Abiseka

Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Abiseka (Sanskerta: abhiṣeka) adalah istilah yang berasal dari bahasa Sanskerta yang bermakna "memandikan suatu hal yang bersifat kedewaan yang dipuja."[1] Abiseka adalah ritual keagamaan atau metode pemujaan, di mana pemuja mempersembahkan sesajen berupa cairan yang disiramkan ke atas arca dewa dewi atau ke atas lingga dan yoni. Praktik ini merupakan bagian dari, atau menyerupai praktik meminyaki atau pengurapan dalam agama-agama lain. Abiseka adalah praktik yang lazim dilakukan dalam agama dharma dari India, seperti agama Hindu, Buddha dan Jainisme.

Selain untuk pemujaan, upacara abiseka juga dapat dilakukan dalam upacara penobatan raja. Upacara ini dilambangkan dengan memercikkan air suci atau cairan lainnya seperti minyak, ke atas kepala raja yang dilantik. Setelah dinobatkan menjadi raja, maka raja yang baru naik takhta itu diberikan nama baru, yakni nama atau gelar resmi yang menggambarkan keagungan dan kekuasaan raja itu. Dalam ilmu sejarah dan arkeologi, nama ini dikenal dengan istilah nama abiseka.[2] Misalnya Raden Wijaya, raja pertama Majapahit memiliki nama abiseka Kertarajasa Jayawardhana segera setelah dinobatkan sebagai raja pada 10 November 1293. Pararaton menuliskan nama-nama abiseka penguasa Majapahit sebagai berikut.

  1. Raden Wijaya, nama abiseka Kertarajasa Jayawardhana.
  2. Raden Kala Gemet, nama abiseka Bhatara Jayanagara.
  3. Raden Tetep atau Sri Hayam Wuruk, nama abiseka Sri Rajasanagara.
  4. Raden Gagak Sali atau Aji Wikrama (Wikramawardhana), nama abiseka Bhra Hyang Wisesa.
  5. Bhra prabhu stri, nama abiseka Dewi Suhita.
  6. Bhre Tumapel, nama abiseka Sri Kertawijaya.
  7. Bhre Pamotan, nama abiseka Sri Rajasawardhana.
  8. Bhre Wengker (diduga Girishawardhana), nama abiseka Bhra Hyang Purwawisesa.

Referensi

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.