Loading AI tools
Raja Kerajaan Gelgel di Bali Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Dalem DiMade atau Dalem Guliang adalah seorang raja Bali yang memerintah pada periode 1623-1651 di Kerajaan Gelgel.[1] Ia adalah penguasa Gelgel terakhir dari dinasti Sri Aji Kepakisan anggota dari keturunan Ksatria-Brahmana dari Kerajaan Majapahit di Jawa dan menetap di Bali. Ia kehilangan tahtanya setelah terjadi pemberontakan oleh Perdana Mentrinya sendiri dan kemudian menjalani sisa hidupnya dalam pengungsian di desa Guliang
Bagian dari seri mengenai |
---|
Garis waktu |
Portal Indonesia |
Dalem Di Made adalah salah satu dari empat belas putra Dalem Seganing. Setelah kematian pendahulunya, tertanggal 1623 dalam satu sumber, ia berhasil naik tahta Gelgel. Sumber utama pemerintahannya adalah Babad Dalem, karya literatur dari abad ke-18, dan catatan tentang pemerintahannya terbukti terlalu tergantung kepada Perdana Mentrinya untuk segala urusan kerajaan. Babad Dalem memuji kemegahan istana Swecapura dengan istilah indah dan bersinar, dan memberikan banyak rincian tentang bangsawan yang terikat pada istananya.[2] Teks sejarah lainnya, Babad Ratu Tabanan, memberikan rincian tentang ekspedisi militer ke Jawa pada masa pemerintahannya untuk merebut kembali vassalnya di barat. Tentara Bali, yang dipimpin oleh Senapati Gusti Wayahan Pamedekan diutus untuk mempertahankan vassal mereka (Blambangan), bertemu dengan Sultan Agung dari Mataram (berkuasa 1613–1646) dan dalam perang yang terjadi koalisi Gelgel kalah dan Blambangan direbut Mataram Islam.[3] Tentara Bali juga diutus ke lombok untuk meredam pemberontakan dan berhasil diredam, kemudian pemberontakan di Gelgel menyebabkan satu persatu kekuasaan Gelgel di barat dan timur hilang.
Bagian terakhir dari Babad Dalem menceritakan bahwa kekuatan raja akhirnya menurun, dan bahwa berbagai bangsawan meninggalkan Gelgel. Kepala menteri raja, Anglurah Agung (wafat 1686), merebut kekuasaan, dan penguasa lama terpaksa mengungsi ke desa di dataran tinggi Guliang di kabupaten Bangli modern, di mana ia akhirnya meninggal. Bangsawan yang setia terutama Ki Gusti Kubontubuh (Kyayi Jumbuh) kemudian mampu menghidupi kedua putranya dan kemudian mengalahkan Anglurah Agung. Sebuah istana kerajaan baru kemudian dibangun di Klungkung (Semarapura), empat kilometer sebelah utara kediaman Gelgel lama.[4] Putra kedua dari almarhum raja, Dewa Agung Jambe I, ditetapkan sebagai penguasa, tetapi tidak seperti para pendahulunya, ia tidak dapat memegang kekuasaan atas seluruh Bali.[5] Semenjak runtuhnya kekuasaan Gelgel dinasti Sri Kresna Kepakisan, pulau itu pada dasarnya terpecah menjadi sembilan kerajaan otonom yang akan bertahan hingga abad ke-19.[6]
Dikatakan bahwa putra ketiga dari almarhum raja, meninggalkan Bali membawa banyak rombongan dan mengungsi menuju daerah vassal mereka di pulau lombok
Dari sumber non-Bali diketahui bahwa Kerajaan Gelgel masih berkuasa atas Blambangan di Jawa Timur, Lombok, dan Sumbawa (termasuk bagian timurnya, Bima), pada tahun 1630-an.[7]
Perusahaan Hindia Belanda (Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC) mencoba mendapatkan Gelgel sebagai sekutu politik melawan Mataram pada tahun 1633, yang berakhir gagal. Belakangan, Bali melakukan serangkaian perang sendiri dengan Mataram atas kepemilikan Blambangan, pada rentang tahun 1635-1647. Akhirnya, pengaruh Bali atas Blambangan menang.
Menurut sumber VOC, meninggalnya seorang penguasa Gelgel pada tahun 1651 menimbulkan konflik internal di Bali.[8] Kemudian, dari tahun 1665, Belanda mengadakan kontak dengan tuan baru Gelgel, Anglurah Agung dari Bali. Anglurah Agung ini disebutkan oleh teks-teks Bali dan Belanda sebagai tewas dalam pertempuran pada tahun 1686.[9] Tanggal sebenarnya kematian Dalem Di Made masih diragukan. Sejumlah sumber Bali menyebutkan tanggal 1642. Juga dikatakan bahwa ia adalah penguasa yang wafat pada tahun 1651, atau bahwa pemerintahannya berakhir paling lambat c. 1665.[10] Ia adalah penguasa Gelgel pertama yang disebutkan namanya dalam sumber Belanda, karena pangeran Bali, Raja Sangsit, yang menetap di Batavia pada tahun 1687, mengaku sebagai keponakannya.[11]
Dalem Di Made memiliki tujuh permaisuri: Istri pertama dan kedua adalah dua saudara kembar, Ni Gusti Peling. Istri ketiga bernama Ni Gusti Pacekan, putri Kiyayi Ler. Istri keempat bernama Ni Gusti Tangkeban, putri Gusti Agung. Istri kelima bernama Ni Gusti Selat, putri Gusti Kamasan. Istri keenam adalah putri Ki Dukuh Suladri; dan istri ketujuh adalah putri Gusti Jambe Pule dari Badung. Dia menjadi bapak sembilan putra; delapan di antaranya disebutkan dalam Babad Dalem. Sumber-sumber kemudian menyebutkan seorang putra lagi, Dewa Agung Jambe, yang kemudian menjadi penguasa pertama Klungkung pada tahun 1686.[12]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.