Loading AI tools
ahli biologi asal Britania Raya Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Alfred Russel Wallace OM FRS (8 Januari 1823 – 7 November 1913 ) adalah naturalis sekaligus penjelajah, geografer, antropolog, biolog, dan ilustrator berkebangsaan Inggris yang mencetuskan teori evolusi lewat seleksi alam. Makalah yang ia tulis mengenai pokok bahasan tersebut terbit berbarengan dengan sejumlah karya tulis Charles Darwin pada tahun 1858.[1] Hal ini mendorong Darwin untuk mempublikasikan gagasannya sendiri dalam Asal Usul Spesies. Wallace banyak melakukan penelitian lapangan, pertama-tama di basin Sungai Amazon dan kemudian di Kepulauan Melayu (Nusantara), di mana ia mengidentifikasi pembagian fauna yang sekarang dikenal dengan istilah Garis Wallace. Garis tersebut membagi kepulauan Indonesia menjadi dua bagian yang berbeda: bagian barat di mana sebagian besar faunanya berasal dari Asia, dan bagian timur di mana faunanya mencerminkan Australasia.
Alfred Russel Wallace | |
---|---|
Lahir | Llanbadoc, Monmouthshire, Wales | 8 Januari 1823
Meninggal | 7 November 1913 90) Broadstone, Dorset, Inggris | (umur
Kebangsaan | Britania Raya |
Dikenal atas | Rekan penemu seleksi alam Karya rintisannya dalam biogeografi Garis Wallace Efek Wallace |
Penghargaan | Royal Medal (1868) Gold Medal dari Société de géographie (1870) Darwin Medal (1890) Founder's Medal (1892) Linnean Medal (1892) Copley Medal (1908) Darwin–Wallace Medal (Gold, 1908) Order of Merit (1908) |
Karier ilmiah | |
Bidang | Penjelajahan, biologi evolusioner, zoologi, biogeografi, reformasi sosial |
Singkatan penulis (botani) | Wallace |
Ia dianggap sebagai ahli terkemuka dari abad ke-19 dalam bidang penyebaran geografis spesies hewan dan terkadang disebut "bapak biogeografi".[2] Wallace adalah salah seorang pemikir tentang evolusi dari abad ke-19 dan telah memberi banyak kontribusi lainnya untuk pengembangan teori evolusi di samping menjadi rekan penemu seleksi alam. Hal ini mencakup konsep warna peringatan pada hewan, dan juga efek Wallace, suatu hipotesis tentang bagaimana seleksi alam dapat memberikan kontribusi spesiasi dengan mendorong terciptanya penghalang terhadap hibridisasi.
Pembelaannya atas spiritualisme dan keyakinannya akan hal non materi demi kecakapan mental yang lebih tinggi dari manusia mengakibatkan ketegangan hubungannya dengan beberapa anggota badan ilmiah.
Selain karya ilmiah, ia juga seorang aktivis sosial yang kritis terhadap apa yang dianggap sebagai suatu sistem ekonomi dan sosial yang tidak adil di Britania pada abad ke-19. Ketertarikannya akan sejarah alam membuatnya menjadi salah satu ilmuwan terkemuka pertama yang mengangkat masalah dampak lingkungan dari aktivitas manusia. Ia juga seorang penulis yang produktif yang menulis tentang masalah-masalah sosial maupun ilmiah; catatan perjalanan dan pengamatannya selama penjelajahannya di Singapura, Indonesia, dan Malaysia, yakni The Malay Archipelago, merupakan sebuah karya yang populer dan sangat dihargai. Sejak diterbitkannya pada tahun 1869, buku tersebut terus dicetak ulang secara berkala.
Wallace mengalami berbagai kesulitan keuangan pada hampir sepanjang hidupnya. Perjalanannya ke Amazon dan Timur Jauh dibiayai dari penjualan spesimen-spesimen yang berhasil ia kumpulkan dan, setelah kehilangan sebagian besar uangnya dari semua hasil penjualan tersebut akibat berbagai kegagalan investasi, ia sering kali harus membiayai dirinya sendiri dari publikasi-publikasi yang ia hasilkan. Tidak seperti beberapa orang pada zamannya dalam komunitas ilmiah Britania, seperti Darwin dan Charles Lyell, ia tidak memiliki harta keluarga untuk menyokongnya. Wallace tidak berhasil mendapatkan sebuah posisi yang memberikan gaji jangka panjang, dan tidak menerima penghasilan tetap sampai akhirnya pada tahun 1881, melalui upaya Darwin, ia dianugerahkan sejumlah uang pensiun yang kecil dari pemerintah.
Alfred Wallace lahir di sebuah desa di Wales, yaitu Desa Llanbadoc, dekat Usk, Monmouthshire.[3] Ia adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara dari pasangan Thomas Vere Wallace dan Mary Anne Greenell. Mary Anne adalah orang Inggris; Thomas Wallace mungkin keturunan Skotlandia. Sebagaimana kebanyakan orang dengan marga Wallace, keluarganya mengklaim sebagai keturunan William Wallace, seorang pemimpin pasukan Skotlandia selama Perang Kemerdekaan Skotlandia pada abad ke-13.[4] Thomas Wallace memiliki gelar sarjana hukum, tetapi tidak pernah berpraktik dalam bidang hukum. Ia mewarisi beberapa properti yang menghasilkan pendapatan, tapi investasi buruk dan kegagalan dalam kerja sama bisnis menyebabkan keterpurukan finansial dalam keluarga mereka. Ibunya berasal dari suatu keluarga Inggris kelas menengah di Hertford, bagian utara London.[4] Ketika Wallace berumur lima tahun, keluarganya pindah ke Hertford. Di sana ia menjadi salah satu murid di Hertford Grammar School sampai kesulitan keuangan membuat keluarganya terpaksa mengeluarkan dia dari sekolah pada tahun 1836, saat usianya 14 tahun.[5]
Wallace kemudian pindah ke London untuk tinggal dan bekerja bersama dengan John, kakaknya, yang pada saat itu adalah seorang pembangun magang berusia 19 tahun. Keadaan sementara ini berlangsung sampai William, kakak sulungnya, siap mempekerjakannya sebagai seorang surveyor magang. Selama di London, ia menghadiri berbagai ceramah dan membaca buku-buku di London Mechanics Institute. Di sini ia mengenal gagasan-gagasan politik radikal dari para pembaharu sosial Wales, yaitu Robert Owen dan Thomas Paine. Dia meninggalkan London pada tahun 1837 untuk tinggal bersama dengan William dan bekerja magang padanya selama enam tahun.[butuh rujukan]
Pada akhir tahun 1839, mereka pindah ke Kington, Hereford, dekat perbatasan Wales sebelum akhirnya menetap di Neath di Glamorgan, Wales. Antara tahun 1840–1843, Wallace melakukan survei tanah di pedesaan Wales dan Inggris bagian barat.[6][7] Bisnis William mengalami kemunduran pada akhir tahun 1843 karena kondisi ekonomi yang sulit dan Wallace, dalam usianya yang ke-20, kemudian meninggalkan Wales pada bulan Januari.
Kepindahan dan perjalanan awal Wallace ini menjadi kontroversi pada zaman modern berkaitan dengan status kewarganegaraannya. Karena Wallace lahir di Monmouthshire, beberapa sumber telah menganggapnya sebagai orang Wales.[8] Namun beberapa sejarawan mempertanyakan hal ini karena tidak ada seorang pun dari orangtuanya yang berasal dari Wales, keluarganya hanya tinggal sebentar di Monmouthshire, penduduk Wales yang dikenal oleh Wallace pada masa kecilnya menganggapnya sebagai orang Inggris, dan karena Wallace sendiri secara konsisten menyebut dirinya sebagai orang Inggris bukannya Wales (bahkan ketika menulis tentang kehidupannya di Wales). Salah seorang akademisi tentang Wallace menyatakan bahwa oleh karena itu, interprestasi yang paling masuk akal yaitu ia adalah seorang berkebangsaan Inggris yang lahir di Wales.[9] Perlu dicatat juga bahwa, tidak seperti saat ini, Monmouthshire secara teknis merupakan bagian dari Inggris, bukannya Wales, pada saat Wallace lahir.[10]
Selama beberapa waktu menjadi pengangguran, ia dipekerjakan di Sekolah Tinggi di Leicester untuk mengajar menggambar, membuat peta, dan melakukan survei. Wallace menghabiskan banyak waktu di perpustakaan Leicester di mana ia membaca An Essay on the Principle of Population yang ditulis oleh Thomas Malthus, dan bertemu dengan Henry Bates (seorang entomolog) pada suatu petang. Bates saat itu baru berusia 19 tahun, dan telah menerbitkan sebuah makalah tentang kumbang dalam jurnal Zoologist pada tahun 1843. Ia kemudian bersahabat dengan Wallace dan mulai mengumpulkan serangga bersama-sama dengannya.[11][12] William meninggal dunia pada bulan Maret 1845, dan Wallace terpaksa meninggalkan posisinya sebagai pengajar untuk memegang kendali perusahaan kakak sulungnya itu di Neath, tetapi ia dan John kakaknya tidak dapat membuat bisnis tersebut berjalan dengan baik. Setelah beberapa bulan, Wallace mendapatkan pekerjaan sebagai seorang insinyur sipil di suatu perusahaan di dekatnya yang sedang melakukan survei untuk sebuah proposal jalan kereta api di Lembah Neath.
