Abdullah bin Abi Bakar

Abdullah bin Abi Bakar (bahasa Arab: عبدالله ابن أبي بكر) (tahun 609–633) adalah putra sahabat Abu Bakar Khalifah pertama, saudara tiri Aisyah dan sahabat nabi Islam Muhammad. Ia lahir ketika Muhammad akan diangkat sebagai Nabi. Ibunya bernama Qutailah binti Abdul Uzza yang juga melahirkan Asma.^[1]

Abdullah bin Abi Bakar
Lahir	609 Mekah
Meninggal	Januari 633 Hijaz, Khulafaur Rasyidin
Zaman	Masa Awal Islam
Dikenal atas	Sahabat Nabi. Putra Abu Bakar al-siddiq.
Suami/istri	Atikah binti Zaid
Orang tua	Abu Bakar (ayah) Qutailah (ibu)
Kerabat	Asma (saudari) Abdurrahman (saudara) Aisyah (saudari) Ummu Kultsum (saudari) Ummi Ruman (ibu sambung)

Masa kecil

Ia lahir di kota Mekah, putra Abu Bakar bin Abi Quhafa, dari bani Taim dari suku Quraisy, dan dari Qutailah binti Abdul Uzza, yang berasal dari bani Amir bin Luay.^{[2]: 28–29 [3]: 140–141 [4]: 193} Orang tuanya bercerai segera sebelum atau segera setelah kelahirannya.^{[5] : 178} Masa kecil berjalan saat Nabi mulai berdakwah di Mekah.

Ketika Nabi Muhammad dan Abu Bakar hijrah dari Mekah pada September 622, dan bersumbunyi di Gunung Tsur, Abu Bakar meminta Abdullah untuk mendengarkan percakapan orang-orang di Mekah dan melaporkan berita hari itu kepada mereka di Gua Tsur setiap malam.^[1] Abdullah melaporkan bahwa kaum Quraisy telah mempersembahkan hadiah seratus unta kepada siapa saja yang bisa menangkap Muhammad. Setiap pagi, ketika dia meninggalkan gua, pembantu Abu Bakar, Amir bin Fuhairah, akan memimpin kawanan domba melalui rute yang sama untuk menutupi jejaknya, sekaligus memberi air susunya kepada Nabi sementara Asma membawakan makanan tiap malam dalam kondisi hamil besar mendaki perlahan Gua Tsur selama 3 malam.^{[6] : 224  [2] : 131}

"Ia seorang yang cerdas." Ungkap Aisyah.

Hijrah ke Madinah

Beberapa bulan kemudian, Abdullah menyusul ikut hijrah ke Madinah ditemani ibu tiri dan dua saudara perempuannya.^{[7] : 8  [4] : 172} Abdullah tumbuh besar di Madinah dan mengikuti setiap pertempuran bersama Nabi.

Pada tahun 630 Abdullah ikut bertempur di Pengepungan Ta'if atau Pertempuran Hunain melawan kaum kafir setelah penaklukan Mekah di mana Abu Mihjan, melukainya dengan panah. Dimana saat pertempuran tersebut umat Islam yang jumlahnya banyak terkejut dengan hujan panah dari pasukan Taif, bahkan banyak umat Islam awalnya berlarian ke belakang. Luka ini akhirnya menyebabkan kematiannya, meskipun dia bertahan selama hampir tiga tahun setelahnya.^{[6] : 591  [8]}

Pernikahan

Ia menikah dengan Atiqah binti Zaid, dari bani Adi dari Quraisy. Pernikahan mereka tidak menghasilkan anak.^{[5] : 186} Abdullah menghabiskan begitu banyak waktu bersamanya sehingga dia mengabaikan kewajibannya terhadap masalah umat Islam dan mulai jarang solat berjamaah di masjid. Abu Bakar menghukum putranya dengan meminta dia untuk menceraikannya. Abdullah melakukan apa yang diperintahkan kepadanya dengan sedih.^[1] Pada akhirnya, karena mendengar syair sedih Abdullah saat malam, ia diizinkan Abu Bakar rujuk membawa kembali istrinya Atiqa sebelum masa iddah (penantiannya) selesai.^{[9] : 87}

Kematian

Abdullah meninggal pada Januari 633 M, ketika luka lamanya dari Ta'if kambuh.^{[8][10] : 76  [11] : 101} Ia wafat 40 hari setelah wafatnya Nabi, pada masa Khalifah Abu Bakar.^[1]