Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Empat Penunggang Kuda, atau lengkapnya Empat Penunggang Kuda Apokalips atau Empat Penunggang Kuda Akhir Zaman (bahasa Inggris: Four Horsemen of the Apocalypse), merujuk kepada suatu bagian penglihatan yang dialami oleh Yohanes ketika berada di pulau Patmos pada abad pertama Masehi, dan dicatatnya dalam kitab Wahyu kepada Yohanes, yang merupakan kitab terakhir dalam Alkitab Kristen. Yohanes mendapat penglihatan berisi "Wahyu Yesus Kristus" yang disebut sebagai Anak Domba Allah. Pada pasal 6 kitab Wahyu itu, Yohanes melihat suatu gulungan kitab yang dimeterai dengan tujuh meterai di mana hanya Anak Domba Allah yang dapat membukanya. Ketika 4 meterai dibuka, berturut-turut muncul 4 penunggang kuda dengan ciri berbeda, masing-masing dengan kuda yang berwarna putih, merah padam, hitam dan hijau-kuning. Ada banyak penafsiran mengenai apa yang dilambangkan oleh para penunggang kuda ini. Pandangan apokaliptis Kristen umumnya menafsirkan bahwa empat penunggang kuda itu mempersiapkan apokalips ilahi ke atas bumi sebagai pertanda Penghakiman Terakhir.[1][2]
Eskatologi Kristen |
---|
Pandangan eskatologi |
Portal:Kristen |
Wahyu 6:1-8
Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan.
Dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris, penunggang kuda putih itu biasanya disebut sebagai "Conquest".[1] Nama itu dapat berarti "Kemenangan" ("Victory") sebagaimana dalam terjemahan bahasa Indonesia, dan juga dalam Jerusalem Bible. Kata Yunani aslinya diturunkan dari kata kerja vikao νικάω, untuk menguasai atau mengalahkan. Ia membawa sebuah "busur panah", dan mengenakan "mahkota pemenang".
Irenaeus, seorang teolog Kristen berpengaruh pada abad ke-2, adalah salah satu yang pertama kali menafsirkan penunggang ini sebagai Kristus sendiri, kuda putih-Nya melambangkan suksesnya penyebaran Injil.[7] Berbagai sarjana sejak itu mendukung pandangan ini,[8] mengutip penampakan berikutnya, dalam Wahyu 19, mengenai Kristus yang menunggang seekor kuda putih, muncul sebagai Firman Allah. Lebih-lebih, sebelumnya pada Perjanjian Baru, Injil Markus mengindikasikan bahwa penyebaran Injil mendahului dan meramalkan datangnya akhir zaman.[7][9] Warna putih juga cenderung melambangkan kesalehan dalam Alkitab, dan Kristus di tempat lain digambarkan sebagai seorang pemenang.[7][9]
Namun, penafsiran yang berlawanan berpendapat bahwa penunggang pertama ini kemungkinan tidak sama dengan penunggang pada Wahyu 19. Masing-masing disebutkan secara berbeda, dan peran Kristus sebagai Anak Domba yang membuka tujuh meterai menjadikan tidak mungkin bahwa Ia sendiri adalah salah satu kekuasaan yang dilepaskan oleh meterai itu.[7][9]
Selain Kristus, penunggang ini juga dapat melambangkan Roh Kudus. Roh Kudus dipahami turun ke atas para Rasul pada hari Pentakosta, 10 hari setelah kenaikan Yesus ke sorga. Penampakan Singa dalam Wahyu 5 menunjukkan ketibaan Yesus penuh kemenangan di Sorga, dan penunggang kuda putih dapat melambangkan pengutusan Roh Kudus oleh Yesus dan penyebaran Injil Yesus Kristus.[10]
Suatu penafsiran, yang dipegang oleh penginjil Billy Graham, menyamakan penunggang kuda putih ini sebagai Antikristus,[11] atau nabi-nabi palsu, dengan mengutip perbedaan antara kuda putih pada Wahyu 6 dan Yesus menunggangi kuda putih pada Wahyu 19.[12] Di Wahyu 19,[13] Yesus mempunyai banyak mahkota. Dalam Wahyu 6 penunggang itu hanya mempunyai satu mahkota, yang diberikan, bukan direbut. Ini menunjukkan adanya orang ketiga yang memberi kuasa kepada penunggang itu untuk menjalankan tugasnya.
Dan majulah seekor kuda lain, seekor kuda merah padam dan orang yang menungganginya dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi, sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah pedang yang besar.
Penunggang kuda merah ini sering dianggap melambangkan Peperangan (War),[14] karena digambarkan memegang pedang, sering kali dilukiskan mengacungkan pedang ke atas seakan bersiap untuk berperang[15]) atau membantai.[1][2][16] Warna kuda itu dalam bahasa Yunani Koine adalah πυρρός, pyrros, dari πῦρ, pyr, "api"; dan dalam sejumlah terjemahan secara khusus ditulis sebagai "merah padam". Warna merah, dan pedang yang dipegang penunggang kuda, tampaknya mengacu pada darah yang akan dicurahkan.[7]
Penunggang kuda kedua ini mungkin melambangkan perang saudara, berbeda dengan perang untuk menguasai seperti penunggang kuda pertama.[7][17] Komentator lain berpendapat bahwa yang dilambangkan adalah penganiayaan orang Kristen.[9][18][perlu rujukan lengkap]
Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hitam dan orang yang menungganginya memegang sebuah timbangan di tangannya. Dan aku mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata: "Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu."