Survei lapangan yang dilakukan Wallace membuatnya banyak menghabiskan waktu di alam terbuka daerah pedesaan, sehingga hal ini memungkinkannya menikmati gairah barunya untuk mengumpulkan serangga. Wallace berhasil membujuk John agar bergabung dengannya untuk memulai sebuah perusahaan arsitektur dan teknik sipil lainnya, yang kemudian menangani sejumlah proyek seperti merancang sebuah bangunan untuk Mechanics' Institutes di Neath; perusahaan tersebut didirikan pada tahun 1843.[13] William Jevons, pendiri institut tersebut, terkesan oleh Wallace dan membujuknya untuk memberikan kuliah sains dan teknik di sana. Pada musim gugur tahun 1846, ia dan John membeli sebuah rumah dekat Neath, di mana mereka tinggal bersama ibu dan Fanny, saudari mereka (ayah mereka telah wafat pada tahun 1843).[14][15]
Selama periode ini, ia keranjingan membaca dan saling berkirim surat dengan Bates untuk membicarakan Vestiges of the Natural History of Creation (sebuah risalah tentang evolusi yang diterbitkan tanpa nama) karya Robert Chambers, The Voyage of the Beagle karya Charles Darwin, dan Principles of Geology karya Charles Lyell.[16][17]
Terinspirasi oleh kisah sejarah perjalanan para naturalis sebelumnya, seperti Alexander von Humboldt, Charles Darwin, dan William Henry Edwards, Wallace memutuskan bahwa ia juga ingin bepergian ke luar negeri sebagai seorang naturalis.[18] Pada tahun 1848, Wallace dan Henry Bates berangkat menuju Brasil dengan kapal Mischief. Tujuan mereka adalah mengumpulkan spesimen serangga dan hewan lainnya di hutan hujan Amazon untuk koleksi pribadi, menjual duplikatnya kepada museum dan kolektor sekembalinya di Britania agar dapat membiayai perjalanan tersebut. Wallace juga berharap dapat mengumpulkan bukti-bukti terkait transmutasi spesies.
Wallace dan Bates menghabiskan sebagian besar waktu pada tahun pertama mereka dengan melakukan pengumpulan di dekat Belém do Pará, kemudian mereka berpisah untuk melakukan eksplorasi di pedalaman dan terkadang bertemu untuk mendiskusikan temuan mereka. Pada tahun 1849, mereka sempat bergabung dengan penjelajah muda lainnya, yakni Richard Spruce (seorang ahli botani), bersama dengan Herbert, adik Wallace. Tidak lama setelah itu Herbert meninggalkan mereka (wafat dua tahun kemudian karena demam kuning), namun Spruce, sama seperti Bates, masih menghabiskan waktu lebih dari sepuluh tahun lagi untuk melakukan pengumpulan di Amerika Selatan.[19]
Wallace terus melakukan pemetaan Rio Negro selama empat tahun, mengumpulkan berbagai spesimen dan membuat catatan tentang penduduk dan bahasa yang ditemuinya serta geografi, flora, dan fauna wilayah tersebut.[20] Pada tanggal 12 Juli 1852, Wallace kembali ke Britania dengan kapal Helen. Setelah 26 hari di laut, kargo kapal tersebut terbakar dan awak kapal terpaksa meninggalkan kapal. Wallace kehilangan semua spesimen yang ia bawa dalam kapal tersebut, yang mana kebanyakan dikumpulkannya selama dua tahun terakhir perjalanannya. Ia berhasil menyelamatkan beberapa catatan dan sketsa pensil serta sedikit lainnya. Wallace dan awal kapal menghabiskan sepuluh hari di perahu terbuka sebelum diselamatkan oleh kapal Jordeson, yang sedang berlayar dari Kuba menuju London. Persediaan bekal Jordeson menjadi genting dengan adanya penumpang-penumpang yang tak terduga, namun setelah suatu babak yang sulit dengan ransum yang sangat sedikit pada akhirnya kapal tersebut mencapai tujuannya pada tanggal 1 Oktober 1852.[21][22]
Setelah kembali ke Britania, Wallace menghabiskan waktu selama 18 bulan di London dengan hidup mengandalkan pembayaran asuransi atas koleksinya yang hilang dan menjual hasil penjualan spesimen yang telah dikirimkan kembali ke Britania sebelum ia memulai eksplorasi di Rio Negro. Selama periode ini, meski telah kehilangan hampir semua catatan dari ekspedisinya di Amerika Selatan, ia menulis enam makalah akademik (termasuk "On the Monkeys of the Amazon") dan dua buku yang berjudul Palm Trees of the Amazon and Their Uses dan Travels on the Amazon.[23] Ia juga menjalin hubungan dengan sejumlah naturalis Britania lainnya, terutama Darwin.[22][24][25]
Pada tahun 1854–1862, saat usianya 31–39 tahun, Wallace menjelajah berbagai wilayah di Kepulauan Melayu atau Hindia Timur (sekarang Singapura, Malaysia, dan Indonesia) untuk mengumpulkan spesimen-spesimen agar dapat dijual dan untuk mempelajari sejarah alam. Satu set 80 kerangka burung yang ia kumpulkan di Indonesia dan dokumentasi yang terkait dengannya dapat dilihat di University Museum of Zoology di Universitas Cambridge.[26] Pengamatannya tentang perbedaan zoologi yang mencolok di seberang sebuah selat kecil di kepulauan tersebut membuatnya mengusulkan batas wilayah geografi hewan yang sekarang dikenal dengan istilah Garis Wallace.
Wallace mengumpulkan lebih dari 126.000 spesimen di Kepulauan Melayu (termasuk lebih dari 80.000 kumbang). Beberapa ribu darinya mewakili spesies baru dalam ilmu pengetahuan pada saat itu.[27] Selama perjalanan ini, salah satu deskripsi spesies darinya yang banyak dikenal adalah katak pohon yang dapat terbang meluncur (Rhacophorus nigropalmatus), yang dikenal sebagai katak terbang Wallace. Ketika ia sedang menjelajahi Kepulauan Melayu, ia mempertajam pemikirannya mengenai evolusi dan mendapatkan wawasannya yang terkenal tentang seleksi alam. Pada tahun 1858, ia mengirimkan sebuah artikel kepada Darwin yang berisikan uraian teorinya; artikel tersebut lalu diterbitkan, bersama-sama dengan suatu penjelasan dari teori Darwin sendiri, pada tahun yang sama.
Catatan mengenai petualangan dan penelitiannya di sana akhirnya diterbitkan pada tahun 1869 dengan judul The Malay Archipelago, yang mana menjadi salah satu buku terpopuler seputar eksplorasi ilmiah dari abad ke-19, dan hingga sekarang terus dicetak ulang. Karyanya itu dipuji para ilmuwan seperti Darwin (yang kepadanya buku tersebut didedikasikan) dan Charles Lyell, serta kalangan selain ilmuwan seperti Joseph Conrad yang menyebutnya sebagai "pendamping di sisi ranjang" favoritnya dan menggunakan buku tersebut sebagai sumber informasi bagi beberapa novelnya (terutama Lord Jim).[28]
Pada tahun 1862, Wallace kembali ke Inggris, di mana ia tinggal bersama Fanny Sims, saudarinya, dan Thomas suaminya. Sambil memulihkan diri dari perjalanan yang telah dilakukannya, Wallace mengelola koleksinya dan memberikan sejumlah ceramah mengenai petualangan dan penemuannya di berbagai komunitas ilmu pengetahuan, misalnya Zoological Society of London. Kemudian pada tahun yang sama ia mengunjungi Darwin di Down House, dan menjalin persahabatan dengan Charles Lyell dan Herbert Spencer.[29] Sepanjang tahun 1860-an, Wallace menulis berbagai makalah dan memberi ceramah-ceramah untuk memperjuangkan pemikirannya mengenai seleksi alam. Bersama Darwin, ia juga membahas berbagai topik, misalnya seleksi seksual, warna peringatan, dan efek yang mungkin terjadi akibat seleksi alam pada hibridisasi dan perbedaan spesies.[30] Pada tahun 1865 ia mulai menjajaki spiritualisme.[31]
Setelah setahun berpacaran, pada tahun 1864 Wallace bertunangan dengan seorang wanita muda yang dalam otobiografinya hanya diidentifikasikannya sebagai "Miss L". Miss L adalah putri dari Lewis Leslie, teman Wallace dalam permainan catur.[32] Namun wanita tersebut memutuskan pertunangan mereka sehingga Wallace menjadi sangat kecewa.[33] Pada tahun 1866 Wallace menikahi Annie Mitten. Wallace dikenalkan dengan Mitten oleh Richard Spruce, seorang ahli botani yang telah bersahabat dengan Wallace sejak di Brasil dan juga teman baik dari ayah Annie Mitten, William Mitten, seorang ahli tumbuhan lumut. Pada tahun 1872, Wallace membangun sebuah rumah beton yang disebut The Dell, di atas tanah yang disewanya di Grays, Essex, di mana ia tinggal sampai tahun 1876. Pasangan Wallace dan Mitten memiliki tiga anak yaitu Herbert (1867–1874), Violet (1869–1945), dan William (1871–1951).[34]
Pada akhir tahun 1860-an dan tahun 1870-an, Wallace sangat mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya. Saat ia berada di Kepulauan Melayu, penjualan spesimen-spesimen menghasilkan uang yang jumlahnya lumayan besar, yang diinvestasikan secara hati-hati oleh agen penjual spesimen-spesimen Wallace. Namun sekembalinya ke Britania, Wallace melakukan serangkaian investasi yang buruk dalam proyek jalan kereta api dan tambang sehingga menyia-nyiakan sebagian besar uangnya. Ia lalu menyadari bahwa dirinya sangat membutuhkan dana dari hasil penerbitan The Malay Archipelago.[35]
Meskipun mendapat bantuan dari teman-temannya, ia tidak pernah bisa memperoleh pekerjaan dengan gaji permanen seperti seorang kurator dalam museum. Agar keuangannya tetap sehat, Wallace mengerjakan penilaian ujian pemerintah, menulis 25 makalah untuk diterbitkan antara tahun 1872 dan 1876 dengan upah rendah, dan memperoleh bayaran dari Lyell dan Darwin untuk membantu penyuntingan beberapa karya mereka.[36]
