Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Huldrych atau Ulrich Zwingli[lower-alpha 1][lower-alpha 2] (1 Januari 1484 – 11 Oktober 1531) adalah seorang pemimpin Reformasi di Swiss, lahir selama masa bertumbuhnya patriotisme Swiss dan meningkatnya kritik terhadap sistem tentara bayaran Swiss. Ia menempuh pendidikan di Universitas Wina dan Universitas Basel, sebuah pusat kesarjanaan humanisme Renaisans. Ia melanjutkan studinya ketika ia melayani sebagai pendeta di Glarus dan kemudian di Einsiedeln, tempat ia dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Erasmus.
Ulrich Zwingli | |
---|---|
Lahir | 1 Januari 1484 Wildhaus, Konfederasi Swiss |
Meninggal | 11 Oktober 1531 47) Kappel, Kanton Zürich, Konfederasi Swiss | (umur
Pendidikan | Universitas Wina Universitas Basel |
Pekerjaan | Pendeta, Teolog |
Suami/istri | Anna Reinhard |
Kiprah di bidang teologi | |
Era | Renaisans |
Tradisi atau gerakan |
|
Minat utama |
|
Gagasan terkenal | |
Tanda tangan | |
Pada tahun 1519, Zwingli menjadi Leutpriester (imam jemaat) di Grossmünster di Zürich tempat ia mulai mengkhotbahkan gagasan-gagasan tentang reformasi Gereja Katolik. Dalam kontroversi publiknya yang pertama pada tahun 1522, ia menyerang tradisi berpuasa selama Prapaskah. Dalam publikasi-publikasinya, ia mencatat adanya kebobrokan di dalam hierarki gerejawi, mendukung pernikahan klerus, dan menyerang penggunaan citra-citra dalam tempat ibadah. Salah satu kontribusinya yang paling penting bagi Reformasi adalah khotbah ekspositori, yang dimulai pada tahun 1519 dengan mengkhotbahkan Injil Matius, sebelum kemudian menggunakan eksegesis Alkitab untuk mengkhotbahkan seluruh Perjanjian Baru, sebuah perpisahan radikal dari misa Katolik.[9] Pada tahun 1525, ia memperkenalkan sebuah liturgi Perjamuan Kudus yang baru untuk menggantikan Misa. Ia juga berselisih dengan kaum Anabaptis, yang berakhir pada penganiayaan mereka. Terdapat perdebatan di kalangan sejarawan mengenai apakah Zwingli telah mengubah Zürich ke dalam sistem pemerintahan teokrasi.[10]
Reformasi menyebar ke bagian lain dalam Konfederasi Swiss, tetapi sejumlah kanton menentangnya dan lebih memilih untuk tetap menjadi Katolik. Zwingli membentuk suatu aliansi yang terdiri dari kanton-kanton Reformed, sehingga Konfederasi Swiss terpecah berdasarkan garis agama. Pada tahun 1529, perang antara kedua belah pihak berhasil dihindarkan pada saat-saat terakhir. Sementara itu, gagasan-gagasan Zwingli menarik perhatian Martin Luther dan para reformator lainnya. Mereka bertemu di Konferensi Marburg. Namun, meskipun mereka sepakat dalam banyak poin doktrinal, mereka tidak dapat mencapai kesepakatan tentang doktrin Kehadiran Nyata Kristus dalam Perjamuan Kudus.
Pada tahun 1531, aliansi Zwingli menerapkan blokade makanan yang tidak berhasil terhadap kanton-kanton Katolik. Semua kanton tersebut menanggapi dengan suatu serangan pada saat Zürich sedang dalam keadaan tidak siap menghadapi mereka. Zwingli terbunuh dalam pertempuran itu, saat usianya 47 tahun. Warisannya tetap hidup dalam pengakuan-pengakuan iman, liturgi, dan tata gereja dari gereja-gereja Reformed masa kini.
Konfederasi Swiss pada masa Ulrich Zwingli terdiri dari tiga belas negara (kanton) serta wilayah terafiliasi dan kekuasaan umum. Berbeda dengan negara bagian modern Swiss, yang beroperasi di bawah pemerintahan federal, masing-masing dari tiga belas kanton hampir sepenuhnya berdiri sendiri, menjalankan urusan dalam dan luar negerinya sendiri. Setiap kanton membentuk aliansinya sendiri di dalam dan di luar Konfederasi. Kemandirian relatif ini menjadi dasar konflik selama masa Reformasi ketika berbagai kanton terbagi antara kubu konfesional yang berbeda-beda. Ambisi militer mendapat dorongan lebih dengan adanya persaingan untuk mendapatkan wilayah dan sumber daya baru, seperti di dalam Perang Zürich Lama pada tahun 1440-1446.[12]
Lingkungan politik yang lebih luas di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 juga bergejolak. Selama berabad-abad, hubungan dengan tetangga Konfederasi yang kuat, Prancis, menentukan kebijakan luar negeri Swiss. Secara nominal, Konfederasi adalah bagian dari Kekaisaran Romawi Suci. Namun, melalui serangkaian perang yang berpuncak pada Perang Swabia pada tahun 1499, Konfederasi menjadi independen secara de facto. Ketika dua kekuatan kontinental dan negara-negara regional kecil seperti Kadipaten Milan, Kadipaten Savoy, dan Negara Kepausan bersaing dan berperang satu sama lain, terdapat konflik politik, konsekuensi ekonomi, dan sosial yang luas jangkauannya bagi Konfederasi. Selama masa ini, sistem tentara bayaran Swiss menjadi subjek perdebatan. Faksi-faksi agama pada masa Zwingli berdebat dengan sengit mengenai manfaat mengirimkan pemuda Swiss untuk berperang untuk negara lain, terutama demi memperkaya pihak berwenang kanton.[13]
Faktor-faktor internal dan eksternal ini berkontribusi pada bangkitnya kesadaran nasional Konfederasi, yang mana istilah tanah air (bahasa Latin: patria) mulai memiliki makna yang melampaui rujukan pada suatu wilayah tertentu. Pada saat yang sama, humanisme Renaisans, dengan nilai-nilai universal dan penekanannya pada kesarjanaan (seperti yang dicontohkan oleh Erasmus (1466–1536), "pangeran humanisme"), telah mengakar di Konfederasi. Dalam lingkungan ini, yang ditentukan oleh pertemuan patriotisme Swiss dan humanisme, Zwingli lahir pada tahun 1484.[14]
Zwingli mendapatkan pendidikan awalnya di Weesen di bawah bimbingan pamannya Bartolomeus, yang pindah dari Wildhaus. Sebelum masuk ke Universitas Wina Zwingli menyelesaikan studinya di Bern. Ia mendaftarkan diri di Wina pada 1498, dan setelah dikeluarkan selama setahun, Zwingli melanjutkan studinya di sana hingga 1502. Saat itu ia pindah ke Universitas Basel, untuk mengambil gelar sarjananya 1504, dan kemudian Sarjana Teologinya pada 1506.
