Kabupaten Bangli

kabupaten di Provinsi Bali, Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Kabupaten Bangli

Kabupaten Bangli (aksara Bali: ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ Kabupatén Baṅli) adalah kabupaten yang terletak di bagian timur dan utara pulau Bali. Ibukotanya berada di Kecamatan Bangli. Kabupaten Bangli adalah satu-satunya wilayah kabupaten di Bali yang tidak memiliki wilayah laut.[5] Jumlah penduduk kabupaten Bangli mencapai 258.146 jiwa pada 2023.[2] Kabupaten Bangli berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Karangasem di timur, Kabupaten Klungkung dan Gianyar di selatan serta dengan Badung dan Kabupaten Gianyar di barat. Perekonomian Kabupaten Bangli terkonsentrasi pada Objek wisata di daerah ini, antara lain adalah wisata Danau Batur di Kintamani.

Fakta Singkat Transkripsi bahasa daerah, • Aksara Bali • Alfabet Bali ...
Kabupaten Bangli
ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ
Kabupatén Baṅli
Transkripsi bahasa daerah
  Aksara Bali
Alfabet Bali
ᬩᬗ᭄ᬮᬶ
Baṅli
Thumb
Julukan: 
Gumi Loloh
Motto: 
Bhūkti mūkti bhākti
(Sanskerta) Pengabdian dengan berbakti kepada Tuhan dan tanah air demi tujuan masyarakat adil dan makmur secara lahir (bhukti) maupun batin (mukti)
Thumb
Peta
Thumb
Kabupaten Bangli
ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ
Kabupatén Baṅli
Peta
Thumb
Kabupaten Bangli
ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ
Kabupatén Baṅli
Kabupaten Bangli
ᬓᬩᬸᬧᬢᬾᬦ᭄ᬩᬂᬮᬶ
Kabupatén Baṅli
(Indonesia)
Koordinat: 8.28325°S 115.33278°E / -8.28325; 115.33278
Negara Indonesia
ProvinsiBali
Tanggal berdiri14 Agustus 1958
Dasar hukumUndang-Undang Nomor 69 Tahun 1958
Ibu kotaBangli
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
Pemerintahan
  BupatiSang Nyoman Sedana Arta
  Wakil BupatiI Wayan Diar
  Sekretaris DaerahIda Bagus Gde Giri Putra
  Ketua DPRDI Ketut Suastika
Luas
  Total490,71 km2 (189,46 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2024)[2]
  Total260.526
  Kepadatan530/km2 (1,400/sq mi)
Demografi
  Agama
  • 98,72% Hindu
  • 1,00% Islam
  • 0,11% Buddha
  • 0,02% Konghucu[2]
  BahasaBali, Indonesia
  IPM 71,99 (2023)
tinggi[3]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode BPS
5106
Kode area telepon+62 366
Pelat kendaraanDK
Kode Kemendagri51.06
APBDRp 1.118.895.723.344,-[4]
PADRp 120.500.000.000,00-[4]
DAURp 584.470.785.000,00- (2019)
Situs webbanglikab.go.id
Tutup

Luas kabupaten Bangli adalah 519,00 km², jumlah penduduk kabupaten ini mencapai 258.146 jiwa pada sensus 2023, dengan jumlahnya tersebut Bangli adalah kabupaten dengan jumlah penduduk tersedikit ke-2 di Bali setelah Kabupaten Klungkung[2] Objek wisata di daerah ini antara lain adalah danau Batur.

Etimologi

Ringkasan
Perspektif

Legenda

Thumb
Tradisi pemakaman kuno orang Trunyan di Kintamani

Menurut Prasasti Pura Kehen yang tersimpan di Pura Kehen, diceritakan bahwa pada abad ke-11 di Desa Bangli berkembang wabah penyakit yang disebut kegeringan yang menyebabkan banyak penduduk meninggal. Penduduk lainnya yang masih hidup dan sehat menjadi ketakutan setengah mati, sehinnga mereka berbondong-bondong meninggalkan desa guna menghindari wabah tersebut. Akibatnya Desa Bangli menjadi kosong karena tidak ada seorangpun yang berani tinggal di sana.

Raja Ida Bhatara Guru Sri Adikunti Ketana yang bertahta ketika itu berusaha mengatasi wabah tersebut. Setelah keadaan pulih kembali, sang raja yang bertahta pada tahun Caka 1126, tanggal 10 Tahun Paro Terang, Hari Pasaran Maula, Kliwon, Chandra (senin), Wuku Klurut tepatnya pada tanggal 10 Mei 1204, memerintahkan kepada putra-putrinya yang bernama Dhana Dewi Ketu agar mengajak penduduk kembali ke Desa Bangli guna bersama-sama membangun dan memperbaiki rumahnya masing-masing sekaligus menyelenggarakan upacara/yadnya pada bulan Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kalima, Kanem, Kapitu, Kaulu, Kasanga, Kadasa, Yjahstha dan Sadha. Disamping itu, raja juga memerintahkan kepada seluruh penduduk agar menambah keturunan di wilayah Pura Loka Serana di Desa Bangli dan mengijinkan membabat hutan untuk membuat sawah dan saluran air. Untuk itu pada setiap upacara besar penduduk yang ada di Desa Bangli harus melakukan persembahyangan.