Pada tahun 1876, Wallace memerlukan tambahan £500 dari penerbit The Geographical Distribution of Animals agar dapat terhindar dari keharusan menjual beberapa properti pribadinya.[37] Darwin sangat menyadari kesulitan keuangan yang dialami Wallace dan melakukan lobi yang lama serta berat agar Wallace mendapatkan uang pensiun dari pemerintah atas kontribusi seumur hidupnya demi ilmu pengetahuan. Ketika Wallace dianugerahkan uang pensiun tahunan sejumlah £200 sejak tahun 1881, kestabilan posisi keuangannya terbantu dengan penghargaan tersebut beserta tambahan penghasilan dari tulisan-tulisan yang dibuatnya.[38]
John Stuart Mill terkesan dengan berbagai pernyataan yang mengkritik masyarakat Inggris yang dimuat oleh Wallace dalam The Malay Archipelago. Mill memintanya bergabung dengan komite umum dalam Asosiasi Reformasi Kepemilikan Tanah yang dipimpinnya, tetapi asosiasi tersebut dibubarkan setelah wafatnya Mill pada tahun 1873. Wallace hanya menulis sedikit artikel tentang masalah-masalah sosial dan politik antara tahun 1873–1879, dan ketika berusia 56 tahun ia terlibat secara serius dalam perdebatan tentang kebijakan perdagangan dan reformasi pertanahan. Ia meyakini bahwa tanah pedesaan seharusnya dimiliki oleh negara dan disewakan kepada orang-orang yang akan memanfaatkannya dengan cara apa pun yang menguntungkan sebagian besar orang sehingga dapat mematahkan kekuasaan yang sering disalahgunakan oleh para tuan tanah kaya dalam masyarakat Britania. Pada tahun 1881, Wallace terpilih sebagai presiden pertama dari Perhimpunan Nasionalisasi Tanah yang baru dibentuk. Pada tahun berikutnya ia menerbitkan sebuah buku tentang subjek tersebut, yaitu Land Nationalisation; Its Necessity and Its Aims. Ia mengkritik kebijakan perdagangan bebas Britania Raya karena dampak negatifnya pada orang-orang dari kelas pekerja.[25][39] Pada tahun 1889, Wallace membaca Looking Backward karya Edward Bellamy dan menyatakan dirinya sebagai seorang sosialis.[40] Setelah membaca Progress and Poverty, buku terlaris pada saat itu karya Henry George, seorang reformis progresif dalam pertanahan, Wallace menggambarkannya sebagai "Tidak diragukan lagi adalah buku yang paling luar biasa dan penting dari abad ini."[41]
Wallace menentang eugenika, suatu gagasan yang didukung oleh para pemikir evolusi terkemuka lainnya pada abad ke-19, dengan alasan bahwa masyarakat masa kini terlalu korup dan tidak adil dengan membuat penentuan yang dianggap masuk akal tentang apa yang layak atau tidak layak.[42] Dalam artikel "Human Selection" pada tahun 1890, ia menuliskan, "Mereka yang berhasil dalam perlombaan mengejar kekayaan sama sekali tidak berarti yang terbaik atau yang paling cerdas ...".[43] Pada tahun 1898, Wallace menuliskan sebuah makalah yang memperjuangkan suatu sistem uang kertas murni, tanpa didukung oleh perak atau emas, yang mana membuat Irving Fisher (seorang ekonom) sangat terkesan sehingga ia mendedikasikan buku Stabilizing the Dollar karyanya pada tahun 1920 kepada Wallace.[44]
Wallace juga menulis topik-topik politik dan sosial lainnya seperti dukungannya bagi hak suara perempuan, dan ia berulang kali menulis tentang bahaya dan kemubaziran militerisme.[45][46] Dalam sebuah esai yang diterbitkan pada tahun 1899, Wallace menyerukan pendapat populer agar bersatu menentang peperangan dengan menunjukkan kepada orang-orang: "... bahwa semua perang modern merupakan kedinastian; bahwa semuanya disebabkan oleh ambisi, kepentingan, kecemburuan, dan keserakahan yang tak terpuaskan dari kekuasaan para penguasanya, atau dari kelas-kelas atas dalam hal finansial dan perniagaan yang memiliki kekuasaan dan pengaruh atas para penguasanya; dan bahwa hasil peperangan tidak pernah baik bagi masyarakat, yang bahkan menanggung semua bebannya".[47] Dalam sebuah surat yang diterbitkan oleh Daily Mail pada tahun 1909, dalam masa pertumbuhan penerbangan, ia mengusulkan suatu perjanjian internasional untuk melarang penggunaan pesawat demi tujuan militer, dengan argumentasi yang melawan gagasan tersebut: "... bahwa kengerian yang baru ini 'tak terelakkan', dan bahwa yang dapat kita lakukan hanyalah yakin dan berada di barisan depan para pembunuh udara —karena jelas tidak ada istilah lain yang secara tepat dapat menggambarkan bagaimana dijatuhkannya, katakanlah, sepuluh ribu bom saat tengah malam di sebuah ibu kota musuh dari penerbangan pesawat-pesawat udara yang kasatmata."[48]
Pada tahun 1898, Wallace menerbitkan sebuah buku berjudul The Wonderful Century: Its Successes and Its Failures tentang berbagai perkembangan pada abad ke-19. Bagian pertama buku tersebut mencakup berbagai kemajuan utama dalam bidang teknik dan ilmu pengetahuan pada abad tersebut; bagian kedua membahas apa saja yang dianggap Wallace sebagai kegagalan sosial seperti: kehancuran dan kesia-siaan perlombaan senjata dan peperangan, maraknya kaum miskin di perkotaan dan kondisi-kondisi berbahaya tempat mereka tinggal dan bekerja, suatu sistem peradilan pidana yang keras yang gagal memulihkan para pelaku kejahatan, berbagai pelanggaran dalam sistem kesehatan mental berbasis sanatorium milik swasta, kerusakan lingkungan yang disebabkan kapitalisme, dan kejahatan kolonialisme Eropa.[49][50] Wallace tetap melanjutkan aktivisme sosialnya selama sisa hidupnya; ia menerbitkan buku The Revolt of Democracy hanya beberapa minggu menjelang wafatnya.[51]
Wallace melanjutkan penelitian ilmiahnya sambil tetap membuat ulasan-ulasan sosial. Pada tahun 1880, ia menerbitkan Island Life sebagai kelanjutan dari The Geographic Distribution of Animals. Pada bulan November 1886, Wallace mengawali perjalanannya selama 10 bulan ke Amerika Serikat untuk memberikan serangkaian ceramah populer. Kebanyakan ceramah tersebut adalah tentang Darwinisme (evolusi melalui seleksi alam), tetapi ia juga berceramah tentang reformasi sosial ekonomi, spiritualisme, dan biogeografi. Dalam perjalanan tersebut ia bertemu kembali dengan John, kakaknya yang telah hijrah ke California beberapa tahun sebelumnya. Ia juga menghabiskan waktu selama seminggu di Colorado dengan dipandu oleh Alice Eastwood, seorang ahli botani Amerika, untuk mengeksplorasi flora di Pegunungan Rocky dan mengumpulkan bukti-bukti yang kemudian membuatnya mengajukan sebuah teori tentang bagaimana glasiasi dapat menjelaskan adanya kesamaan tertentu pada flora pegunungan Eropa, Asia, dan Amerika Utara. Teori tersebut ia terbitkan pada tahun 1891 dalam makalah "English and American Flowers". Wallace bertemu dengan banyak naturalis terkemuka lainnya dari Amerika dan melihat-lihat koleksi mereka. Buku Darwinism karyanya pada tahun 1889 menggunakan informasi yang ia kumpulkan saat perjalanannya di Amerika, dan informasi yang telah ia himpun sebagai bahan ceramah-ceramahnya.[52][53]
Wallace mengumpulkan banyak sekali koleksi flora dan fauna yang disimpannya di "lemari-lemari". Hanya satu dari koleksi-koleksi ini yang tetap berada dalam lemari aslinya. Semua koleksi tersebut terdiri dari 1.700 serangga dari beragam jenis termasuk kupu-kupu, kumbang, ngengat, cangkang, lalat, lebah, belalang sembah, tarantula, polong biji, sebuah sarang lebah, dan seekor burung kecil. Seorang kolektor bernama Robert Heggestad menemukan koleksi/lemari ini di Washington, D.C. pada tahun 1979 dan membelinya seharga $600 (tidak diketahui siapa yang telah mengumpulkannya). Heggestad mulai mendokumentasikan referensi-referensi dalam karya Wallace dengan spesimen-spesimen yang terdapat dalam lemari tersebut, sehingga menghasilkan laporan sebanyak 62 halaman yang mendukung teori bahwa koleksi tersebut dulunya adalah milik Wallace. Ia juga mempekerjakan Beverley East, seorang grafolog, untuk melakukan verifikasi tulisan tangan pada koleksi tersebut. Inilah satu-satunya koleksi pribadi yang diketahui milik Wallace dan masih berada dalam lemari aslinya. Saat ini diyakini bahwa Walace mengumpulkan spesimen-spesimen itu dalam lemari rosewood untuk tujuan pembelajaran.[54][55][56]
Pada tanggal 7 November 1913, Wallace meninggal dunia dalam usia 90 tahun di sebuah rumah besar di pedesaan (country house) yang disebutnya "Old Orchard", yang mana telah ia bangun satu dekade sebelumnya.[57] Wafatnya diberitakan secara luas di media. The New York Times menyebutnya "yang terakhir dari para raksasa dalam kalangan intelektual hebat yang antara lain meliputi Darwin, Huxley, Spencer, Lyell, dan Owen, yang penyelidikan beraninya merevolusi dan mengevolusi pemikiran abad ini." Komentator lainnya dalam edisi yang sama mengatakan, "Tidak perlu ada permintaan maaf atas beberapa kebodohan ilmiah atau literer yang dibuat penulis dari buku hebat 'The Malay Archipelago'."[58]
Beberapa teman Wallace mengemukakan bahwa ia akan dimakamkan di Westminster Abbey, tetapi sang istri menuruti permintaannya dan memakamkannya di pemakaman kecil di Broadstone, Dorset.[57] Beberapa ilmuwan terkemuka dari Britania membentuk suatu kepanitiaan agar sebuah medali Wallace ditempatkan di Westminster Abbey dekat tempat Darwin dimakamkan. Medali tersebut diresmikan pada tanggal 1 November 1915.