Tepat sebelum ia mendapatkan gelar teologinya, Zwingli menjadi pastur di Glarus, dan tinggal di sana selama sepuluh tahun. Pada waktu itulah Zwingli menyempurnakan kemampuan bahasa Yunaninya, dan mengambil bahasa Ibrani. Selain mempelajari bahasa-bahasa Alkitab, ia juga membaca karya Erasmus, yang memberikannya perspektif humanis.
Penggunaan tentara bayaran Swiss adalah sesuatu yang lazim terjadi di Eropa pada abad ke-16 dan hal ini sangat ditentang Zwingli, kecuali bila hal itu diperintahkan oleh paus. Kendati demikian, Zwingli menerima pekerjaan pendeta tentara pada beberapa kesempatan, ketika para pemuda dari jemaatnya pergi ke Italia sebagai tentara bayaran. Meskipun demikian, perlawanan Zwingli terhadap tugas militer di luar negeri dan reputasinya yang kian berkembang sebagai seorang pengkhobah yang baik dan sarjana yang cerdas membuat ia terpilih pada 1518 menjadi imam di Gereja Grossmünster di Zürich. Saat itu ia telah menjadi pastur di Einsiedeln selama dua tahun.
Kesediaan Zwingli untuk meninggalkan Glarus semakin meningkat dengan berkembangnya semangat pro-Prancis di sana, apalagi pada waktu itu Zwingli sangat memihak kepada Paus. Tulisan-tulisan Zwingli sewaktu tinggal di Glarus menjadikan kardinal Swiss Mattias Schinner sahabatnya, dan memberikannya tunjangan tahunan dari Roma.
Baru pada saat ia menjadi pastur di Gereja Grossmünster, Zwingli mulai secara terbuka mempertanyakan dogma Gereja Katolik Roma. Ia sendiri mengaku bahwa ia sudah mempertanyakannya sebelumnya, tetapi tidak ada fakta-fakta yang mendukungnya. Zwingli selalu mengaku tidak tahu-menahu tentang apa yang ditulis Luther, dan bahwa ia ikut serta dalam memulai Reformasi di Swiss terpisah dari Luther. Ketika seorang pengkhotbah tentang indulgensia muncul di Zürich pada 1519, Zwingli melawannya. Ini terjadi dua tahun setelah Luther menentang praktik indulgensia ini dengan 95 dalilnya.
Baru pada tahun 1520 Zwingli menolak tunjangannya dari paus. Kemudian ia menyerang sistem tentara bayaran, dan meyakinkan Zürich, satu-satunya dari semua kanton di Swiss, untuk menolak aliansi dengan Prancis pada 5 Mei 1521. Pada 11 Januari 1522, semua pengiriman tentara ke luar negeri dan tunjangan asing dilarang di Zürich.
Dengan keberhasilan Zwingli sebagai seorang politikus, yang didorong oleh upaya-upaya sosialnya pada masa wabah tahun 1520, gengsi dan kedudukannya makin meningkat. Sejak 1522 ia mulai melakukan pembaruan Gereja dan iman Kristen. Tulisan reformasinya yang pertama, "Vom Erkiesen und Fryheit der Spysen", diterbitkan di tengah-tengah pertikaian mengenai hukum gereja tentang puasa. Zwingli menegaskan bahwa perintah berpuasa hanyalah aturan-aturan manusia, tidak sejalan dengan Kitab Suci, dan kini Zwingli yakin bahwa Alkitab adalah satu-satunya sumber bagi iman. Ia menyatakan hal ini dalam "Archeteles."
Kapan hubungan intim mereka melampaui batas tidak diketahui, tetapi pada musim semi 1522 Zwingli dan Anna Reinhard hidup bersama dalam apa yang disebut "pernikahan klerus." Hubungan pergundikan seperti itu cukup lazim saat itu, karena ada anggapan bahwa tanpa dukungan karunia ilahi yang luar biasa tidak mungkin seorang imam hidup dalam kesucian mutlak. Pada kenyataannya memang sedikit sekali yang melakukannya. Zwingli pada akhirnya menikahi Anna pada 2 April 1524. Antara 1526 dan 1530 pasangan ini mempunyai empat orang anak.
Setelah tiga tahun berkhotbah, Zwingli mempersiapkan 67 dalil ("Schlussreden"), yang dimaksudkan untuk khalayak umum dibandingkan dengan dalil Luther dan mencakup semua pokok tentang "Injil", sebagaimana yang disebutnya. Sesuai dengan kebijakan agama di Swiss pada waktu itu, harus diadakan perdebatan publik sebelum langkah-langkah radikal diambil menyangkut masalah-masalah agama. Diadakanlah sebuah pertemuan di Zürich 29 Januari 1523, yang dipimpin oleh wali kota. Semua pastor diundang. Perdebatan yang sungguh-sungguh tidak terjadi, hanya dialog antara Zwingli dan vikaris jenderal dari Konstanz. Dewan Kota memutuskan bahwa doktrin-doktrin yang telah diajarkan Zwingli itu harus diberlakukan di kanton Zürich.
Para pengikut Zwingli yang radikal memanfaatkan situasinya. Mereka membuang semua patung dan citra dari gereja-gereja, mengubah bahasa liturgis dari kebaktian-kebaktian, dan membuang segala tambahan yang ada pada misa, dan berusaha sejauh mungkin untuk mengembalikannya kepada yang paling dasar. Pada akhir 1524 biara bagi laki-laki maupun perempuan dihapuskan, dan musik dibungkam di gereja. Namun masyarakat tidak berubah, karena Zwingli enggan mengubah sesuatu yang sudah begitu lama terpaut dengan kehidupan orang banyak, sebelulm mereka sepenuhnya siap untuk menerima gantinya.
Setidak-tidaknya dinaytakan bahwa pada hari Kamis pada Minggu Suci, 13 April 1525, di Gereja Grossmunster, Perjamuan Kudus untuk pertama kalinya akan diselenggarakan mengikuti liturgi yang telah disusun Zwingli. Pada hari yang bersejarah itu, laki-laki dan perempuan duduk berseberangan dengan sebuah meja memanjang di antara keduanya dan dilayani dengan roti di piring-piring kayu serta anggur dari cawan kayu. Kontras dengan kebiasaan sebelumnya sangat mengejutkan banyak oarng, tetapi cara yang baru itu diterima. Dengan pemutusan yang radikal dengan masa lalu ini Reformasi di Zürich pun selesai. Dalam tahun yang sama, Zwingli disapa dengan gelar kehormatan Antistes.
Doktrin-doktrin baru diperkenalkan dan menghadapi perlawanan. Lawan-lawan pertama yang dihadapi para Reformator ini datang dari pihak mereka sendiri. Para petani tidak dapat menemukan alasan di dalam Alkitab, prinsip iman mereka satu-satunya, mengeapa mereka harus membayar kepada para tuan mereka pajak, persepuluhan dan uang sewa. Mereka menolaknya. Masyarakat menjadi gelisah di mana-mana, dan baru menjadi tenang kembali setelah perundingan yang lama dan dengan konsesi dari Pemerintah.
