Chun Ying Zhuan adalah nama tarian Tiongkok yang berasal dari era Dinasti Tang. Tarian ini diwariskan dalam gagaku Jepang dan jeongjae Dinasti Joseon (Korea) namun telah punah di Tiongkok itu sendiri.
Nama asli | Chūn yīng zhuàn |
---|---|
Etimologi | Kicauan Kepodang Musim Semi, Kicauan Warbler Musim Semi, Kicauan Bulbul Musim Semi |
Genre | Tari Gemulai Dinasti Tang (軟舞), Musik Pesta Dinasti Tang (讌樂), gagaku, bugaku, tarian istana Korea |
Pencipta | Bai Ming Da (白明達) |
Tahun | masa pemerintahan Kaisar Tang Gaozong (649-683) |
Asal | Dinasti Tang |
Nama tarian ini diterjemahkan dari bahasa Tionghoa 春鶯囀 (lafal pinyin bahasa Mandarin: Chūn yīng zhuàn) yang bermakna "Kicauan Burung Kepodang (oriolus chinensis) Musim Semi". Namun di Korea dan Jepang aksara hanzi 鶯 (aeng / uguisu) diartikan masing-masing sebagai nightingale (bulbul) dan bush warbler.
Sejarah
Dalam catatan sejarah tentang musik istana Dinasti Tang berjudul Jiaofangji (教坊記)[1] tertulis bahwa Kaisar Gaozong memerintahkan musisi istana Bai Ming Da untuk menciptakan musik yang terinspirasi dari kicauan burung kepodang (鶯 ; yīng).[2] Selanjutnya tarian berjudul sama diciptakan di istana. Tarian ini dibawakan dengan anggun dan lemah gemulai dalam kategori "tari gemulai" (軟舞), sementara musik yang mengiringinya dimasukkan sebagai kelas "musik pesta" atau "musik hiburan" (讌樂).[2]
Dari catatan sejarah Korea Jinchan Uigwe tertulis: "menurut ensiklopedia Tiongkok Yüan chien lei han terbitan tahun 1701, Kaisar Gaozong dari Tang (649-683) mendengar kicauan suara burung nightingale dan memerintahkan musisi istana Bai Ming Da mengekspresikannya dalam bentuk musik. Satu tikar disiapkan dan penari wanita berdiri di atasnya. Bergerak ke depan dan belakang, berputar, hanya menari di atas tikar, dengan lagu: berjalan di malam terang bulan, angin meniup lengan baju, berdiri di depan sekuntum bunga, merindukan seorang kekasih."[3]
Seniman Republik Tiongkok, Liu Fengxue (劉鳳學) mempelajari tarian Tang yang diabadikan dalam tradisi bugaku Jepang, menghidupkan kembali tari versi Tang pada tanggal 4 April 1967 di Balai Zhongshan, Taipei.[2]
Gagaku dan Bugaku
Tarian ini diperkenalkan ke Jepang dari Dinasti Tang kira-kira pada pertengahan abad ke-9.[4] Seni ini dikategorikan sebagai bugaku atau tarian istana yang diiringi musik elegan (gagaku). Lafal Jepang dari aksara Kanji dibaca sebagai Shunnōden. Tari dan musik Shunnōden dikategorikan sebagai Tōgaku (Musik Tang).
Burung yang dijadikan referensi tarian Jepang berbeda dengan yang ada di Tiongkok, meskipun kanjinya sama.[4] Kanji 鶯 (yīng) adalah jenis burung penyanyi yang diartikan sebagai kepodang (oriole) di Tiongkok sementara di Jepang adalah uguisu (japanese bush warbler).[5] Burung uguisu dicintai bangsa Jepang sebagai burung yang mengabarkan kedatangan musim semi yang dinanti-nanti.[4] Tari Shunnōden ditarikan pada saat kunjungan sang kaisar ke kediaman orangtuanya yang secara rutin terjadi di awal musim semi.[4] Selain itu tari ini ditarikan juga pada perayaan ulang tahun yang jatuh di musim semi.[4]
Tarian Korea
Pada periode akhir Dinasti Joseon, karya yang terinspirasi dari tarian Dinasti Tang ini diciptakan dengan nama Chunaengjeon (춘앵전).[3][6][7]
Bukti tertua mengenai tari Chunaengjeon di Korea tercatat di Buku Panduan Pesta Istana Jinchan Uigwe yang diterbitkan tahun 1848.[3] Ditulis bahwa sejarah tari itu sudah ada sejak tahun 1469, tetapi kemudian baru disempurnakan oleh Pangeran Hyomyeong (Ikjong).[3] Tarian ini ditampilkan pada saat pesta ulang tahun Ratu Sunwon yang ke-40 pada tahun 1828.[6]
Buku panduan tahun 1828 itu hanya berisi tentang penjelasan singkat tanpa ada catatan tentang koreografi tari.[3] Jinchan Uigwe tahun 1829 dan 1848 juga mencatat informasi yang sama. Buku pertama yang menuliskan tentang koreografi tari adalah Jeongjae Mudo Holgi (Buku Panduan Tari Istana) dari tahun 1893 yang memuat koreografi 37 tari istana Tiongkok dan Korea. Banyak tari istana dari zaman Kaisar Gojong 1863-1907 yang dicatat dalam bentuk manuskrip.[3] Pada Zaman Penjajahan Jepang tari istana dilarang, tetapi hanya lima yang dikenal diwariskan dalam bentuk paling asli: Cheoyongmu, Mugo, Pogurak, Geommu, serta Chunaengjeon.[3] Pada masa pendudukan Jepang, tarian ini bertahan di tempat-tempat hiburan rakyat "gyobang".[6]
Pewaris keahlian tari Chunaengjeon yang asli ialah Kim Cheon-heung (1909-2007), pada saat berumur 15 tahun sebagai penari istana (mudong) pernah menarikan Chunaengjeon di depan Kaisar Sunjong. Namun sampai Korea merdeka tahun 1945 ia hanya berfokus pada musik tradisional bukan tari. Sehabis kemerdekaan, di Asosiasi Musik Istana Yi Wang-jik ia menghidupkan kembali tarian Chunaengjeon yang dikenal sekarang.[6]
Ciri khas
Chunaengjeon merupakan satu-satunya tari istana yang ditarikan oleh satu orang (solo).[8] Bagian tari yang terpenting adalah hwajeontae, yakni meniru gerakan burung bertengger di atas bunga dimana sang penari melipat selendang berwarna-warni di tangan ke belakang sambil tersenyum.[7] Senyuman sang penari dianggap sebagai hal penting yang menentukan keindahan tari Chunaengjeon.[7] Karena tikar sebagai pijakan menari tidak begitu panjang, maka gerakan sang penari itu tetap di atas tikar yang berpola tanaman (hwamunseok) dengan pergerakan yang seksama dan terkontrol.[7] Sang penari mengenakan kostum "aengsam" berwarna kuning. Di atas kepala penari wanita diberi hiasan kepala jokduri sementara penari pria memakai mahkota lotus. Mereka tidak memakai sepatu, tetapi hanya dengan beoseon. Musik yang mengiringi tarian dinamakan "pyeongjo hoesang".
Pranala luar
- (Inggris)Penari terakhir dari Dinasti Joseon wafat
- (Inggris)Song and Dance of Tang Dynasty
Referensi
Wikiwand in your browser!
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.