Tidak seperti Darwin, Wallace memulai kariernya sebagai seorang naturalis keliling yang telah percaya akan adanya transmutasi spesies. Konsep tersebut telah dikemukakan antara lain oleh Jean-Baptiste de Lamarck, Étienne Geoffroy Saint-Hilaire, Erasmus Darwin, dan Robert Edmond Grant. Walaupun telah banyak dibahas tetapi tidak diterima secara umum oleh para naturalis terkemuka dan dianggap memiliki konotasi yang radikal, bahkan revolusioner.[59][60]
Para ahli anatomi dan geolog seperti Georges Cuvier, Richard Owen, Adam Sedgwick, dan Charles Lyell dengan gigih menentangnya.[61][62] Ada pendapat bahwa Wallace menerima gagasan tentang transmutasi spesies antara lain karena ia selalu cenderung untuk mendukung ide-ide radikal dalam politik, agama, dan ilmu pengetahuan,[59] serta karena ia sangat terbuka terhadap ide-ide marjinal, bahkan yang terpinggirkan, dalam ilmu pengetahuan.[63]
Ia juga sangat dipengaruhi oleh Vestiges of the Natural History of Creation, sebuah karya Robert Chambers yang sangat kontroversial tentang ilmu pengetahuan. Karya tersebut diterbitkan tanpa nama pada tahun 1844 dan berisi usulan akan adanya asal mula evolusioner dari sistem tata surya, bumi, dan makhluk hidup.[64] Pada tahun 1845, Wallace menuliskannya kepada Henry Bates:
Pada tahun 1847 ia menulis kepada Bates:
Wallace sengaja merencanakan beberapa dari penelitian lapangannya untuk menguji hipotesis bahwa dalam suatu skenario evolusioner spesies yang berkerabat dekat semestinya mendiami wilayah-wilayah di sekitarnya.[59] Selama penelitiannya di basin Amazon, ia menyadari bahwa hambatan-hambatan geografis — seperti Sungai Amazon dan anak-anak sungainya yang utama — sering kali memisahkan rentang spesies yang serumpun, dan ia menyertakan pengamatan ini dalam "On the Monkeys of the Amazon", yakni makalahnya pada tahun 1853.[66] Menjelang akhir makalahnya ia menulis pertanyaan, "Apakah spesies serumpun yang sangat erat hubungannya pernah dipisahkan oleh interval semacam negara?"
Pada bulan Februari 1855, saat sedang melakukan penelitian di Serawak di Pulau Kalimantan, Wallace menulis "On the Law which has Regulated the Introduction of New Species". Makalah tersebut dipublikasikan dalam Annals and Magazine of Natural History pada bulan September 1855.[67] Dalam makalah ini, ia membahas pengamatan terkait penyebaran geologis dan geografis dari spesies yang masih hidup maupun yang sudah berupa fosil; pembahasan mengenai hal ini kemudian dikenal sebagai biogeografi. Kesimpulannya bahwa "Setiap spesies telah ada ke dalam eksistensinya secara bertepatan dalam ruang dan waktu dengan suatu spesies yang serumpun" kemudian dikenal sebagai "Hukum Serawak". Wallace karenanya menjawab pertanyaan yang ia ajukan dalam makalah sebelumnya tentang monyet-monyet dari basin Sungai Amazon. Meski tidak menyebutkan satu pun kemungkinan mekanisme evolusi, makalah ini mengisyaratkan makalah penting yang ia tuliskan tiga tahun kemudian.[68]
Makalah tersebut mengguncang keyakinan Charles Lyell yang menganggap bahwa spesies tidak mungkin berubah, atau kekal. Meskipun Charles Darwin temannya telah menulis kepadanya pada tahun 1842 untuk mengungkapkan dukungannya akan transmutasi, Lyell tetap sangat berkeberatan dengan gagasan tersebut. Sekitar tahun 1856 awal, ia memberitahu Darwin tentang makalah Wallace, sebagaimana yang dilakukan Edward Blyth yang menganggapnya "Bagus! Dalam keseluruhannya! ... Wallace telah, saya pikir menempatkan hal tersebut dengan baik; dan menurut teorinya berbagai ras hewan domestik telah cukup berkembang menjadi spesies." Namun demikian Darwin salah mengartikan kesimpulan Wallace dengan kreasionisme progresif dari waktu dan menuliskan bahwa hal tersebut "tidak ada yang sangat baru ... Menggunakan perumpamaan saya tentang pohon [tetapi] tampaknya semua ciptaan bersamanya." Lyell lebih terkesan, dan membuka sebuah buku catatan tentang spesies, di mana ia bergumul dengan konsekuensi-konsekuensinya, terutama bagi leluhur manusia. Darwin telah menunjukkan teorinya kepada teman mereka, Joseph Dalton Hooker, dan untuk pertama kalinya ia lalu menguraikan rincian teori seleksi alam secara lengkap kepada Lyell. Meskipun Lyell tidak dapat menyetujuinya, ia mendesak agar Darwin mempublikasikannya untuk penetapan prioritas. Pada awalnya Darwin keberatan, kemudian mulai menulis sebuah sketsa spesies dari karyanya yang masih berlanjut pada bulan Mei 1856.[69]
Pada bulan Februari 1858, Wallace telah diyakinkan dengan penelitian biogeografinya di Kepulauan Melayu tentang realitas evolusi. Hal ini dinyatakannya dalam otobiografinya di kemudian hari:
Menurut otobiografi Wallace, ia sedang terbaring di ranjang karena sakit demam saat memikirkan gagasan Thomas Malthus tentang pengujian positif (positive check), yang mana menaikkan tingkat kematian, pada pertumbuhan populasi manusia dan timbul gagasan tentang seleksi alam.[71] Wallace mengatakan dalam otobiografinya bahwa ia berada di Pulau Ternate pada saat itu; tetapi para sejarawan mempertanyakan hal ini, dengan mengatakan bahwa menurut jurnal yang ia simpan pada saat itu ia berada di Pulau Gilolo (Pulau Halmahera).[72] Antara tahun 1858–1861 ia menyewa sebuah rumah di Ternate dari seorang Belanda bernama Maarten Dirk van Renesse van Duivenbode. Ia menggunakan rumah ini sebagai kamp basis untuk ekspedisi-ekspedisi ke pulau lainnya seperti Gilolo.[73]
Wallace menggambarkan bagaimana ia menemukan seleksi alam:
Wallace pernah bertemu dalam waktu singkat dengan Darwin, dan ia merupakan salah satu koresponden yang pengamatannya digunakan Darwin untuk mendukung teorinya sendiri. Meskipun surat pertama Wallace kepada Darwin telah hilang, Wallace menyimpan dengan baik semua surat yang ia terima.[75] Dalam surat pertamanya, tertanggal 1 Mei 1857, Darwin berkomentar bahwa surat Wallace tanggal 10 Oktober yang baru saja ia terima, serta makalah Wallace tahun 1855 yang berjudul "On the Law which has regulated the Introduction of New Species", memperlihatkan bahwa mereka berdua berpikiran sama dan sampai batas tertentu meraih kesimpulan yang sama; Darwin juga mengatakan bahwa ia sedang mempersiapkan karyanya sendiri untuk dipublikasikan dalam waktu kira-kira dua tahun lagi.[76] Surat keduanya, tertanggal 22 Desember 1857, mengatakan betapa senangnya Darwin mengetahui Wallace berteori tentang penyebaran, dan menambahkan bahwa "tanpa spekulasi tidak ada pengamatan yang baik dan asli" sambil berkomentar bahwa "Saya yakin kalau saya melangkah lebih jauh daripada Anda".[77] Wallace mempercayai pendapat Darwin mengenai masalah tersebut dan dari Ternate ia mengirimkan esai yang dibuatnya pada Februari 1858, yaitu "On the Tendency of Varieties to Depart Indefinitely From the Original Type", kepada Darwin dengan permintaan agar ia meninjaunya dan meneruskannya kepada Charles Lyell jika ia pikir esai ini bermanfaat.[1]
Meskipun Wallace telah mengirimkan beberapa artikel untuk diterbitkan sebagai jurnal sepanjang perjalanannya di kepulauan Melayu, esai Ternate tersebut berupa sebuah surat pribadi. Pada tanggal 18 Juni 1858, Darwin menerima esai tersebut dari Wallace. Esai Wallace secara jelas tidak menggunakan istilah "seleksi alam" sebagaimana digunakan Darwin, namun esai tersebut menguraikan mekanisme perbedaan spesies yang evolusioner dari yang serupa karena tekanan lingkungan. Dalam hal ini, esai tersebut sangat mirip dengan teori yang telah diolah Darwin selama dua puluh tahun, tetapi saat itu belum dipublikasikan. Darwin mengirim naskah itu ke Charles Lyell beserta sebuah surat yang mengatakan "ia tidak dapat membuat sebuah abstrak singkat yang lebih baik! Bahkan istilah-istilahnya sekarang menjadi bagian atas dari bab-bab saya ... ia tidak mengatakan bahwa ia mengharapkan saya untuk mempublikasikannya, tetapi tentu saja saya akan menulis sekaligus menawarkan untuk mengirimnya ke jurnal apa pun."[78]
Karena sedang kebingungan akibat penyakit yang sedang diderita putranya yang masih bayi, Darwin menyerahkan masalah tersebut kepada Charles Lyell dan Joseph Hooker, yang kemudian memutuskan untuk menerbitkan esai tersebut dalam suatu penyajian bersama dengan tulisan-tulisan yang belum dipublikasikan yang menonjolkan keutamaan Darwin. Tidak ada permintaan Wallace supaya esainya diterbitkan, dan memang hal tersebut mungkin melanggar hukum hak cipta pada saat itu. Esai Wallace dipresentasikan ke Linnean Society of London pada tanggal 1 Juli 1858, bersama-sama dengan berbagai kutipan dari sebuah esai yang diperlihatkan Darwin kepada Hooker secara pribadi pada tahun 1847 dan sebuah surat yang ditulis Darwin kepada Asa Gray pada tahun 1857.[79]
Komunikasi dengan Wallace yang sedang berada jauh di kepulauan Melayu tidak mungkin dilakukan tanpa keterlambatan selama beberapa bulan, maka ia tidak ambil bagian dalam publikasi yang cepat ini. Beruntung Wallace menerima semua pengaturan yang telah terjadi, senang karena ia telah disertakan sepenuhnya, dan tidak pernah mengungkapkan ketidakpuasan secara pribadi ataupun publik. Status keilmuan dan sosial Darwin jauh lebih tinggi daripada Wallace sehingga dianggap tidak mungkin, tanpa peranan Darwin, pandangan Wallace tentang evolusi akan diperhatikan secara serius. Pengaturan oleh Hooker dan Lyell menurunkan Wallace ke posisi 'rekan penemu' (co-discoverer), dan secara sosial ia tidak setara dengan Darwin atau para ilmuwan alam Britania lainnya yang terkemuka. Namun pembacaan makalah mereka tentang seleksi alam secara bersama-sama mengasosiasikan Wallace dengan Darwin yang lebih terkenal. Hal ini, dipadukan dengan pembelaan Darwin (serta Hooker dan Lyell) atas namanya, memberikan Wallace akses yang lebih besar ke tingkatan tertinggi dalam komunitas ilmiah.[80] Reaksi atas pembacaan tersebut pada waktu itu diredam, dengan pernyataan dari presiden Linnean Society pada bulan Mei 1859 bahwa tahun 1858 tidak ditandai dengan satu pun penemuan yang menonjol;[81] tetapi, dengan diterbitkannya On the Origin of Species (Asal Usul Spesies) oleh Darwin pada akhir tahun 1859, arti pentingnya menjadi nyata. Ketika Wallace kembali ke Britania, ia menemui Darwin. Meskipun beberapa pendapat kritis Wallace pada tahun-tahun berikutnya menguji kesabaran Darwin, mereka tetap bersahabat sepanjang sisa hidup Darwin.