Kaum Anabaptis tidak begitu mudah ditenangkan. Dari penafsiran Alkitab mereka, yang telah diberikan Zwingli ke tangan mereka, mereka menentang baptisan anak dan menolak bergabung dengan gereja negara Zwingli. Karena itu Zwingli mengganjar mereka tanpa kasihan dengan penjara, siksaan, pembuangan dan bahkan hukuman mati. Salah seorang pemimpin mereka Felix Manz ditenggelamkan. Perang melawan kaum Anabaptis jauh lebih serius bagi Zwingli daripada melawan Roma.
Di St. Gallen wali kota Vadian (Joachim von Watt) berhasil memenuhi keinginan Zwingli—di Schaffhausen, Dr. Sebastian Hofmeister melakukan hal yang sama; di Basel Johann Oecolampadius. Zwingli sendiri datang ke Bern, pada Januari 1528. Doktrin-doktrin yang baru kemudian diperkenalkan dengan cepat ke Bern, seperti yang terjadi di Zürich, dan banyak tempat dan kecamatan yang sebelumnya ragu-ragu kini mengikuti teladan ini. Zwingli juga dapat menunjuk kepada keberhasilan cemerlang pada 1528 dan 1529. Ia meyakinkan bahwa pembaruannya akan menang melalui "Hak-hak Sipil Kristen", yang disetujui antara Zürich dan kota-kota Konstanz (1527), Bern dan St. Gall (1528), Biel, Mulhausen, dan Schaffhausen (1529).
Di Zürich, Zwingli adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam masalah gereja maupun politik. Menurut Hans Salat, seorang sejarawan propaganda Katolik dari Lucerne, Zwingli merangkap "wali kota, sekretaris, dan dewan kota sekaligus". Padahal, sebenarnya ia sangat jauh dari seorang diktator atau perdana menteri, karena otoritas final ada pada Dewan Dua Ratus yang bersidang setiap minggu.
The events of 1522 brought no clarification on the issues. Not only did the unrest between Zürich and the bishop continue, tensions were growing among Zürich's Confederation partners in the Swiss Diet. On 22 December, the Diet recommended that its members prohibit the new teachings, a strong indictment directed at Zürich. The city council felt obliged to take the initiative and find its own solution.[butuh rujukan]
Pada tanggal 3 Januari 1523, dewan kota Zürich mengundang kaum klerus kota dan wilayah pedesaan untuk bertemu agar faksi-faksi dapat menyajikan pendapat mereka. Sang uskup diundang untuk hadir atau mengirimkan perwakilan. Dewan kota kemudian akan memberikan keputusan mengenai siapa yang akan diizinkan untuk terus menyuarakan pandangan mereka. Pertemuan ini, disputasi Zürich pertama, berlangsung pada tanggal 29 Januari 1523.[15][16]
The meeting attracted a large crowd of approximately six hundred participants. The bishop sent a delegation led by his vicar general, Johannes Fabri. Zwingli summarised his position in the Schlussreden (Concluding Statements or the Sixty-seven Articles).[17][18] Fabri, who had not envisaged an academic disputation in the manner Zwingli had prepared for,[19] was forbidden to discuss high theology before laymen, and simply insisted on the necessity of the ecclesiastical authority. The decision of the council was that Zwingli would be allowed to continue his preaching and that all other preachers should teach only in accordance with Scripture.[20][21]
Pada bulan September 1523, Leo Jud, teman dan kolega terdekat Zwingli dan pendeta St Peterskirche, secara terbuka menyerukan agar patung-patung orang kudus dan ikon-ikon lainnya disingkirkan. Hal ini berujung pada demonstrasi dan aktivitas ikonoklastik. Dewan kota memutuskan untuk menyelesaikan masalah citra-citra dalam sebuah disputasi yang kedua. Esensi dari misa dan sifatnya sebagai pengorbanan juga menjadi pokok pembicaraan. Para pendukung misa mengklaim bahwa ekaristi sejatinya adalah sebuah pengorbanan, sedangkan Zwingli mengklaim bahwa itu adalah jamuan yang bersifat peringatan. Sama seperti pada disputasi pertama, sebuah undangan dikirimkan pada para klerus Zürich dan uskup Konstanz. Namun, kali ini, jemaat awam, keuskupan Chur dan Basel, Universitas Basel, dan kedua belas anggota Konfederasi juga diundang. Sekitar sembilan ratus orang menghadiri pertemuan ini, tetapi baik sang uskup maupun Konfederasi tidak mengirimkan perwakilan mereka. Disputasi dimulai pada tanggal 26 Oktober 1523 dan berlangsung selama dua hari.[22][23]
Zwingli sekali lagi memegang pimpinan di dalam disputasi ini. Lawannya adalah kanonik yang telah disebutkan sebelumnya, Konrad Hofmann, yang pada awalnya telah mendukung pemilihan Zwingli. Kelompok lain yang juga berbagian adalah sekelompok anak muda yang menuntut agar reformasi dijalankan dengan tempo yang jauh lebih cepat, yang di antaranya meminta untuk mengganti baptisan anak dengan baptisan dewasa. Kelompok ini dipimpin oleh Konrad Grebel, salah satu inisiator gerakan Anabaptis. Selama tiga hari pertama disputasi, meski kontroversi citra-citra dan misa dibahas, perdebatan berujung pada pertanyaan mengenai apakah dewan kota atau pemerintahan gerejawi yang memiliki kewenangan untuk memutuskan masalah-masalah ini.[butuh rujukan]
Pada titik ini, Konrad Schmid, seorang imam dari Aargau dan pengikut Zwingli, membuat sebuah usulan yang pragmatis. Karena citra-citra belum dianggap tidak bernilai oleh semua orang, ia mengusulkan bahwa pendeta-pendeta mengkhotbahkan hal ini dengan ancaman hukuman. Ia percaya bahwa pendapat masyarakat akan berubah secara perlahan dan penyingkiran citra-citra akan menyusul. Maka, Schmid menolak kaum radikal dan ikonoklasme mereka, tetapi mendukung pandangan Zwingli. Pada bulan November, dewan kota mengesahkan ordonansi yang mendukung mosi Schmid. Zwingli menulis sebuah buklet mengenai kewajiban injili seorang pendeta, Kurze, christliche Einleitung (Pengantar Kristen yang Singkat), dan dewan kota mengirimkannya kepada kaum klerus dan para anggota Konfederasi.[24][25]
Ulrich Zwingli merupakan tokoh penting dalam Reformasi Swiss, mengemukakan otoritas kitab suci dan penolakan terhadap praktik-praktik keagamaan yang tidak didukung oleh Alkitab. Khotbah dan pengajaran-pengajarannya membantu menyebarkan gagasan-gagasan Reformasi hingga di luar Swiss dan mempengaruhi perkembangan Protestanisme di seluruh Eropa.[26]