Pada saat itu juga, tanggal 10 Mei 1204, Raja Idha Bhatara Guru Sri Adikunti Katana mengucapkan pemastu yaitu:

“Barang siapa yang tidak tunduk dan melanggar perintah, semoga orang itu disambar petir tanpa hujan atau mendadak jatuh dari titian tanpa sebab, mata buta tanpa catok, setelah mati arwahnya disiksa oleh Yamabala, dilempar dari langit turun jatuh ke dalam api neraka”.

Bertitik tolak dari titah-titah Sang Raja yang dikeluarkan pada tanggal 10 Mei 1204, maka pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Bangli.[6]

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Berdirinya Kerajaan Bangli

Kisah berdirinya Kerajaan Bangli dapat ditelusuri dari lontar yang ada di Puri Agung Bangli dan Raja Purana Batur. Dikisahkan bahwa Kerajaan Bangli didirikan oleh I Dewa Gede Den Bencingah pada abad ke-15 atau sekitar tahun 1600an Masehi.

Awalnya kerajaan ini didirikan setelah kejatuhan Kerajaan Majapahit yang berimbas kepada Kerajaan Gelgel (wilayah Bali dan Lombok). Dewa Agung Ketut, sang penguasa Bali dan Lombok membagi wilayahnya dalam kerajaan-kerajaan vasal.

Bangli menjadi salah satu kerajaan vasal yang berada di bawah pusat pemerintahan langsung Kerajaan Gelgel dengan pengangkatan I Gusti Wija Pulada sebagai Anglurah di Bali pada 1453.

Kemudian, pada 1686 Bangli lepas dari Kerajaan Gelgel dan menjadi sebuah kerajaan yang berdaulat bersamaan dengan adanya pemberontakan I Gusti Agung Maruti di Gelgel. Didirikanlah Puri Bangli sebagai pusat kota kerajaan Bangli oleh I Dewa Gde Bencingah sekitar 1576 Masehi.

I Dewa Gde Bencingah merupakan putra tertua dari raja di Kerajaan Bhresika (Klungkung), I Dewa Gede Anom Oka dengan permaisuri Dewa Ayu Mas Dalem. Awalnya, wilayah Bangli merupakan wilayah hutan Jarak Bang.

I Dewa Gede Anom Oka memerintahkan putranya untuk membangun istana/kota di hutan Jarak Bang yang nantinya diberi nama Bangli.

Wilayah tersebut meliputi sebelah barat Sungai Melangit dan menghimpun rakyat dari barat laut, timur, utara, hingga ke daerah pegunungan. Selain itu, I Dewa Gede Anom Oka juga berpesan untuk mendirikan sthana bagi para dewa dan Betara Toya Mas Arum. Saat ini, sthana yang dimaksud dikenal dengan nama Pura Penataran Agung Bangli.

Sesuai dengan titah ayahandanya, I Dewa Gede Den Bencingah mulai menata hutan Jarang Bang bersama dengan para pengikutnya. Ia kemudian membangun istana yang diberi nama Puri Rum, yang sekaligus dijadikan pusat pemerintahan. Wilayah ini terus dikembangkan, hingga menjadi Bangli yang dikenal saat ini.

Pada awal tahun 1800an Masehi, Belanda mulai masuk ke Bali dan memberikan dampak yang besar terhadap keberadaan kerajaan-kerajaan di Bali. Intervensi dari Belanda, mengacaukan pemerintahan-pemerintahan yang ada di Bali sehingga beberapa kerajaan pun mulai menghadapi masa kemundurannya.

Runtuhnya Kerajaan Bangli

Pada 26 April 1848, Raja Bangli saat itu mengajukan permohonan kepada Jenderal Michiels agar diperluas kekuasaannya hingga daerah Kerajaan Buleleng, Karangasem, Mengwi, dan Gianyar. Permintaan tersebut tidak serta merta disanggupi oleh Belanda.

Pada 25 Juni 2849, I Dewa Gede Tangkeban dinobatkan sebagai Raja Bangli dan diberikan kekuasaan oleh Belanda untuk memerintah Bangli dan Buleleng. 5 tahun setelahnya, tepatnya pada 15 Februari 1854 raja mengembalikan wilayah Buleleng kepada Belanda dengan alasan agar Raja Bangli dapat lebih berkonsentrasi mengamankan wilayah kerajaannya dari serangan Raja Gianyar dan Karangasem.

Adanya perpecahan antar daerah kerajaan di Bali tak terlepas dari intervensi Pemerintah Hindia Belanda saat itu. Terjadi banyak pemberontakan untuk melawan Belanda seperti Puputan Badung tahun 1906 dan Puputan Klungkung tahun 1909.