Dari tahun ke tahun beberapa orang mempertanyakan versi dari rangkaian kejadian ini. Pada awal tahun 1980-an, dua buku yang masing-masing ditulis oleh Arnold Brackman dan John Langdon Brooks bahkan mengemukakan bahwa bukan hanya terjadi suatu konspirasi untuk merampas penghargaan yang seharusnya bagi Wallace, tetapi Darwin sebenarnya telah mencuri gagasan kunci dari Wallace untuk menyelesaikan teorinya sendiri. Klaim-klaim seperti ini telah dikaji secara rinci oleh sejumlah akademisi dan mereka belum menemukan satu klaim pun yang meyakinkan.[82][83][84] Penelitian atas jadwal-jadwal pengiriman telah memperlihatkan hal yang berlawanan dengan tuduhan-tuduhan ini, yakni surat Wallace tidak mungkin terkirimkan lebih awal daripada tanggal yang tercantum dalam surat Darwin kepada Lyell.[85][86]
Setelah publikasi On the Origin of Species oleh Darwin, Wallace menjadi salah satu pembela setia Darwin sekembalinya ia ke Inggris pada tahun 1862. Dalam suatu peristiwa pada tahun 1863 yang utamanya membuat Darwin senang, Wallace mempublikasikan sebuah makalah singkat berjudul "Remarks on the Rev. S. Haughton's Paper on the Bee's Cell, And on the Origin of Species" untuk mengecam sebuah makalah karya seorang profesor geologi di Universitas Dublin yang telah secara tajam mengkritik komentar Darwin di Origin tentang bagaimana sel-sel lebah madu yang berbentuk heksagonal dapat berevolusi melalui seleksi alam.[87]
Pembelaan yang lebih panjang atas karya Darwin adalah "Creation by Law", suatu ulasan yang ditulis Wallace pada tahun 1867 untuk Quarterly Journal of Science dari buku The Reign of Law, yang mana dituliskan oleh George Campbell, Adipati Argyll ke-8, sebagai sanggahan terhadap seleksi alam.[88] Setelah suatu pertemuan British Association pada tahun 1870, Wallace menulis keluhan kepada Darwin bahwa "tidak ada lawan yang tersisa yang mengetahui apa pun tentang sejarah alam, sehingga tidak ada satu pun diskusi yang baik sebagaimana dahulu."[89]
Para sejarawan ilmu pengetahuan mencatat bahwa walaupun Darwin menganggap gagasan-gagasan dalam makalah Wallace pada dasarnya sama seperti gagasannya, namun ada perbedaan-perbedaan.[90] Darwin menekankan persaingan antar individu dari spesies yang sama agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak, sedangkan Wallace menekankan pengaruh tekanan lingkungan pada varietas dan spesies yang memaksa mereka untuk beradaptasi dengan kondisi setempat, sehingga menyebabkan populasi di lokasi yang berbeda mengalami penyimpangan.[91][92] Beberapa sejarawan, khususnya Peter J. Bowler, mengemukakan adanya kemungkinan bahwa dalam makalah yang dikirimnya ke Darwin, Wallace sama sekali tidak membahas seleksi dari variasi individu melainkan seleksi kelompok.[93] Namun Malcom Kottler[94] menunjukkan bahwa pandangan ini tidak benar dan Wallace memang membahas variasi individu.
Kalangan yang lain mencatat bahwa perbedaan lainnya adalah Wallace tampaknya membayangkan seleksi alam sebagai semacam mekanisme umpan balik yang membuat spesies dan varietas beradaptasi dengan lingkungannya.[95] Mereka menunjuk pada suatu bagian yang pada umumnya terabaikan dalam makalah terkenal Wallace pada tahun 1858:
Gregory Bateson, seorang antropolog dan ahli sibernetika, mengamati pada tahun 1970-an bahwa, kendati hanya menulisnya sebagai sebuah contoh, Wallace "mungkin mengatakan hal paling berpengaruh yang telah dikatakan pada abad ke-19".[96] Bateson meninjau kembali topik tersebut dalam bukunya pada tahun 1979 yang berjudul Mind and Nature: A Necessary Unity, dan para akademisi lainnya terus menggali hubungan antara seleksi alam dengan teori sistem.[95]
Pada tahun 1867 Darwin menulis kepada Wallace tentang suatu masalah yang saat itu ia pahami, yaitu mengenai bagaimana beberapa ulat dapat berevolusi dengan skema warna yang mencolok. Darwin telah memiliki keyakinan bahwa seleksi seksual, semacam perantara yang mana Wallace tidak membuat keterkaitan sedemikian pentingnya sebagaimana Darwin, menjelaskan mengapa ada banyak skema warna yang mencolok pada hewan. Namun Darwin menyadari bahwa hal ini tidak berlaku bagi ulat. Wallace menanggapi bahwa ia dan Henry Bates telah mengamati bahwa banyak dari kupu-kupu yang paling spektakuler memiliki suatu rasa dan bau yang khas, serta bahwa ia telah diberitahu oleh John Jenner Weir kalau burung tidak akan memakan ngengat putih yang umum dari jenis tertentu karena tidak menyukainya. "Nah, sebab ngengat putih sama mencoloknya pada sore hari sebagaimana seekor ulat berwarna pada waktu siang", Wallace menuliskan tanggapannya kepada Darwin bahwa tampaknya skema warna yang mencolok itu berfungsi sebagai semacam peringatan bagi para pemangsa dan dengan demikian dapat berevolusi melalui seleksi alam. Darwin terkesan dengan gagasan tersebut. Pada pertemuan Entomological Society yang selanjutnya, Wallace meminta bukti kepada siapa pun yang mungkin memilikinya sehubungan dengan topik tersebut. Pada tahun 1869 Weir mempublikasikan data dari berbagai percobaan dan pengamatan terkait ulat berwarna cerah yang menunjang gagasan Wallace. Konsep warna peringatan, atau aposematisme, merupakan salah satu dari sejumlah kontribusi Wallace seputar evolusi pewarnaan hewan pada umumnya dan konsep warna perlindungan pada khususnya.[97] Hal tersebut juga merupakan salah satu ketidaksepakatan antara Wallace dengan Darwin mengenai arti penting seleksi seksual. Pada bukunya pada tahun 1878, Tropical Nature and Other Essays, Wallace secara ekstensif menulis tentang pewarnaan hewan dan tumbuhan serta mengusulkan penjelasan alternatif untuk sejumlah kasus yang Darwin kaitkan dengan seleksi seksual.[98] Ia meninjau kembali topik tersebut secara panjang lebar dalam bukunya pada tahun 1889, Darwinism. Pada tahun 1890 ia menulis sebuah kajian kritis dalam Nature sebagai tanggapan atas buku Edward Bagnall Poulton temannya, yakni The Colours of Animals, yang mana mendukung konsep seleksi seksual dari Darwin. Tulisannya secara khusus mengecam klaim Poulton tentang "preferensi estetika dalam dunia serangga".[99]
Pada tahun 1889 Wallace menulis buku Darwinism yang menjelaskan dan membela seleksi alam. Di dalamnya ia mengajukan hipotesis bahwa seleksi alam dapat menggerakkan isolasi reproduktif dari dua varietas dengan cara mendorong perkembangan hambatan-hambatan terhadap hibridisasi. Oleh karenanya hal tersebut mungkin berkontribusi terhadap perkembangan spesies baru. Ia mengemukakan skenario berikut ini. Ketika dua populasi dari suatu spesies mengalami penyimpangan melampaui titik tertentu, masing-masing beradaptasi dengan kondisi tertentu; keturunan hibrida akan kurang mampu beradaptasi daripada kedua bentuk induknya dan pada titik tersebut seleksi alam cenderung akan melenyapkan para hibrida. Selanjutnya, dalam kondisi demikian, seleksi alam akan mendukung perkembangan hambatan-hambatan terhadap hibridisasi; individu yang menghindari perkawinan campur (hibrid) akan cenderung memiliki keturunan yang lebih sesuai, dan dengan demikian berkontribusi terhadap isolasi reproduksi dari dua spesies yang baru terbentuk itu. Gagasan ini kemudian dikenal dengan istilah efek Wallace.[100] Pada awal tahun 1868, Wallace telah mengemukakan secara pribadi kepada Darwin bahwa seleksi alam dapat berperan dalam mencegah hibridisasi, tetapi ia belum menyelesaikannya hingga terperinci seperti ini.[101] Konsep ini terus menjadi topik penelitian dalam biologi evolusioner masa kini dengan menggunakan simulasi komputer maupun hasil-hasil empiris yang mendukung validitasnya.[102]
Pada tahun 1864, Wallace menerbitkan sebuah makalah berjudul "The Origin of Human Races and the Antiquity of Man Deduced from the Theory of 'Natural Selection'" terkait penerapan teori ini pada manusia. Saat itu Darwin belum memperhatikan subjek tersebut kendati Thomas Huxley telah membahasnya dalam Evidence as to Man's Place in Nature. Ia menjelaskan stabilitas yang jelas dari ras manusia dengan menunjuk pada kesenjangan yang besar antara kapasitas tengkorak manusia dibandingkan dengan kera besar. Tidak seperti pendukung Darwin lainnya, termasuk Darwin sendiri, ia tidak "menganggap orang-orang primitif modern hampir-hampir mengisi kesenjangan antara manusia dan kera".[103] Ia melihat evolusi manusia dalam dua tahap: tercapainya suatu postur bipedal yang membebaskan kedua tangan untuk melaksanakan perintah dari otak, dan "pengakuan atas otak manusia sebagai suatu faktor yang sama sekali baru dalam sejarah kehidupan. Wallace tampaknya adalah evolusionis pertama yang mengakui dengan jelas bahwa ... dengan kemunculan spesialisasi jasmani tersebut yang mana membentuk otak manusia, spesialisasi jasmani itu sendiri mungkin dapat dikatakan sudah tidak diperlukan lagi."[103] Ia dipuji Darwin karena makalahnya ini.