Pada bulan Desember 1523, dewan kota menetapkan Hari Pentakosta tahun 1524 sebagai batas waktu untuk mendapatkan solusi terhadap penghapusan Misa dan citra-citra keagamaan. Zwingli memberikan pendapat formalnya dalam Vorschlag wegen der Bilder und der Messe (Proposal Mengenai Citra-Citra dan Misa). Ia tidak mendesak penghapusan yang segera dan umum. Dewan kota pada akhirnya memutuskan untuk menyingkirkan citra-citra yang ada di dalam kota Zürich secara teratur, tetapi jemaat di pedesaan diberikan hak untuk menyingkirkan mereka berdasarkan suara terbanyak. Keputusan mengenai Misa ditunda.[27]
Bukti dari akibat Reformasi dapat dilihat pada awal tahun 1524. Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah tidak dirayakan, prosesi klerus berjubah tidak dijalankan, anggota jemaat tidak pergi dengan daun palma atau relikui pada Minggu Palma ke Lindenhof, dan triptych tetap ditutup setelah masa Prapaskah.[28] Perlawanan terhadap perubahan-perubahan ini muncul dari Konrad Hofmann dan para pengikutnya, tetapi dewan kota memutuskan untuk tetap mempertahankan mandat pemerintah. Ketika Hofman meninggalkan kota, perlawanan dari para pendeta yang memusuhi Reformasi runtuh. Uskup Konstanz berusaha mengintervensi dalam membela Misa dan penghormatan citra-citra. Zwingli menuliskan tanggapan resmi untuk dewan kota dan hasilnya adalah pemutusan semua hubungan antara kota dengan keuskupan.[29]
Meskipun dewan kota sempat ragu dalam menghapuskan Misa, penurunan dalam jumlah praktik kesalehan tradisional mengizinkan para pendeta untuk secara tidak resmi terlepas dari kewajiban merayakan Misa. Ketika para pendeta mengubah praktik mereka sesuai keinginan mereka masing-masing, Zwingli terdorong untuk mengatasi keadaan yang kacau ini dengan merancang sebuah liturgi perjamuan kudus dalam bahasa Jerman. Liturgi ini diterbitkan dalam Aktion oder Brauch des Nachtmahls (Tindakan atau Kebiasaan Perjamuan). Sesaat sebelum Paskah, Zwingli dan rekan-rekan terdekatnya membuat permohonan kepada dewan kota untuk membatalkan Misa dan untuk memperkenalkan tatanan ibadah umum yang baru.[butuh rujukan]
Pada Kamis Putih, tanggal 13 April 1525, Zwingli merayakan perjamuan kudus dengan liturgi barunya. Cawan dan piring kayu digunakan untuk menghindari tampilan formalitas yang lahiriah. Jemaat duduk di meja yang diatur untuk menekankan aspek jamuan dari sakramen. Khotbah menjadi titik fokus dari kebaktian dan tidak ada musik organ atau nyanyian. Pentingnya khotbah dalam ibadah digarisbawahi dalam proposal Zwingli untuk membatasi perayaan perjamuan kudus hanya empat kali dalam setahun.[30]
Selama beberapa waktu, Zwingli menuduh ordo mendikan atas kemunafikan dan menuntut agar mereka dibubarkan untuk mendukung masyarakat yang benar-benar miskin. Ia mengusulkan agar biara-biara diubah menjadi rumah sakit dan lembaga kesejahteraan sosial dan memasukkan kekayaan mereka ke dalam dana kesejahteraan. Hal ini dilakukan dengan mengorganisasi ulang yayasan Grossmünster dan Fraumünster dan mempensiunkan para biarawan dan biarawati yang tersisa. Dewan kota mensekulerisasi properti gereja (Fraumünster diserahkan kepada kota Zürich oleh kenalan Zwingli, Katharina von Zimmern, pada tahun 1524) dan membentuk program-program kesejahteraan baru untuk masyarakat miskin.[31]
Zwingli meminta izin untuk mendirikan sebuah sekolah bahasa Latin, Prophezei (Nubuat) atau Carolinum, di Grossmünster. Dewan kota menyetujuinya dan sekolah tersebut dibuka secara resmi pada tanggal 19 Juni 1525 dengan Zwingli dan Jud sebagai pengajar. Sekolah ini berperan untuk melatih dan mendidik ulang kaum klerus. Terjemahan Alkitab Zürich, yang secara tradisional diatribusikan kepada Zwingli dan diterbitkan oleh Christoph Froschauer, menandai kerja sama tim dari sekolah Prophezei.[32] Traudel Himmighöfer memperkirakan kontribusi pribadi Zwingli terhadap Alkitab Zürich sangat tinggi. Zwingli berutang banyak pada pekerjaan eksegesis bersama di dalam Prophezei, tetapi ia "sendirinya adalah sang penerjemah dan glossator dari edisi-edisi parsial pertama Zürich". Keputusannya dalam penerjemahan, didasarkan sebagian pada filologi dan sebagian pada teologi, "tetap menjadi penentu sampai edisi Alkitab terakhir yang dihasilkan selama masa hidupnya".[33]
Tidak lama setelah disputasi Zürich kedua, banyak orang dalam sayap radikal Reformasi menjadi yakin bahwa Zwingli terlalu banyak mengalah kepada dewan kota Zürich. Mereka menolak peran pemerintah sipil dan menuntut agar sebuah jemaat orang-orang percaya dibentuk dengan segera. Konrad Grebel, pemimpin kaum radikal dan gerakan Anabaptis yang baru muncul, meremehkan Zwingli dalam pembicaraan pribadinya. Pada tanggal 15 Agustus 1524 dewan kota dewan menekankan kewajiban untuk membaptis semua bayi yang baru lahir. Zwingli diam-diam berunding dengan kelompok Grebel dan pada akhir tahun 1524, dewan kota mengadakan diskusi resmi. Ketika perundingan tersebut gagal, Zwingli menerbitkan Wer Ursache gebe zu Aufruhr (Barangsiapa Menyebabkan Kerusuhan) memperjelas adanya sudut pandang yang berlawanan.[34] Pada tanggal 17 Januari 1525 sebuah debat publik diadakan dan dewan kota mengambil keputusan yang mendukung Zwingli. Siapa pun yang menolak untuk membaptiskan anaknya diwajibkan untuk meninggalkan Zürich. Kaum radikal mengabaikan langkah-langkah ini dan lada tanggal 21 Januari, mereka bertemu di rumah ibu seorang pemimpin radikal lainnya, Felix Manz. Grebel dan pemimpin ketiga, Jörg Blaurock, melakukan baptisan dewasa Anabaptis pertama yang tercatat.[35]