Penunggang kuda ketiga menunggang kuda hitam dan secara populer dipahami sebagai "paceklik" atau "wabah kemiskinan" (famine) karena penunggang tersebut membawa sebuah neraca atau timbangan, yang menandakan cara menimbang jatah makanan pada musim paceklik.[7][17] Para penulis lain menafsirkan penunggang kuda ketiga adalah "Tuhan sebagai Pemberi Hukum" ("Lord as a Law-Giver") yang memegang "Neraca Keadilan" (Scales of Justice).[19] Dalam perikop ini tertulis bahwa harga bahan makanan adalah sekitar 10 kali harga normal (sehingga mempopulerkan tafsiran sebagai paceklik), di mana gaji satu hari penuh (satu denarius) hanya cukup untuk membeli gandum (wheat) bagi satu orang, atau hanya cukup untuk membeli jelai (barley), yang nilai gizinya lebih rendah, bagi tiga orang, sehingga para pekerja sulit untuk memberi makan keluarganya.[7]
Di antara keempat penunggan kuda, hanya penampilan kuda hitam ini diiringi oleh suara seruan. Yohanes mendengar suatu suara, tidak diidentifikasi, tetapi dari arah keempat makhluk hidup, yang berbicara mengenai harga gandum dan jelai, juga berkata "tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu". Ini menunjukkan bahwa paceklik yang dibawa oleh kuda hitam itu menaikkan harga pangan, tetapi minyak zaitun dan minuman anggur tidak terpengaruh (meskipun tidak terjangkau oleh para pekerja biasa). Salah satu penjelasannya adalah tanaman pangan lebih peka terhadap musim paceklik atau wabah serangga, daripada tanaman zaitun atau anggur, yang berakar lebih dalam.[7][17] Pernyataan ini juga menandakan terus menerus adanya barang mewah untuk orang kaya, sementara bahan pangan pokok seperti roti menjadi tambah langka, meskipun tidak benar-benar habis;[17] kelangkaan selektif itu dapat diakibatkan oleh ketidakadilan dan kesengajaan produksi barang pangan mewah untuk orang kaya daripada produksi bahan pokok, yang pernah terjadi saat Kitab Wahyu ini ditulis.[8][14] Alternatifnya, pelestarian minyak dan anggur dapat melambangkan pelestarian orang Kristen yang beriman, yang menggunakan minyak dan anggur dalam sakramen-sakramen mereka.[20]
Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi.
Penunggang kuda keempat dan terakhir ini dinamai Maut, satu-satunya yang diberi nama. Dalam bahasa Inggris, penunggang ini disebut "the pale rider" ("penunggang pucat"), karena kuda hijau kuning itu dalam bahasa Inggris juga diterjemahkan sebagai "pale horse" ("kuda [berwarna] pucat"). Tidak sebagaimana ketiga penunggang kuda lainnya, ia tidak membawa senjata atau benda, melainkan "diikuti oleh Kerajaan Maut", meskipun dalam gambar-gambar sering digambarkan membawa pedang berbentuk sabit (scythe; seperti malaikat maut),[21] atau senjata lain.
Warna kuda ini dalam naskah asli bahasa Yunani Koine digambarkan dengan kata khlōros (χλωρός),[22] yang dapat diartikan "hijau" atau "hijau kekuningan" atau pucat (pale/pallid).[23] Dalam Alkitab bahasa Inggris, kata ini sering diterjemahkan sebagai "pale", "ashen", "pale green", atau "yellowish green"[17] sebagai kemungkinan interpretasi. Kata Yunani itu merupakan akar kata "klorofil" dan unsur kimia "klor". Berdasarkan penggunaan kata ini pada literatur medis Yunani kuno, beberapa sarjana berpendapat bahwa warna ini mencerminkan warna kepucatan mayat.[7][24] Dalam sejumlah penggambaran artistik modern, kuda itu diberi warna hijau.[25][26][27]
Dalam Kitab Zakharia terdapat dua kali penyebutan kuda-kuda berwarna:
Mereka digambarkan berkeliling dunia dan menjaga supaya tetap damai. Diyakini bahwa ketika masa penganiayaan dimulai, damai itu diambil, sehingga pekerjaan mereka saat itu adalah menimbulkan kegentaran di tempat-tempat yang mereka datangi.[7]
Keempat makhluk yang digambarkan dalam Wahyu 4:6–8 mirip dengan empat makhluk yang digambarkan dalam Yehezkiel 1:5–12. Dalam kitab Wahyu masing-masing makhluk itu memanggil satu penunggang kuda, sedangkan dalam Kitab Yehezkiel keempat makhluk itu "berjalan lurus ke depan; ke arah mana roh itu hendak pergi, ke sanalah mereka pergi, mereka tidak berbalik kalau berjalan." Pada Yehezkiel 14:21, Tuhan memerinci "empat hukuman yang berat-berat" sebagai: pedang, kelaparan, binatang buas dan sampar, terhadap para penatua Israel yang menyembah berhala. Hukuman ini dapat dikaitkan dengan penafsiran perlambangan keempat penunggang kuda dan bencana yang terjadi olehnya, pada Yehezkiel 6:11–12.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.