Tidak lama setelah itu Wallace menjadi seorang spiritualis. Pada waktu yang hampir bersamaan, ia mulai berpandangan bahwa seleksi alam tidak mampu menjelaskan kejeniusan musikal, artistik, atau matematik, juga pikiran metafisik, serta kecerdasan dan humor. Ia pada akhirnya mengatakan bahwa sesuatu dalam "alam semesta tak terlihat dari Roh" telah bertindak sebagai perantara setidaknya tiga kali dalam sejarah. Yang pertama adalah penciptaan kehidupan dari materi anorganik. Yang kedua adalah pengenalan kesadaran pada hewan yang tingkatannya lebih tinggi. Dan yang ketiga adalah timbulnya kemampuan mental yang lebih tinggi pada manusia. Ia juga meyakini bahwa raison d'être (alasan keberadaan) dari alam semesta adalah pengembangan jiwa manusia.[104] Pandangan-pandangan ini sangat mengganggu Darwin yang berpendapat bahwa intervensi spiritual tidaklah perlu dan bahwa seleksi seksual dapat dengan mudah menjelaskan fenomena mental yang tampaknya non adaptif. Beberapa sejarawan telah menyimpulkan bahwa paham spiritualisme yang diterapkan oleh Wallace secara langsung menyebabkan ia berkeyakinan kalau seleksi alam tidaklah cukup untuk menjelaskan perkembangan kesadaran dan pikiran manusia. Sedangkan para akademisi lainnya yang mendukung Wallace tidak sepakat atas kesimpulan tersebut, dan beberapa bersikeras bahwa Wallace tidak pernah meyakini seleksi alam dapat diterapkan pada area-area tersebut.[105][106]
Reaksi terhadap ide-ide Wallace pada topik ini bervariasi di kalangan naturalis terkemuka pada saat itu. Charles Lyell lebih mendukung pandangan Wallace tentang evolusi manusia daripada pandangan Darwin.[107][108] Keyakinan Wallace bahwa kesadaran manusia tidak mungkin sepenuhnya hasil dari penyebab-penyebab materi semata dianut oleh sejumlah intelektual terkemuka pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.[109] Bagaimanapun juga banyak kalangan, seperti Huxley, Hooker, dan Darwin sendiri, bersikap kritis terhadap Wallace.[110] Sebagaimana dinyatakan oleh Michael Shermer, seorang sejarawan sains, pandangan Wallace dalam area ini bertentangan dengan dua prinsip utama dari filosofi Darwin yang sedang berkembang, yakni evolusi bukanlah teleologis (digerakkan oleh tujuan) dan bukan juga antroposentris (berpusat pada manusia).[111] Jauh di kemudian hari dalam hidupnya Wallace kembali ke tema-tema ini, bahwasanya evolusi menyatakan bahwa alam semesta mungkin memiliki suatu tujuan dan bahwa aspek tertentu dari makhluk hidup mungkin tidak dapat dijelaskan dari sisi proses yang murni materialistik, dalam artikel berjudul The World of Life pada sebuah majalah tahun 1909 yang kemudian dikembangkannya menjadi sebuah buku dengan judul yang sama.[112] Shermer mengatakan bahwa karyanya itu mengantisipasi beberapa gagasan tentang desain secara alamiah dan mengarahkan konsep evolusi yang akan timbul dari berbagai tradisi agama di sepanjang abad ke-20.[109]
Dalam banyak catatan tentang perkembangan teori evolusi, Wallace hanya disebutkan sekilas sebagai seorang pendorong dipublikasikannya teori Darwin sendiri.[113] Pada kenyataannya Wallace mengembangkan pandangan sendiri tentang evolusi yang berbeda dengan pandangan Darwin, dan dianggap oleh banyak kalangan (khususnya Darwin) sebagai seorang pemikir evolusi yang terkemuka pada zamannya, yang mana ide-idenya tidak dapat diabaikan. Salah seorang sejarawan sains menunjukkan bahwa Darwin dan Wallace melakukan tukar menukar pengetahuan, saling menstimulir ide dan teori satu sama lain baik melalui karya-karya yang dipublikasikan maupun korespondensi pribadi selama kurun waktu tertentu.[114] Wallace merupakan naturalis yang paling sering dikutip Darwin dalam The Descent of Man, and Selection in Relation to Sex dan banyak darinya berupa ketidaksepakatan yang tajam.[115] Wallace tetap merupakan seorang pembela seleksi alam yang gigih selama sisa hidupnya. Pada tahun 1880-an, evolusi diterima secara luas di kalangan ilmiah, tetapi Wallace dan August Weismann hampir-hampir merupakan satu-satunya di antara para biolog terkemuka yang percaya bahwa seleksi alam adalah kekuatan pendorong utama di baliknya.[116][117] Pada tahun 1889 Wallace menerbitkan buku Darwinism sebagai tanggapan terhadap para kritikus ilmiah seputar seleksi alam.[118] Dari semua buku Wallace, buku tersebut paling sering dikutip oleh publikasi-publikasi ilmiah.[119]
Pada tahun 1872, atas desakan dari banyak temannya seperti Darwin, Philip Lutley Sclater, dan Alfred Newton, Wallace memulai penelitian untuk suatu tinjauan umum dari penyebaran geografis hewan. Ia awalnya tidak mampu membuat banyak kemajuan, sebagian dikarenakan sistem klasifikasi banyak jenis hewan pada saat itu berubah-ubah.[120] Ia melanjutkan penelitiannya dengan sungguh-sungguh pada tahun 1874 setelah publikasi sejumlah karya baru mengenai klasifikasi.[121] Dengan memperluas sistem yang dikembangkan oleh Sclater bagi burung — yang mana membagi bumi menjadi enam kawasan geografis terpisah untuk mendeskripsikan penyebaran spesies — agar dapat mencakup mamalia, reptil dan serangga, Wallace menciptakan dasar bagi konsep kawasan zoogeografis yang masih digunakan sampai saat ini. Ia membahas semua faktor yang diketahui mempengaruhi penyebaran geografis hewan pada masa lampau dan sekarang dalam masing-masing kawasan geografis. Ini mencakup dampak dari kemunculan dan lenyapnya jembatan-jembatan daratan (salah satunya yaitu yang saat ini menghubungkan Amerika Utara dan Amerika Selatan) dan dampak dari meningkatnya periode glasiasi. Ia menyajikan peta-peta yang memperlihatkan berbagai faktor, seperti ketinggian pegunungan, kedalaman lautan, dan karakter vegetasi regional, yang mempengaruhi penyebaran hewan. Ia juga meringkas semua familia dan genera yang diketahui dari hewan-hewan yang tingkatannya lebih tinggi, serta mencatat sebaran-sebaran geografisnya yang dapat diketahui. Teks tersebut diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan penjelajah untuk mempelajari hewan apa yang dapat ditemukan dalam suatu lokasi tertentu. Karya dalam dua jilid ini, yaitu The Geographical Distribution of Animals, diterbitkan pada tahun 1876 dan berperan sebagai teks definitif seputar zoogeografi sampai dengan 80 tahun setelahnya.[122]
Dalam buku ini Wallace tidak membatasi dirinya pada biogeografi dari spesies yang masih ada, tetapi juga memasukkan bukti dari rekaman fosil untuk membahas proses evolusi dan migrasi yang telah menyebabkan penyebaran geografis spesies hewan modern. Sebagai contohnya ia membahas bagaimana bukti fosil menunjukkan bahwa tapir berasal dari Belahan Utara, bermigrasi antara Amerika Utara dan Eurasia dan kemudian, jauh di kemudian hari, baru-baru ini menuju Amerika Selatan yang mana setelah itu membuat spesiesnya di utara menjadi punah, sehingga menyisakan sebaran modern dari dua kelompok tapir yang terisolasi di Amerika Selatan dan Asia Tenggara.[123] Wallace menaruh minat dan sangat menyadari adanya kepunahan megaufauna secara massal pada kala Pleistosen Akhir. Dalam The Geographical Distribution of Animals (1876) ia menulis, "Kita hidup dalam suatu dunia yang miskin secara zoologi, di mana semua bentuk yang paling besar, dan paling ganas, serta paling aneh telah menghilang baru-baru ini."[124] Ia menambahkan keyakinannya bahwa penyebab yang paling mungkin dari kepunahan cepat tersebut adalah glasiasi, tetapi pada saat ia menulis World of Life (1911) ia sampai pada keyakinan bahwa kepunahan itu "karena intervensi manusia".[125]
Pada tahun 1880 Wallace menerbitkan buku berjudul Island Life sebagai kelanjutan dari The Geographical Distribution of Animals. Dalam buku tersebut ia menuliskan pengamatannya terkait penyebaran spesies hewan maupun tumbuhan di pulau. Wallace mengklasifikasikan pulau menjadi tiga jenis yang berbeda. Pulau-pulau samudra, seperti Kepulauan Galápagos dan Hawaii (kemudian dikenal sebagai Kepulauan Sandwich), terbentuk di tengah samudra dan tidak pernah menjadi bagian dari salah satu benua besar. Pulau-pulau seperti itu ditandai dengan kurang lengkapnya amfibi dan mamalia darat, serta para penghuninya (selain burung-burung migran dan spesies yang dibawa manusia) pada umumnya merupakan hasil dari kolonisasi yang terjadi secara kebetulan dan evolusi selanjutnya. Ia membagi pulau-pulau kontinental menjadi dua kelas terpisah tergantung pada apakah suatu pulau belum lama menjadi bagian dari suatu benua (seperti Britania) atau lebih lama sebelumnya (seperti Madagaskar) dan membahas bagaimana perbedaan tersebut berdampak pada flora dan fauna. Ia berbicara mengenai bagaimana isolasi berpengaruh pada evolusi dan bagaimana hal tersebut dapat mengakibatkan kelestarian berbagai kelas hewan, misalnya saja lemur Madagaskar yang mana merupakan sisa-sisa dari fauna kontinental yang pernah tersebar luas. Ia secara ekstensif membahas bagaimana perubahan iklim, khususnya periode glasial yang meningkat, mungkin berdampak pada penyebaran flora dan fauna di beberapa pulau, dan bagian pertama buku tersebut membahas kemungkinan penyebab zaman es yang besar ini. Island Life dianggap sebagai sebuah karya yang sangat penting pada saat diterbitkannya. Karya tersebut dibahas secara mendalam di kalangan ilmiah baik dalam ulasan-ulasan yang dipublikasikan maupun korespondensi pribadi.[126]
