Eka Kurniawan

penulis Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Eka Kurniawan

Eka Kurniawan (lahir 28 November 1975 )[1] adalah seorang penulis asal Indonesia. Ia menamatkan pendidikan tinggi dari Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. [note 1]

Fakta Singkat Lahir, Pekerjaan ...
Eka Kurniawan
Thumb
Lahir28 November 1975 (umur 49)
Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia
Pekerjaansastrawan, komikus
KebangsaanIndonesia
AlmamaterFakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada
PeriodeAngkatan Reformasi
Genrenovel, cerpen, nonfiksi
GerakanRealisme magis
PasanganRatih Kumala
Tutup

Eka Kurniawan adalah salah satu sastrawan Indonesia yang mulai menggemparkan kancah internasional atas novel yang telah ditulisnya. Novel itu berjudul Cantik Itu Luka. Atas ide dan keseriusan mengemas cerita, novel tersebut berhasil menembus penghargaan World Reader’s Award 2016 yang diselenggarakan di Hongkong. Penghargaan itu pun menjembatani buku-bukunya untuk diterbitkan di tiga negara Eropa, yaitu Jerman, Polandia, dan Norwegia. Tidak hanya itu, 30 negara lainnya ikut menerjemahkan novel yang dirilis pada tahun 2002 itu.

Eka Kurniawan terpilih sebagai salah satu "Global Thinkers of 2015" dari jurnal Foreign Policy.[3] Pada tahun 2016, ia menjadi penulis Indonesia pertama yang dinominasikan untuk Man Booker International Prize.[4]

Perjalanan

Ringkasan
Perspektif

Skripsinya diterbitkan dengan judul Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis (diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Aksara Indonesia, 1999; diterbitkan kedua kali oleh Penerbit Jendela, 2002; dan diterbitkan ketiga kali oleh Gramedia Pustaka Utama, 2006). Karya fiksi pertamanya, sebuah kumpulan cerita pendek, diterbitkan setahun kemudian: Corat-coret di Toilet (Aksara Indonesia, 2000).

Debut novel pertamanya meraih banyak perhatian dari pembaca sastra Indonesia, Cantik itu Luka [note 2] (terbit pertama kali oleh Penerbit Jendela, 2002; terbit kembali oleh Gramedia Pustaka Utama, 2004; diterjemahkan ke dalam bahasa Jepang oleh Ribeka Ota dan diterbitkan oleh Shinpu-sha, 2006; dialihbahasakan oleh Annie Tucker (New Directions Publishing, 2015). Disusul kemudian oleh novel kedua, Lelaki Harimau[1] (Gramedia Pustaka Utama, 2004) dialihbahasakan oleh Labodalih Sembiring dengan judul Man Tiger (Verso Books, 1 Oktober 2015). Pada tahun 2016, Man Tiger terpilih masuk nominasi panjang penghargaan The Man Booker International Prize Diarsipkan 2016-03-10 di Wayback Machine. 2016.

Karyanya yang lain adalah dua jilid kumpulan cerita pendek Cinta Tak Ada Mati dan Cerita-cerita Lainnya (Gramedia Pustaka Utama, 2005), dan Gelak Sedih dan Cerita-cerita Lainnya (Gramedia Pustaka Utama, 2005; di dalamnya termasuk kumpulan cerita pendek Corat-coret di Toilet). Beberapa cerita pendeknya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan Swedia. Pada tahun 2014, Eka kembali mengeluarkan novel yang berjudul Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas, dan di awal tahun 2015, buku kumpulan cerpennya yang berjudul Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi dirilis.

Novelnya yang berjudul Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas telah diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama pada tahun 2021. Film ini masuk dalam daftar nominasi Festival Film Indonesia 2022.[5] Tahun 2021, film ini meraih penghargaan Golden Leopard dalam Festival Film Locarno.[6]

Kini ia tinggal di Jakarta bersama istrinya, penulis Ratih Kumala, dan seorang anak perempuannya.

Karya

Non-fiksi

Novel

  • Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong (novel, 2024)

Cerita pendek

  • Corat-coret di Toilet (2000).
  • Gelak Sedih dan Cerita-cerita Lainnya (2005).
  • Cinta Tak Ada Mati dan Cerita-cerita Lainnya (2005).
  • Kumpulan Budak Setan (2010).
  • Perempuan Patah Hati yang Kembali Menemukan Cinta Melalui Mimpi (2015).
  • Sumur (2021).

Terjemahan

Filmografi

Penghargaan

Pranala luar

Catatan

  1. Dalam tulisannya, Topsfield, menyitir kembali apresiasi The Jakarta Post yang menyatakan Eka sebagai salah satu orang yang sedang dalam jalannya menjadi penulis berpengaruh. Bahkan Benedict Anderson menyatakan bahwa setengah abad setelah Pramoedya telah lahir penerusnya.[2]
  2. Berdasar dua novel pertama yang dialihbahasakan dan dipasarkan secara internasional, Jon Fasman (Pemimpin Redaksi The Economist biro Asia Tenggara dan penulis novel The Unpossessed City juga The Geographer’s Library) menyatakan bahwa apa yang Eka putuskan untuk ditulis pasti layak untuk dibaca[1]

Rujukan

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.