Pada tanggal 2 Februari, dewan kota menegaskan kembali bahwa semua bayi wajib dibaptiskan. Beberapa orang yang menolak untuk patuh ditangkap dan didenda, di antara mereka termasuk Manz dan Blaurock. Zwingli dan Jud mewawancarai mereka dan banyak perdebatan diadakan di hadapan dewan kota Zürich. Sementara itu, ajaran yang baru itu terus menyebar ke bagian-bagian lain Konfederasi dan sejumlah kota di Swabia. Pada tanggal 6–8 November, perdebatan terakhir mengenai baptisan berlangsung di Grossmünster. Grebel, Manz, dan Blaurock mempertahankan keyakinan mereka di hadapan Zwingli, Jud, dan para reformator lainnya. Dalam perdebatan tersebut tidak terjadi pertukaran pandangan yang serius karena masing-masing pihak menolak untuk mengubah pandangan mereka. Perdebatan tersebut merosot menjadi sebuah keributan, masing-masing pihak meneriakkan cacian pada pihak lainnya.[36]
Dewan kota Zürich memutuskan bahwa kompromi bukanlah jalan yang memungkinkan. Pada tanggal 7 Maret 1526 dewan kota mengeluarkan mandat bahwa tidak ada orang yang boleh membaptis ulang orang lain. Jika dilakukan, pelaku akan dijatuhi hukuman mati.[37] Meskipun Zwingli secara teknis tidak ada hubungannya dengan mandat tersebut, tidak ada indikasi bahwa ia tidak setuju. Felix Manz, yang telah bersumpah untuk meninggalkan Zürich dan tidak membaptis lagi, dengan sengaja kembali dan melanjutkan praktik tersebut. Setelah ia ditangkap dan diadili, ia dieksekusi pada tanggal 5 Januari 1527 dengan cara ditenggelamkan di Sungai Limmat. Ia adalah martir Anabaptis pertama; tiga orang lagi menyusul, yang setelahnya semua orang lainnya antara melarikan diri atau diusir dari Zürich.[38][39]
Pada tanggal 8 April 1524, lima kanton, Lucerne, Uri, Schwyz, Unterwalden, dan Zug, membentuk sebuah aliansi, die fünf Orte (Lima Negara Bagian) untuk mempertahankan diri mereka dari Reformasi Zwingli.[28] Mereka menghubungi para lawan Martin Luther termasuk Johann Eck, yang pernah berdebat dengan Luther dalam Disputasi Leipzig pada tahun 1519. Eck menawarkan untuk berdebat dengan Zwingli dan ia menerimanya. Namun, mereka tidak dapat sepakat dalam pemilihan otoritas juri, lokasi debat, dan penggunaan Diet Swiss sebagai sidang. Karena ketidaksetujuan tersebut, Zwingli memutuskan untuk memboikot perselisihan tersebut. Pada tanggal 19 Mei 1526, semua kanton mengirimkan delegasi ke Baden. Meskipun perwakilan dari Zürich hadir, mereka tidak berpartisipasi dalam sesi tersebut. Eck memimpin pihak Katolik, sementara para reformator diwakili oleh Johannes Oecolampadius dari Basel, seorang teolog dari Württemberg yang telah melakukan korespondensi yang ekstensif dan bersahabat dengan Zwingli. Selama debat berlangsung, Zwingli terus mendapatkan informasi mengenai jalannya debat dan mencetak pamflet yang berisi pendapat-pendapatnya. Namun, hal itu tidak banyak berguna karena Diet mengambil keputusan menentang Zwingli. Ia akan dicekal dan tulisan-tulisannya dilarang disebarluaskan. Dari tiga belas anggota Konfederasi, Glarus, Solothurn, Fribourg, dan Appenzell serta Lima Negara bagian memberikan suara menentang Zwingli. Bern, Basel, Schaffhausen, dan Zürich mendukungnya.[40]
Disputasi Baden memperlihatkan adanya keretakan yang mendalam di Konfederasi dalam hal agama. Reformasi sekarang muncul di negara-negara lainnya. Kota St. Gallen, sebuah negara yang berafiliasi dengan Konfederasi, dipimpin oleh walikota yang reformis, Joachim Vadian, dan kota ini menghapuskan misa pada tahun 1527, hanya dua tahun setelah Zürich. Di Basel, meskipun Zwingli memiliki hubungan yang dekat dengan Oecolampadius, pemerintah tidak secara resmi memberikan persetujuan untuk melakukan perubahan reformatoris hingga tanggal 1 April 1529, ketika misa dilarang. Schaffhausen, yang mengikuti contoh Zürich, secara resmi mengadopsi Reformasi pada bulan September 1529.[butuh rujukan]
Dalam kasus Bern, Berchtold Haller, seorang pendeta di St Vincent Münster, dan Niklaus Manuel, seorang penyair, pelukis, dan politikus, telah berkampanye untuk perjuangan reformasi. Namun, baru setelah Disputasi Bern, Bern dianggap sebagai kanton Reformasi. Tiga ratus lima puluh orang berpartisipasi,[41] termasuk pendeta-pendeta dari Bern dan kanton-kanton lain serta teolog-teolog dari luar Konfederasi seperti Martin Bucer dan Wolfgang Capito dari Strasbourg, Ambrosius Blarer dari Konstanz, dan Andreas Althamer dari Nürnberg. Eck dan Fabri menolak untuk hadir dan kanton-kanton Katolik tidak mengirimkan perwakilan mereka. Pertemuan itu dimulai pada 6 Januari 1528 dan berlangsung selama hampir tiga minggu. Zwingli mengemban tugas utama untuk mempertahankan Reformasi dan ia berkhotbah dua kali di gereja Münster. Pada tanggal 7 Februari 1528, dewan memutuskan untuk menegakkan Reformasi di Bern.[42]
Bahkan sebelum Disputasi Bern, Zwingli telah melakukan pendekatan untuk membentuk aliansi kota-kota yang telah direformasi. Setelah Bern secara resmi menerima Reformasi, sebuah aliansi baru, das Christliches Burgrecht (Uni Kewarganegaraan Kristen) dibentuk.[43] Pertemuan pertama diadakan di Bern antara perwakilan dari Bern, Konstanz, dan Zürich pada tanggal 5-6 Januari 1528. Kota-kota lain, termasuk Basel, Biel, Mülhausen, Schaffhausen, dan St Gallen, kemudian bergabung dengan aliansi tersebut. Lima Negara (Katolik) merasa terkepung dan terisolasi, sehingga mereka mencari sekutu dari luar. Setelah dua bulan negosiasi, Lima Negara membentuk die Christliche Vereinigung (Aliansi Kristen) dengan Ferdinand dari Austria pada tanggal 22 April 1529.[44][45]