Karya Wallace yang ekstensif dalam biogeografi membuatnya sadar akan dampak aktivitas manusia terhadap alam. Dalam Tropical Nature and Other Essays (1878) ia memperingatkan tentang bahaya penggundulan hutan dan erosi tanah, khususnya di daerah beriklim tropis yang rentan terhadap curah hujan yang tinggi. Sambil mencatat interaksi yang kompleks antara vegetasi dan iklim, ia memperingatkan bahwa pembukaan hutan hujan secara luas untuk budidaya kopi di Ceylon (Sri Lanka) dan India akan berdampak negatif terhadap iklim di negara-negara itu dan akhirnya mengarah pada kerusakan karena erosi tanah.[127] Mengenai dampak dari kolonisasi Eropa pada Pulau Saint Helena, ia menulis:
Komentar Wallace mengenai lingkungan hidup semakin hari semakin lantang. Dalam The World of Life (1911) ia menulis:
Buku Man's Place in the Universe (1904) karya Wallace merupakan upaya serius pertama dari seorang ahli biologi untuk mengevaluasi kemungkinan adanya kehidupan di planet lain. Ia menyimpulkan bahwa Bumi adalah satu-satunya planet dalam tata surya yang dapat mendukung kehidupan, terutama karena planet ini merupakan satu-satunya planet yang memungkinkan adanya air dalam fase cairan. Lebih kontroversial lagi ia menyatakan bahwa tidak mungkin bintang lainnya dalam galaksi dapat memiliki planet dengan karakteristik yang diperlukan seperti demikian (keberadaan galaksi lain belum terbukti pada saat itu).[butuh rujukan]
Ia hanya menuliskan tanggapannya tentang Mars secara singkat dalam buku ini, dan pada tahun 1907 Wallace kembali ke topik tersebut dengan sebuah buku berjudul Is Mars Habitable? untuk mengkritik klaim Percival Lowell mengenai adanya kanal Mars yang dibuat oleh makhluk-makhluk berakal. Wallace melakukan penelitian selama berbulan-bulan, berkonsultasi dengan berbagai ahli, dan menghasilkan analisis ilmiahnya sendiri tentang iklim Mars dan kondisi atmosfernya.[130] Salah satunya Wallace mengemukakan bahwa analisis spektroskopi telah memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda uap air dalam atmosfer Mars, bahwa analisis Lowell mengenai iklim Mars memiliki kelemahan yang serius dan sangat melebih-lebihkan suhu permukaannya, dan bahwa tekanan atmosfer rendah itu akan membuat air dalam bentuk cair, apalagi adanya suatu sistem irigasi yang mengelilingi planet, dianggapnya mustahil.[131] Richard Milner berkomentar: "Adalah Alfred Russel Wallace, seorang evolusionis yang brilian dan eksentrik ... yang secara efektif mematahkan jaringan maya kanal Mars karya Lowell."[132] Wallace awalnya tertarik pada topik tersebut karena filosofi antroposentris yang dipegangnya membuat ia cenderung untuk percaya akan keunikan manusia di alam semesta ini.[133]
Dalam sebuah surat kepada iparnya pada tahun 1861, Wallace menulis:
Wallace merupakan seorang peminat frenologi.[135] Pada awal kariernya ia bereksperimen dengan hipnosis yang kemudian dikenal dengan istilah mesmerisme. Ia menggunakan beberapa muridnya di Leicester sebagai subjek, dan berhasil dengan cukup sukses.[136] Ketika ia memulai eksperimennya dengan mesmerisme, topik tersebut sangatlah kontroversial dan para peneliti awal seperti John Elliotson telah dikecam keras oleh badan ilmiah dan medis.[137] Wallace menarik suatu hubungan antara pengalamannya dengan mesmerisme dan penyelidikannya kemudian dalam spiritualisme. Pada tahun 1893 ia menulis:
Wallace mulai menyelidiki spritualisme pada musim panas tahun 1865, kemungkinan atas desakan Fanny Sims kakaknya yang telah terlibat dengan hal tersebut beberapa waktu sebelumnya.[139] Setelah meninjau literatur tentang topik tersebut dan menguji fenomena yang ia saksikan saat pemanggilan arwah (séance), ia sampai pada penerimaan bahwa keyakinan ini terkait dengan suatu realitas alam. Selama sisa hidupnya ia tetap yakin bahwa setidaknya beberapa fenomena pemanggilan arwah adalah asli, tanpa mempedulikan berapa banyak tuduhan penipuan dari kalangan skeptis atau berapa banyak bukti adanya tipu muslihat dalam fenomena tersebut. Ada ketidaksepakatan di kalangan sejarawan dan penulis biografi seputar faktor-faktor yang paling mempengaruhi Wallace sehingga mengadopsi spiritualisme. Salah seorang biografer mengemukakan bahwa guncangan emosi yang ia alami beberapa bulan sebelumnya, ketika tunangan pertamanya memutuskan pertunangan mereka, berkontribusi terhadap penerimaannya akan spiritualisme.[140] Akademisi lainnya lebih suka menekankan bahwa Wallace ingin menemukan penjelasan yang ilmiah dan rasional atas semua fenomena alam dan umat manusia, baik materi maupun non materi.[137][141]
Spiritualisme menarik minat banyak kaum Victorian terpelajar yang merasa tidak lagi menemukan doktrin keagamaan biasa (misalnya dari Gereja Inggris) dapat diterima serta tidak puas dengan pandangan yang benar-benar materialistis dan mekanis terhadap dunia, yang mana semakin bermunculan dari ilmu pengetahuan abad ke-19.[142] Namun beberapa akademisi yang meneliti pandangan Wallace secara mendalam menekankan bahwa baginya spiritualisme lebih kepada hal ilmu pengetahuan dan filosofi daripada keyakinan agama.[137][141] Para intelektual penting lainnya dari abad ke-19 yang terlibat dengan spiritualisme misalnya Robert Owen, seorang reformis sosial yang pada awalnya adalah salah seorang idola Wallace,[143] para fisikawan seperti William Crookes dan John William Strutt, matematikawan Augustus De Morgan, dan seorang penerbit dari Skotlandia bernama Robert Chambers.[142][144]
Sekitar tahun 1860-an John Nevil Maskelyne, seorang pesulap panggung, membuka tipu muslihat Davenport bersaudara kepada publik.[145] Wallace tidak percaya bahwa ia telah mengulangi kemahiran mereka dengan menggunakan metode alamiah, dan menyatakan kalau Maskelyne menguasai kemampuan supranatural.[146][147]
Pada tahun 1874 Wallace mengunjungi Frederick Hudson, seorang fotografer roh. Sebuah foto dirinya dengan almarhum ibunya kemudian dihasilkan dan Wallace menyatakan bahwa foto tersebut asli, katanya, "Saya tidak keluar dari kesimpulan kalau beberapa makhluk spiritual, terbiasa dengan berbagai sisi ibu saya selama hidup, menghasilkan impresi-impresi yang dapat dikenali ini di pelat tersebut."[148] Bagaimanapun foto-foto Hudson sebelumnya telah terekspos sebagai penipuan pada tahun 1872.[149]
Pembelaan Wallace yang sangat terbuka atas spiritualisme dan pembelaannya secara berulang atas medium spiritualis untuk menentang tuduhan-tuduhan penipuan selama tahun 1870-an menyebabkan reputasi ilmiahnya tercemar. Hal ini mengakibatkan ketegangan hubungannya dengan para ilmuwan yang sebelumnya ramah terhadapnya, seperti Henry Bates, Thomas Huxley, dan bahkan Darwin, yang mana merasa Wallace terlalu mudah percaya. Kalangan lainnya seperti William Benjamin Carpenter (seorang fisiolog) dan Ray Lankester (seorang zoolog) secara terbuka memusuhi Wallace karena masalah ini. Wallace dan ilmuwan lain yang membela spiritualisme, khususnya William Crookes, mendapat banyak kritikan dari pers; The Lancet adalah jurnal medis terkemuka di Inggris pada saat itu yang menuliskan kritikan yang sangat tajam. Kontroversi tersebut mempengaruhi persepsi publik atas karya Wallace sepanjang sisa kariernya.[150] Ketika pada tahun 1879 Darwin pertama kali mencoba untuk menggalang dukungan di kalangan naturalis agar Wallace mendapatkan pensiun sipil, Joseph Hooker menanggapi:
Hooker pada akhirnya melunak dan setuju untuk mendukung permohonan pensiun tersebut.[153]
Pada tahun 1870 seorang pendukung konsep Bumi datar bernama John Hampden menawarkan uang taruhan sejumlah £500 (setara dengan sekitar £47000 pada zaman sekarang[154]) dalam sebuah iklan majalah kepada siapa saja yang dapat membuktikan adanya lengkungan cembung dalam suatu kumpulan air seperti sungai, kanal, atau danau. Wallace yang tertarik dengan tantangan tersebut, dan pada saat itu mengalami kesulitan keuangan, lalu merancang suatu percobaan di mana ia mendirikan dua objek di sepanjang 10 km bentangan kanal. Kedua objek berada pada ketinggian yang sama di atas permukaan air dan ia memasang teleskop di sebuah jembatan juga dengan ketinggian yang sama di atas permukaan air. Ketika ia melihat melalui teleskop tersebut, salah satu objek terlihat lebih tinggi daripada yang lainnya sehingga memperlihatkan adanya kelengkungan permukaan bumi ini.