Tak lama setelahnya, Kerajaan Bangli menyatakan tunduk kepada Belanda, hingga akhirnya seluruh daerah di Bali dikuasai oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Daftar raja di Kerajaan Bangli sebagai berikut:

  • Dewa Gede Tangkeban I (dari Nyalian-1804)
  • Dewa Rahi (1804-1815)
  • Dewa Gede Tangkeban II (1815-1833) [anak Dewa Gede Tangkeban I]
  • Dewa Gede Tangkeban III (1833-1875) [anak Dewa Gede Tangkeban II]
  • Dewa Gede Oka (1875-1880) [anak *Dewa Gede Tangkeban III]
  • Dewa Gede Ngurah (1881-1892) [saudara Dewa Gede Oka]
  • Dewa Gede Cokorda (1894-1911) [saudara Dewa Gede Ngurah]
  • Dewa Gede Rai (regent 1913-1925) [saudara Dewa Gede Cokorda]
  • Dewa Gede Taman (regent 1925-1930) [cucu Dewa Gede Tangkaban III]
  • Dewa Putu Bukian (caretaker 1930-1931) [cucu Dewa Gede Tangkaban III]
  • Anak Agung Ketut Ngurah (penguasa, menggunakan gelar Anak *Agung, 1931-1950; wafat 1961) [anak Dewa Gede Cokorda]

Bangli bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1950.[7]

Pemerintahan

Bupati

Informasi lebih lanjut No, Bupati ...
No Bupati Mulai jabatan Akhir jabatan Wakil Bupati
10 Thumb Sang Nyoman Sedana Arta 26 Februari 2021 Petahana Thumb I Wayan Diar
Tutup


Dewan Perwakilan

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Bangli dalam tiga periode terakhir.

Informasi lebih lanjut Partai Politik, Jumlah Kursi dalam Periode ...
Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014–2019[8] 2019–2024[9] 2024–2029[10]
Gerindra 3 Penurunan 1 Steady 1
PDI-P 13 Kenaikan 16 Kenaikan 20
Golkar 5 Kenaikan 6 Penurunan 5
NasDem 0 Kenaikan 2 Steady 2
Hanura 2 Penurunan 1 Penurunan 0
Demokrat 4 Penurunan 3 Penurunan 2
PKPI 3 Penurunan 1
Jumlah Anggota 30 Steady 30 Steady 30
Jumlah Partai 6 Kenaikan 7 Penurunan 5
Tutup

Kecamatan

Kabupaten Bangli terdiri dari 4 kecamatan, 4 kelurahan, dan 68 desa. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 264.945 jiwa dengan luas wilayah 490,71 km² dan sebaran penduduk 540 jiwa/km².[11][12]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bangli, adalah sebagai berikut:

Demografi

Ringkasan
Perspektif

Suku bangsa

Thumb
Tari Topeng di Bangli, tahun 2015
Thumb
Tari Barong Brutuk Desa Trunyan

Sebagian besar suku penduduk yang ada di Bangli adalah suku Bali, dan Bali Aga. Sementara suku lainnya lebih sedikit, jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di provinsi Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 207.779 jiwa atau 96,48% dari 215.353 jiwa penduduk kabupaten Bangli adalah suku Bali.[13] Kemudian suku Bali Aga sebanyak 2,18%, dan beberapa lainnya seperti suku Jawa, Sasak, Madura, dan beberapa suku lainnya.[13]

Berikut adalah banyaknya penduduk kabupaten Bangli berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010:[13]

Informasi lebih lanjut No, Suku ...
No Suku Jumlah
(2010)
%
1 Bali 207.779 96,48%
2 Bali Aga 4.702 2,18%
3 Jawa 1.658 0,77%
4 Madura 236 0,11%
5 Sasak 101 0,05%
6 Sunda 88 0,04%
7 Tionghoa 66 0,03%
8 Suku lainnya 723 0,34%
Kabupaten Bangli 215.353 100%
Tutup

Agama

Thumb
Pura Penataran Desa Pekraman Panglipuran

Mayoritas penduduk Bangli menganut agama Hindu. Jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di provinsi Bali, penduduk Bangli beragama Hindu lebih dominan, sementara penduduk dengan agama lain lebih sedikit. Data Kementerian Dalam Negeri pertengahan tahun 2023, penduduk yang menganut agama Hindu sebanyak 98,72%. Selebihnya menganut agama Islam sebanyak 1,00%, kemudian Kekristenan sebanyak 0,15%, agama Buddha sebanyak 0,11% dan Konghucu sebanyak 0,02%.[2][14][15]

Kesehatan

Rumah sakit

Informasi lebih lanjut №, Kode ...
Kode Nama Rumah Sakit Jenis Tipe Alamat
1 5106014 RS Umum Daerah Bangli RSUD B Jl. Brigjen Ngurah Rai № 99X, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80614
2 5106025 RS Jiwa Provinsi Bali RSK Jiwa A Jl. Kesumayudha № 29, Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80661
3 5106026 RS Umum Bangli Medika Canti RSU C Jl. L.C. Subak Aya, Kelurahan Bebalang, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Bali 80661
Tutup

Pariwisata

Terdapat beberapa objek wisata di kabupaten Bangli, antara lain:

Galeri

Referensi

Pranala luar

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.