Remove ads

Benteng VOC Jepara, juga dikenal sebagai Fort Japara (XVI) dan Loji Gunung,[1][2] adalah sebuah benteng peninggalan VOC yang berdiri di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Benteng ini merupakan bagian dari kawasan yang terdiri dari benteng itu sendiri, kompleks permakaman (yang diantaranya adalah Taman Makam Pahlawan Giri Dharma), dan stebuah hutan buah.[3] Benteng ini diperkirakan berdiri pada abad ke-17 dan ditinggalkan pada awal abad ke-18 karena faktor keamanan.[3]

Fakta Singkat Cagar budaya Indonesia, Kategori ...
Benteng VOC Jepara
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Thumb
Pintu masuk benteng yang bertuliskan "Fort Japara XVI"
Cagar budaya Indonesia
KategoriBangunan
No. RegnasBelum ada
(Verifikasi 7 September 2017)
Lokasi
keberadaan
Bukit Danareja, Dusun Ujungbatu, Kelurahan Ujungbatu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah
PemilikPemerintah Kabupaten Jepara
Pengelola
  • Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah
  • Dinas Cipta Karya Tata Ruang dan Kebersihan Kabupaten Jepara
Koordinat6.586004°S 110.666597°E / -6.586004; 110.666597
Thumb
Benteng VOC (Jepara)
Lokasi di Jawa dan Indonesia
Thumb
Benteng VOC (Jepara)
Lokasi di Jawa dan Indonesia
Thumb
Benteng VOC (Jepara)
Lokasi di Jawa dan Indonesia
Tutup

Pada September 2013, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta melakukan pemugaran dan perawatan terhadap benteng ini.[4] Penataan terhadap benteng ini dilakukan setiap tahunnya oleh Pemerintah Kabupaten Jepara sejak tahun 2014, yang setidaknya masih dilakukan pada 2019.[3][5]

Remove ads

Lokasi

Secara administratif, benteng ini terletak di Dusun Ujungbatu, Kelurahan Ujungbatu, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Letaknya di atas sebuah bukit yang dinamakan Bukit Danareja atau Bukit Jepara, dengan ketinggian 35,05 mdpl. Jaraknya hanya sekitar 0,5 km ke arah utara dari pusat Jepara.[6]

Sejarah

Thumb
Sebuah gambar yang dibuat pada abad ke-18 yang menampilkan pemandangan Jepara saat itu. Benteng dapat dilihat di atas bukit dengan Bendera Belanda.

Tidak diketahui dengan pasti kapan benteng ini didirikan. Menurut Indrahti & Rochwulaningsih (2011), adanya batu karang dalam konstruksi benteng ini adalah ciri-ciri benteng yang dibangun oleh Portugal.[7]

Catatan sejarah selanjutnya hanya menunjukkan aktivitas penggunaan benteng pada abad ke-17, ketika kantor dagang VOC didirikan di sana pada 1613. VOC mendirikannya di Jepara karena kantornya yang ada di Gresik selalu mendapat gangguan dari para pedagang Islam yang tinggal disana yang menentang sistem monopoli VOC.[8]

Pada 1615, Sultan Agung dari Mataram memberikan izin kepada VOC untuk mendirikan loji sebagai kantor pewakilan dagang di Jepara. Loji itu selesai dibangun pada tahun 1618.[8] Sumber lain mengatakan bahwa lojinya didirkan pada tahun 1651.[9]

Ketika Pemberontakan Trunajaya meletus, Letnan VOC Martinus van Ingen membuat peta daerah Jepara dan merencanakan penempatan 100 infanteri di Benteng VOC Jepara. Pemimpin Jepara saat itu, Ngabehi Wangsadipa, memberi VOC berupa lima pucuk meriam yang salah satunya dipasang di benteng itu.[10] Konon, pasukan Trunajaya berkali-kali menyerang benteng, tetapi selalu berakhir gagal.[10]

Sumber lainnya mengatakan bahwa benteng didirikan pada tahun 1680-an sebagai konsesi dalam bentuk sewa yang diberikan Amangkurat II kepada VOC atas usahanya dalam menumpas Pemberontakan Trunajaya. Benteng ini menjadi pusat perdagangannya VOC di pantai utara Jawa.[11]

Benteng ini kemudian ditinggalkan perlahan pada 1697, ketika Semarang mulai menggantikan fungsi Jepara sebagai pusat perdangangan. Alasannya adalah karena pelabuhan Jepara mengalami pendangkalan yang disebabkan oleh sedimentasi lumpur yang dibawa oleh arus sungai dan binatang-binatang karang yang semakin berkembang. VOC juga mempertimbangkan keunggulan pelabuhan Semarang yang memiliki akses ke pedalaman Mataram. Pada 1707, VOC secara resmi memindahkan pusat kekuasaannya dari Jepara ke Semarang. Hal itu didasarkan pada perjanjian tanggal 31 Oktober 1707 antara VOC dengan Pakubuwana I selaku raja Kesultanan Mataram.[12]

Pada pertengahan abad ke-20, tepatnya pada 1960-an, benteng tersebut masih terlihat kuat dan agak jauh dari pemukiman penduduk. Pada 1960, ditemukan tiga buah menara dalam benteng dengan bentuk seperti segitiga. Sekitar 1964, saat terjadi Konfrontasi Indonesia–Malaysia, TNI AL pernah memasang radar di ujung benteng untuk aktivitasnya.[7]

Remove ads

Galeri

Referensi

Daftar pustaka

Wikiwand in your browser!

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.

Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.

Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.

Remove ads