Juri untuk pertaruhan tersebut, yakni editor majalah Field, menyatakan Wallace sebagai pemenang, tetapi Hampden menolak untuk menerima hasil ini. Ia menggugat Wallace dan melakukan suatu kampanye, yang berlangsung selama beberapa tahun, dengan menuliskan surat ke berbagai penerbitan dan organisasi di mana Wallace menjadi anggotanya berupa kecaman bahwa ia adalah seorang penipu dan pencuri. Wallace memenangkan berbagai tuntutan fitnah yang diajukan Hampden, tetapi Wallace menghabiskan lebih banyak uang untuk biaya proses pengadilan daripada yang ia dapatkan dari taruhan tersebut, dan kontroversi ini membuatnya frustasi selama bertahun-tahun.[155]
Pada awal tahun 1880-an Wallace masuk dalam perdebatan seputar keharusan melakukan vaksinasi cacar. Awalnya Wallace melihat isu tersebut sebagai suatu hal kebebasan pribadi; tetapi setelah mempelajari beberapa statistik yang disediakan oleh para aktivis anti vaksinasi ia mulai mempertanyakan kefektifan vaksinasi. Pada saat itu teori kuman penyakit masih sangat baru dan belum diterima secara universal. Selain itu belum ada orang yang cukup mengetahui mengenai sistem imunitas manusia untuk memahami bagaimana vaksinasi bekerja. Ketika Wallace melakukan beberapa penelitian, ia menemukan kasus-kasus di mana para pendukung vaksinasi telah menggunakan statistik yang meragukan (dalam beberapa kasus benar-benar palsu) untuk mendukung argumen mereka. Karena selalu mencurigai pihak otoritas, Wallace menduga bahwa para dokter memiliki suatu kepentingan terselubung dalam mempromosikan vaksinasi. Dan ia sampai pada keyakinan bahwa penurunan angka insiden cacar yang selama itu dikaitkan dengan vaksinasi, pada kenyataannya, merupakan akibat dari higienitas yang lebih baik dan perbaikan dalam sanitasi publik.[156]
Faktor yang lain dalam pemikiran Wallace adalah keyakinannya bahwa, karena seleksi alam, organisme berada dalam keadaan seimbang dengan lingkungannya dan bahwa segala sesuatu di alam, bahkan organisme penyebab penyakit, menjalankan peranannya yang berguna dalam tatanan alam atas segala hal; ia khawatir vaksinasi dapat mengganggu keseimbangan alam dengan hasil-hasil yang tidak menguntungkan.[157] Wallace dan para pendukung anti vaksinasi lainnya menekankan bahwa vaksinasi dapat berbahaya, karena pada saat itu sering kali dilakukan dengan cara yang tidak sehat dan ceroboh.[157]
Pada tahun 1890 Wallace memberikan bukti sebelum Royal Commission menyelidiki kontroversi ini. Ketika komisi tersebut memeriksa materi yang ia serahkan untuk mendukung kesaksiannya, mereka menemukan kesalahan-kesalahan seperti adanya beberapa statistik yang meragukan. The Lancet menegaskan bahwa Wallace dan para aktivis anti vaksinasi lainnya selektif dalam memilih statistik yang digunakan, dengan mengabaikan sejumlah besar data yang tidak konsisten dengan posisinya. Komisi tersebut mendapati bahwa vaksinasi cacar adalah efektif dan seharusnya tetap diwajibkan, meski mereka merekomendasikan beberapa perubahan prosedur untuk meningkatkan keselamatan, dan hukuman bagi orang-orang yang menolak untuk mematuhinya dibuat lebih ringan. Bertahun-tahun kemudian, pada tahun 1898, Wallace membuat sebuah pamflet, Vaccination a Delusion; Its Penal Enforcement a Crime, yang menyerang temuan-temuan komisi tersebut. The Lancet kemudian juga ikut menyerang dengan menyatakan bahwa vaksinasi itu memuat banyak kesalahan yang sama sebagaimana bukti yang diberikan Wallace kepada komisi tersebut.[156]
Sebagai hasil dari tulisannya, pada saat wafatnya Wallace telah menjadi seorang tokoh ternama selama bertahun-tahun baik sebagai seorang ilmuwan maupun aktivis sosial. Ia sering dicari para jurnalis dan kalangan lainnya untuk diminta pendapatnya tentang beragam topik.[158] Ia menerima gelar doktor kehormatan dan sejumlah penghargaan profesional seperti Royal Medal dari Royal Society (tahun 1868) dan Darwin Medal (tahun 1890),[159] serta Order of Merit pada tahun 1908.[160] Di atas segalanya, peranan Wallace sebagai rekan penemu seleksi alam dan karyanya dalam zoogeografi menandakan bahwa ia adalah seorang figur yang luar biasa. Tidak ada keraguan bahwa ia adalah salah seorang penjelajah sejarah alam terbesar dari abad ke-19. Kendati demikian ketenarannya memudar dengan cepat setelah wafatnya. Untuk waktu yang lama ia diperlakukan sebagai sosok yang relatif tidak jelas dalam sejarah ilmu pengetahuan.[113] Sejumlah alasan telah dikemukakan atas kekurangan perhatian ini, misalnya kerendahan hatinya, kesediaannya untuk membela berbagai hal yang tidak populer tanpa mempedulikan reputasinya sendiri, dan ketidaknyamanan dari banyak komunitas ilmiah karena ide-idenya yang tidak lazim.
Baru-baru ini sosoknya menjadi agak lebih jelas dengan diterbitkannya beberapa buku biografi tentangnya, serta berbagai antologi tulisan-tulisannya. Pada tahun 2007 seorang kritikus literer majalah New Yorker mendapati bahwa lima dari biografi tersebut dan dua dari antologinya telah diterbitkan sejak tahun 2000.[161] Ada juga sebuah situs web yang dibuat sebagai dedikasi untuk keilmuan Wallace.[162] Dalam sebuah buku tahun 2010, seorang aktivis lingkungan hidup bernama Tim Flannery mengklaim bahwa Wallace adalah "ilmuwan modern pertama yang memahami betapa pentingnya kerja sama demi kelangsungan hidup kita";[163] ia mengemukakan bahwa pemahaman Wallace tentang seleksi alam dan karyanya kemudian tentang atmosfer dipandang sebagai cikal bakal pemikiran ekologis modern.
Natural History Museum, London, mengkoordinasikan acara-acara peringatan seabad Wallace di seluruh dunia dalam proyek 'Wallace100' pada tahun 2013.[164][165] Pada 24 Januari potret dirinya diresmikan di aula utama museum tersebut oleh Bill Bailey, seorang pengagum beratnya.[166] Dalam sebuah program BBC Two berjudul "Bill Bailey's Jungle Hero" (pertama kali disiarkan tanggal 21 April 2013), Bailey mengungkapkan bagaimana Wallace memecahkan evolusi dengan mengunjungi kembali tempat-tempat di mana Wallace menemukan spesies eksotik. Episode pertama menampilkan orang utan dan katak terbang dalam perjalanan Bailey di Pulau Kalimantan. Episode kedua menampilkan burung cenderawasih.[167] Pada tanggal 7 November 2013, saat peringatan 100 tahun wafatnya Wallace, David Attenborough meresmikan sebuah patung Wallace di museum tersebut.[168] Patung tersebut disumbangkan oleh A. R. Wallace Memorial Fund,[169] dan dipahat oleh Anthony Smith. Wallace dirupakan dalam patung tersebut sebagai seorang pemuda yang sedang melakukan pengumpulan. Bulan November 2013 juga ditandai dengan penayangan perdana The Animated Life of A. R. Wallace, sebuah film animasi boneka kertas yang didedikasikan untuk peringatan seratus tahun Wallace.[170]
Wallace adalah seorang penulis produktif. Pada tahun 2002, seorang sejarawan ilmu pengetahuan menerbitkan suatu analisis kuantitatif terkait publikasi karya Wallace. Ia mendapati bahwa Wallace telah menerbitkan 22 buku lengkap dan setidaknya 747 berupa penggalan-penggalan yang lebih singkat, 508 di antaranya merupakan karya ilmiah (191 dipublikasikan di jurnal Nature). Ia lalu membagi-bagi 747 penggalan pendek tersebut menurut subjek utamanya: 29% tentang biogeografi dan sejarah alam, 27% tentang teori evolusi, 25% tentang komentar sosial, 12% tentang Antropologi, dan 7% tentang spiritualisme dan frenologi.[177] Sebuah bibliografi daring dari tulisan-tulisan Wallace memiliki lebih dari 750 entri.[25]
Sebuah daftar yang lebih komprehensif dari publikasi Wallace tersedia secara daring, beserta bibliografi lengkap dari semua tulisan Wallace[25] yang telah disusun oleh Charles H. Smith (sejarawan sains) di halaman Alfred Russel Wallace.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.