Segera setelah perjanjian dengan Austria ditandatangani, seorang pengkhotbah reformasi, Jacob Kaiser, ditangkap di Uznach dan dieksekusi di Schwyz. Hal ini memicu reaksi keras dari Zwingli; ia menyusun Ratschlag über den Krieg (Nasihat Tentang Perang) untuk pemerintah. Ia menguraikan pembenaran untuk menyerang negara-negara Katolik dan langkah-langkah lain yang harus diambil. Sebelum Zürich dapat mengimplementasikan rencananya, sebuah delegasi dari Bern yang menyertakan Niklaus Manuel tiba di Zürich. Delegasi tersebut meminta Zürich untuk menyelesaikan masalah ini secara damai. Manuel menambahkan bahwa serangan akan membuat Bern terancam bahaya lebih lanjut karena Valais Katolik dan Kadipaten Savoy berbatasan dengan sisi selatannya. Ia kemudian mengatakan, "Anda tidak dapat benar-benar membawa iman dengan menggunakan tombak dan halberd."[46] Namun, Zürich memutuskan untuk bertindak sendiri, karena tahu bahwa Bern akan terpaksa tunduk. Perang dideklarasikan pada tanggal 8 Juni 1529. Zürich mampu mengumpulkan pasukan sebanyak 30.000 orang. Lima Negara ditinggalkan oleh Austria dan hanya dapat mengumpulkan 9.000 orang. Kedua pasukan bertemu di dekat Kappel, tetapi perang dapat dihindari berkat campur tangan Hans Aebli, seorang kerabat Zwingli, yang memohon untuk gencatan senjata.[47][48]
Zwingli berkewajiban untuk menyatakan persyaratan gencatan senjata. Ia menuntut mereka untuk membubarkan Aliansi Kristen; mengizinkan para reformator berkhotbah tanpa hambatan di negara-negara Katolik; melarang sistem pensiun; membayar ganti rugi perang; dan memberi kompensasi kepada anak-anak Jacob Kaiser. Manuel terlibat dalam negosiasi tersebut. Bern tidak siap untuk bersikeras pada khotbah tanpa hambatan atau pelarangan sistem pensiun. Zürich dan Bern tidak dapat sepakat dan Lima Negara (Katolik) hanya berjanji untuk membubarkan aliansi mereka dengan Austria. Hal ini merupakan kekecewaan yang pahit bagi Zwingli dan menandai penurunan pengaruh politiknya.[49] Perdamaian Teritorial Kappel yang pertama, der erste Landfriede, mengakhiri perang pada tanggal 24 Juni.[50]
Ketika Zwingli meneruskan pekerjaan politik Reformasi Swiss, ia mengembangkan pandangan teologisnya bersama rekan-rekannya. Ketidaksetujuan yang terkenal antara Luther dan Zwingli mengenai interpretasi Perjamuan Kudus berawal ketika Andreas Karlstadt, mantan rekan Luther dari Wittenberg, menerbitkan tiga pamflet mengenai Perjamuan Kudus yang mana Karlstadt menolak gagasan mengenai kehadiran nyata dalam elemen-elemennya. Pamflet-pamflet ini, yang diterbitkan di Basel pada tahun 1524, mendapat persetujuan dari Oecolampadius dan Zwingli. Luther menolak argumen Karlstadt dan menganggap Zwingli sebagai seorang partisan Karlstadt. Zwingli mulai mengekspresikan pemikirannya tentang Perjamuan Kudus dalam beberapa publikasi termasuk de Eucharistia (Tentang Perjamuan Kudus). Memahami bahwa Kristus telah naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Bapa, Zwingli mengkritik gagasan bahwa kemanusiaan Kristus dapat berada di dua tempat sekaligus. Tidak seperti keilahian-Nya, tubuh manusia Kristus tidak maha hadir sehingga tidak dapat berada di surga dan pada saat yang sama hadir di dalam elemen-elemen. Timothy George, seorang penulis injili dan editor dari Christianity Today serta profesor teologi historika di Beeson Divinity School di Universitas Samford, telah menyanggah pembacaan yang salah terhadap Zwingli yang telah lama bertahan, yang mengklaim bahwa sang Reformator menolak segala pengertian kehadiran nyata dan percaya pada pandangan Perjamuan Kudus yang bersifat memorial, di mana hal itu murni adalah simbol.[51][52]
Pada musim semi 1527, Luther bereaksi keras terhadap pandangan-pandangan Zwingli dalam risalah Dass Diese Worte Christi "Das ist mein Leib etc." noch fest stehen wider die Schwarmgeister (Bahwa Perkataan-perkataan Kristus "Inilah Tubuh-Ku, dst." Tetap Berdiri Teguh Melawan Kaum Fanatik). Kontroversi ini berlanjut hingga tahun 1528 ketika upaya-upaya untuk menjembatani pandangan Lutheran dan Zwinglian dimulai. Martin Bucer berusaha untuk menengahi, sedangkan Philipp dari Hessen, yang ingin membentuk koalisi politik dari semua kekuatan Protestan, mengundang kedua pihak ke Marburg untuk mendiskusikan perbedaan-perbedaan mereka. Peristiwa ini dikenal sebagai Konferensi Marburg.[53]
Zwingli menerima undangan Philipp dengan keyakinan penuh bahwa ia akan mampu meyakinkan Luther. Sebaliknya, Luther tidak mengharapkan hasil apa pun dari pertemuan tersebut dan harus didesak oleh Philipp untuk hadir. Zwingli, ditemani oleh Oecolampadius, tiba pada tanggal 28 September 1529, dengan Luther dan Philipp Melanchthon tiba tidak lama kemudian. Teolog-teolog lain yang juga berpartisipasi termasuk Martin Bucer, Andreas Osiander, Johannes Brenz, dan Justus Jonas.[54]
Perdebatan diadakan pada tanggal 1–4 Oktober dan hasilnya diterbitkan dalam lima belas "Artikel Marburg". Para peserta dapat sepakat pada empat belas artikel, tetapi artikel kelima belas menetapkan perbedaan pandangan mereka mengenai kehadiran Kristus dalam Perjamuan Kudus.[55] Timothy George merangkum pandangan-pandangan yang tidak selaras tersebut, "Dalam hal ini, mereka berpisah tanpa mencapai kesepakatan. Baik Luther maupun Zwingli setuju bahwa roti dalam Perjamuan Kudus adalah sebuah tanda. Akan tetapi, bagi Luther, apa yang dilambangkan oleh roti, yaitu tubuh Kristus, hadir "di dalam, dengan, dan di bawah" tanda itu sendiri. Namun, bagi Zwingli, tanda dan yang ditandakan dipisahkan oleh sebuah jarak, yaitu jarak antara surga dan bumi."[56]
"Luther menyatakan bahwa tubuh Kristus tidak dimakan dengan cara yang nyata dan materiel, melainkan dengan cara yang misterius, yang tidak dapat dipahami oleh manusia. Namun, Zwingli menjawab, jika kata-kata itu diartikan secara harfiah, tubuh itu harus dimakan dengan cara yang paling nyata secara materi. "Karena inilah makna yang terkandung di dalamnya: Roti ini adalah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu. Roti itu diberikan kepada kita dalam bentuk materi yang nyata, rentan terhadap luka, pukulan dan kematian. Oleh karena itu, roti itu haruslah menjadi bahan dari perjamuan." Memang, untuk menekan makna harfiah dari teks ini lebih jauh lagi, maka Kristus harus kembali mengalami penderitaan, karena tubuh-Nya dipatahkan lagi—kali ini oleh gigi para komunikan. Bahkan lebih absurd lagi, tubuh Kristus harus ditelan, dicerna, bahkan dibuang melalui usus! Pikiran-pikiran seperti itu sangat menjijikkan bagi