta anak-anaknya disulakan pada tiang. Oleh sebab itulah hari-hari itu disebut Purim, menurut kata "pur" (="undi"). Oleh sebab itu jugalah, yakni karena seluruh isi surat itu dan karena apa yang dilihat mereka mengenai hal itu dan apa yang dialami mereka, orang Yahudi menerima sebagai kewajiban dan sebagai ketetapan bagi dirinya sendiri dan keturunannya dan bagi sekalian orang yang akan bergabung dengan mereka, bahwa mereka tidak akan melampaui merayakan kedua hari itu tiap-tiap tahun, menurut yang dituliskan tentang itu dan pada waktu yang ditentukan, dan bahwa hari-hari itu akan diperingati dan dirayakan di dalam tiap-tiap angkatan, di dalam tiap-tiap kaum, di tiap-tiap daerah, di tiap-tiap kota, sehingga hari-hari Purim itu tidak akan lenyap dari tengah-tengah orang Yahudi dan peringatannya tidak akan berakhir dari antara keturunan mereka.[49]
Ester, sang ratu, anak Abihail, menulis surat, bersama-sama dengan Mordekhai, orang Yahudi itu; surat yang kedua tentang hari raya Purim ini dituliskannya dengan segala ketegasan untuk menguatkannya. Lalu dikirimkanlah surat-surat kepada semua orang Yahudi di dalam ke-127 daerah kerajaan Ahasyweros, dengan kata-kata salam dan setia, supaya hari-hari Purim itu dirayakan pada waktu yang ditentukan, seperti yang diwajibkan kepada mereka oleh Mordekhai, orang Yahudi itu, dan oleh Ester, sang ratu, dan seperti yang diwajibkan mereka kepada dirinya sendiri serta keturunan mereka, mengenai hal berpuasa dan meratap-ratap. Demikianlah perintah Ester menetapkan perihal Purim itu, kemudian dituliskan di dalam kitab.[50]
Raja Ahasyweros pada umumnya dianggap sama dengan raja Xerxes I dari dinasti Achaemenid. Namun banyak pakar sejarah yang lebih yakin bahwa suami Ester ini raja Persia dari zaman kemudian, dari dinasti Sassania.[51][52]
Dalam tradisi Yahudi, Ester dianggap sebagai seorang nabiah.
Sebuah desa di utara Israel, Kfar Bar'am dianggap sebagai tempat makam ratu Ester.
Dalam gereja Lutheran sinode Missouri, Ester diperingati sebagai orang suci tanggal 24 Mei.
Dianne Tidball berargumen bahwa jika Wasti adalah "ikon gerakan feminisme", maka Ester adalah "ikon post-feminisme".[53]
Mengingat pertalian sejarah Persia dan Yahudi, maka orang-orang Yahudi di Persia saat ini disebut "Anak-anak Ester". Sebuah bangunan yang dikenal melindungi Makam Ester dan Mordekhai berada di Hamadan, Iran.[54]
Tahun 1689, Jean Baptiste Racine menggubah drama tragedi Esther, atas permintaan istri raja Louis XIV, Françoise d'Aubigné, marquise de Maintenon.
Tahun 1718, Handel menggubah oratorio Esther berdasarkan drama karya Racine.
Tahun 1958, sebuah buku berjudul "Behold Your Queen!", ditulis oleh Gladys Malvern, dan diberi lukisan ilustrasi oleh saudara perempuannya, Corinne Malvern, dipilih sebagai seleksi dari "Junior Literary Guild".
Drama berjudul Esther (1960), ditulis oleh Saunders Lewis, orang Wales, menceritakan kisah hidup Ester dalam bahasa Wales.
Film Esther and the King
Tahun 1962 drama musikal berjudul Swan Esther ditulis oleh J. Edward Oliver dan Nick Munns, dimainkan oleh "the Young Vic" dan sejumlah grup amatir.
Tahun 1978 sebuah miniseri berjudul The Greatest Heroes of the Bible dengan pemain utama Victoria Principal sebagai Ester, Robert Mandan sebagai Xerxes, dan Michael Ansara sebagai Haman.
Episode 25 dari serial anime "Superbook" (1981) menyinggung kisah ini.
Novel 'Hadassah' oleh J. Francis Hudson (Lion Publishing 1996) menggabungkan kisah Alkitab dengan catatan sejarah Yunani mengenai pemerintahan Xerxes (Ahasyweros).
Tahun 1986 film Israel dengan sutradara Amos Gitai berjudul Esther.
Tahun 1999 film TV Bible Collection yang mengikuti cerita Alkitab dengan teliti, menampilkan film Esther, dengan pemain utama Louise Lombard sebagai Ester dan F. Murray Abraham sebagai Mordekhai.
Tahun 2000, VeggieTales, perusahaan yang membuat film animasi dengan CGI, menggunakan sayur-sayuran sebagai tokoh utama, untuk mengajarkan cerita Alkitab kepada anak-anak, membuat film Esther... The Girl Who Became Queen.
Bulan Mei 2005 musikal Luv Esther pertama kalinya dimainkan, ditulis oleh Ray Goudie.
Tahun 2006, film tentang Ester dan Ahasyweros, berjudul One Night with the King, dengan peran utama Tiffany Dupont dan Luke Goss. Dibuat berdasarkan novel Hadassah: One Night with the King karya Tommy Tenney dan Mark Andrew Olsen.
Tahun 2006 dalam Melbourne Fringe Festival, The Backyard Bard mengadakan tour cerita Alkitab 'Esther' dengan 4 penutur cerita perempuan menceritakan kisah ini secara harafiah dari Alkitab.
Anime "Trinity Blood" menampilkan Esther sebagai tokoh utama, seorang biarawati dengan tanda bintang di samping badannya. Ia dinubuatkan sebagai "bintang fajar" yang membawa umatnya kepada perdamaian.
Tahun 2008 HBO membuat sinetron "Recount", dimana Secretary of State negara bagian Florida, Katherine Harris, (dimainkan oleh Laura Dern) membandingkan diri dengan ratu Ester, dengan kata-kata bahwa ia "bersedia mengorbankan diri untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi terkasih."
Esther adalah satu dari 5 pahlawan "Order of the Eastern Star".
Opera "Esther" digubah oleh Hugo Weisgall.
Debra Spark menulis novel tahun 2009 Good for the Jews tentang Ester dengan latar belakang kota Madison, Wisconsin.
Tanggal 8 Maret 2011, "The Maccabeats" meluncurkan musik video "Purim Song"[55]
"A Reluctant Queen" oleh Joan Wolf merupakan cerita fiksi dari kisah hidup Ester.
John Huehnergard, "Appendix 1: Afro-Asiatic," In The Languages of Syria-Palestine And Arabia, edited by Roger D. Woodard, 225-246. New York: Cambridge University Press, 2008: 243.
Aïcha Rahmouni, Divine Epithets in the Ugaritic Alphabetic Texts, Handbook of Oriental Studies. Section 1, The Near and Middle East. Translated by J.N. Ford (Leiden, 2007), 86.
Beal, Timothy K. The Book of Hiding: Gender, Ethnicity, Annihilation, and Esther. NY: Routledge, 1997. Postmodern theoretical apparatus, e.g., Jacques Derrida, Emmanuel Levinas
Michael V. Fox Character and Ideology in the Book of Esther, 2nd ed. Grand Rapids, MI: Eerdmanns, 2001. 333 pp.