Zwingli. Mereka berbau kanibalisme di satu sisi dan agama-agama misteri pagan di sisi lain. Akan tetapi, masalah utama bagi Zwingli bukanlah irasionalitas atau kesalahan eksegesis dari pandangan-pandangan Luther, bahwa Luther menempatkan "titik utama keselamatan pada makan tubuh Kristus secara fisik," karena ia menghubungkannya dengan pengampunan dosa. Motif yang sama yang telah menggerakkan Zwingli dengan begitu kuat untuk menentang citra-citra, doa orang-orang kudus, dan kelahiran kembali melalui pembaptisan juga hadir dalam pergumulan mengenai Perjamuan Kudus: ketakutan akan penyembahan berhala. Keselamatan hanya ada di dalam Kristus: hanya melalui iman, bukan melalui iman dan roti. Objek iman adalah apa yang tidak kelihatan (Ibr. 11:1) dan oleh karena itu tidak dapat dimakan kecuali, sekali lagi, dalam arti kiasan yang tidak harfiah. "Credere est edere," kata Zwingli: "Memercayai berarti memakan." Memakan tubuh dan meminum darah Kristus dalam Perjamuan Kudus, berarti menghadirkan tubuh dan darah Kristus dalam pikiran."[51]
Kegagalan untuk mencapai kesepakatan menyebabkan emosi yang kuat di kedua belah pihak. "Ketika kedua belah pihak berpisah, Zwingli berteriak sambil menangis, "Tidak ada orang di muka bumi ini dengan siapa saya lebih memilih bersatu dengan daripada dengan orang-orang Wittenberg [Lutheran]""[57]
Karena perbedaan-perbedaan ini, Luther pada awalnya menolak untuk mengakui Zwingli dan para pengikutnya sebagai orang Kristen.[58]
Dengan kegagalan Konferensi Marburg dan perpecahan dalam Konfederasi, Zwingli bertujuan untuk mendapatkan aliansi dengan Philipp dari Hessen. Ia terus berkorespondensi dengan Philipp. Bern menolak untuk berpartisipasi, tetapi setelah proses yang panjang, Zürich, Basel, dan Strasbourg menandatangani perjanjian pertahanan bersama dengan Philipp pada bulan November 1530. Zwingli juga secara pribadi bernegosiasi dengan perwakilan diplomatik Prancis, namun jarak kedua belah pihak terlalu jauh. Prancis ingin menjaga hubungan baik dengan Lima Negara Katolik. Pendekatan ke Venesia dan Milan juga gagal.[59]
Saat Zwingli berupaya membangun aliansi politik ini, Karl V, Kaisar Romawi Suci, mengundang umat Protestan ke Dewan Augsburg untuk menyampaikan pandangan mereka sehingga ia dapat mengambil keputusan tentang masalah iman ini. Kaum Lutheran mengajukan Pengakuan Iman Augsburg. Di bawah kepemimpinan Martin Bucer, kota Strasbourg, Konstanz, Memmingen, dan Lindau menghasilkan Pengakuan Iman Tetrapolitan. Dokumen ini berusaha mengambil posisi tengah antara pandangan Lutheran dan Zwinglian.[60]
Sudah terlambat bagi kota-kota Burgrecht untuk menyusun pengakuan mereka sendiri. Oleh sebab itu, Zwingli menyusun pengakuan iman pribadinya, Fidei ratio (Pertanggungjawaban iman) di mana ia menjelaskan keyakinannya dalam 12 artikel mengikuti artikel-artikel Pengakuan Iman Rasuli. Nadanya sangat anti-Katolik dan juga anti-Lutheran. Kaum Lutheran tidak bereaksi secara resmi, namun mengkritiknya secara pribadi. Lawan lama Zwingli dan Luther, Johann Eck, melakukan serangan balik dengan publikasi, Refutasi terhadap Artikel-artikel yang Diserahkan Zwingli kepada Kaisar.[61]
Ketika Philipp dari Hessen membentuk Liga Schmalkalden pada akhir tahun 1530, empat kota dari Pengakuan Iman Tetrapolitan bergabung berdasarkan interpretasi Lutheran atas pengakuan tersebut. Berdasarkan fleksibilitas persyaratan masuk Liga, Zürich, Basel, dan Bern juga mempertimbangkan untuk bergabung. Namun, Zwingli tidak dapat memperdamaikan Pengakuan Iman Tetrapolitan dengan keyakinannya sendiri dan menulis penolakan keras terhadap Bucer dan Capito. Hal ini sangat menyinggung Philipp hingga hubungan Zwingli dengan Liga terputus. Kini, kota-kota Burgrecht tidak memiliki sekutu eksternal apa pun untuk membantu menangani konflik agama internal Konfederasi.[62]
Perjanjian damai Perang Kappel Pertama tidak mendefinisikan hak untuk berkhotbah tanpa hambatan di kanton-kanton Katolik. Zwingli menafsirkan hal ini dengan mengartikan bahwa khotbah harus diizinkan, namun Lima Negara menghentikan upaya reformasi apa pun. Kota-kota Burgrecht mempertimbangkan berbagai cara untuk memberikan tekanan kepada Lima Negara. Basel dan Schaffhausen lebih menyukai diplomasi diam-diam sementara Zürich menginginkan konflik bersenjata. Zwingli dan Jud dengan tegas mendorong agar dilakukan serangan terhadap Lima Negara. Bern mengambil posisi tengah yang akhirnya menang. Pada bulan Mei 1531, Zürich dengan enggan setuju untuk memberlakukan blokade pangan. Hal ini gagal memberikan dampak apa pun dan pada bulan Oktober, Bern memutuskan untuk mencabut blokade. Namun, Zürich mendesak agar blokade tetap dilanjutkan. Hal ini menyebabkan kota-kota Burgrecht mulai bertengkar satu sama lain.[63]
Pada tanggal 9 Oktober 1531, Lima Negara secara mendadak menyatakan perang terhadap Zürich. Mobilisasi Zürich lambat karena pertikaian internal dan, pada tanggal 11 Oktober, 3500 orang yang dikerahkan dengan buruk menghadapi pasukan Lima Negara yang ukurannya hampir dua kali lipat jumlahnya di dekat Kappel. Banyak pendeta, termasuk Zwingli, berada di antara tentara-tentaranya. Pertempuran tersebut berlangsung kurang dari satu jam dan Zwingli termasuk di antara 500 korban dari pihak pasukan Zürich.[64]
Zwingli menganggap dirinya sebagai prajurit Kristus; kedua pembela negaranya, Konfederasi; dan ketiga seorang pemimpin kotanya, Zürich, tempat ia tinggal selama dua belas tahun sebelumnya. Ironisnya, menurut Potter, ia meninggal pada usia 47 tahun, bukan demi Kristus atau pun Konfederasi, tetapi demi Zürich.[65]
Dalam Perbincangan Meja, Luther dicatat mengatakan: "Mereka mengatakan bahwa Zwingli baru saja meninggal; jika kesalahannya masih terjadi, kita akan binasa, dan gereja kita binasa bersama kita. Ini adalah penghakiman dari Tuhan. Mereka selalu adalah orang sombong. Yang lain, kaum papis, kemungkinan akan juga ditangani oleh Tuhan Allah kita."[66]
Erasmus menulis, "Kita terbebas dari rasa takut yang besar dengan meninggalnya dua pengkhotbah, Zwingli dan Oecolampadius, yang nasibnya telah membawa perubahan luar biasa dalam pikiran banyak orang. Ini adalah tangan yang luar biasa dari Allah di tempat tinggi."[67] Oecolampadius telah meninggal pada tanggal 24 November. Erasmus juga menulis, "Jika Bellona berpihak pada mereka, maka habislah kita."[68]
Zwingli menikmati musik dan dapat memainkan beberapa alat musik, termasuk biola, harpa, seruling, dulcimer, dan terompet berburu. Ia terkadang menghibur anak-anak jemaatnya dengan kecapinya dan sangat terkenal karena permainannya sehingga musuh-musuhnya mengejeknya sebagai "pemain kecapi dan seruling injili". Tiga dari Lieder atau himne Zwingli tetap bertahan: Pestlied yang disebutkan di atas, sebuah adaptasi dari Mazmur 65 (ca 1525), dan Kappeler Lied, yang diyakini disusun selama kampanye perang pertama Kappel (1529).[69] Lagu-lagu ini tidak ditujukan untuk dinyanyikan dalam kebaktian dan tidak diidentifikasi sebagai himne-himne Reformasi, meskipun mereka diterbitkan dalam beberapa buku pujian abad ke-16.[70]
Zwingli mengkritik praktik lantunan imam dan paduan suara biara. Kritik tersebut dimulai pada tahun 1523 ketika ia menyerang praktik-praktik ibadah tertentu. Argumennya dirinci dalam Kesimpulan tahun 1525, di mana, Kesimpulan 44, 45 dan 46 berkaitan dengan praktik-praktik musik di bawah rubrik "doa". Ia mengasosiasikan musik dengan citra-citra dan jubah, yang menurutnya mengalihkan perhatian orang dari penyembahan rohani yang sejati. Tidak diketahui apa yang ia pikirkan tentang praktik-praktik musik di gereja-gereja Lutheran awal. Meskipun demikian, Zwingli menghapus musik instrumental dari ibadah dalam gereja, dengan menyatakan bahwa Allah tidak memerintahkannya dalam ibadah.[71] Organis Gereja Umat di Zurich tercatat menangis ketika melihat organ besar itu rusak.[72] Meskipun Zwingli tidak mengungkapkan pendapat tentang menyanyi secara berjemaat, ia tidak melakukan upaya apa pun untuk mendorongnya.[73] Namun demikian, para ahli telah menemukan bahwa Zwingli mendukung peran musik di dalam gereja. Gottfried W. Locher menulis, "Pernyataan lama bahwa 'Zwingli menentang nyanyian gereja' tidak berlaku lagi ... Polemik Zwingli hanya berkaitan dengan paduan suara dan lantunan imam abad pertengahan dan bukan dengan nyanyian jemaat atau paduan suara Injili". Locher melanjutkan dengan mengatakan bahwa "Zwingli dengan bebas mengizinkan mazmur vernakular atau nyanyian paduan suara. Selain itu, ia bahkan tampaknya mengupayakan resitatif yang hidup, antifonal, dan unison". Locher kemudian meringkas komentarnya tentang pandangan Zwingli tentang musik gereja sebagai berikut: "Pemikiran utama dalam konsepsi ibadahnya adalah 'kehadiran dan pemahaman yang sadar'—'pengabdian', namun dengan partisipasi yang hidup dari semua yang terlibat".[74]
Zwingli adalah seorang humanis dan sarjana dengan banyak teman dan murid yang setia. Ia dapat berkomunikasi dengan mudah dengan orang-orang biasa di jemaatnya sebagaimana halnya dengan penguasa-penguasa seperti Philipp dari Hessen.[75] Reputasinya sebagai seorang reformis yang tegas dan dapat dipercaya diimbangi oleh fakta bahwa ia memiliki selera humor yang tinggi dan menggunakan fabel satir, parodi, dan permainan kata-kata dalam tulisannya.[76] Dibandingkan Luther, ia lebih sadar akan kewajiban sosial, dan ia benar-benar percaya bahwa masyarakat akan menerima pemerintahan yang dipimpin oleh firman Tuhan.[77] Ia tanpa kenal lelah mendukung bantuan kepada masyarakat miskin, yang menurutnya harus mendapat perhatian dari komunitas Kristen sejati.[78]
Pada bulan Desember 1531, dewan kota Zürich memilih Heinrich Bullinger (1504–1575) sebagai penerus Zwingli. Bullinger segera menghilangkan segala keraguan mengenai ortodoksi Zwingli dan membelanya sebagai seorang nabi dan martir. Selama Bullinger menjabat, perpecahan konfesional di Konfederasi Swiss menjadi stabil.[79] Bullinger mempersatukan kota-kota dan wilayah-wilayah yang telah direformasi dan membantu mereka pulih dari kekalahan di Kappel. Zwingli telah melakukan reformasi mendasar; Bullinger mengkonsolidasikan dan menyempurnakannya.[80]
Para ahli merasa sulit menilai dampak Zwingli terhadap sejarah karena beberapa alasan. Tidak ada konsensus mengenai definisi "Zwinglianisme", dan menurut definisi apa pun, Zwinglianisme berkembang di bawah penerusnya, Heinrich Bullinger; dan penelitian mengenai pengaruh Zwingli terhadap Bullinger dan John Calvin masih belum sempurna.[81] Bullinger menerima sebagian besar poin doktrinal Zwingli. Seperti Zwingli, ia merangkum teologinya beberapa kali, salah satu contohnya yang paling terkenal adalah Pengakuan Iman Helvetik Kedua pada tahun 1566. Sedangkan, Calvin telah mengambil alih Reformasi di Jenewa.[82] Calvin memiliki pendapat yang berbeda dengan Zwingli mengenai Perjamuan Kudus dan mengkritik Zwingli karena menganggapnya sekadar peristiwa metaforis. Namun, pada tahun 1549 Bullinger dan Calvin berhasil mengatasi perbedaan doktrinal tersebut dan menghasilkan Consensus Tigurinus (Konsensus Zürich). Mereka menyatakan bahwa Perjamuan Kudus bukan hanya sekadar simbol dari perjamuan, tetapi mereka juga menolak pandangan Lutheran bahwa tubuh dan darah Kristus berada dalam kesatuan dengan elemen-elemen. Dengan rekonsiliasi ini, Calvin menetapkan perannya dalam Gereja-gereja Reformed Swiss dan kemudian di dunia yang lebih luas.[83][84]
Gereja-gereja Reformasi Swiss menganggap Zwingli sebagai pendiri mereka, begitu pula Gereja Reformasi di Amerika Serikat (baik denominasi liberal dan konservatif keturunannya, dengan yang liberal menggunakan interpretasi kritik historis dari teologi Zwinglian dan menggunakannya sebagai dasar bagi ekumenisme, dan yang konservatif menginterpretasikan ajaran-ajarannya sebagai hal yang mengikat hati nurani dan, sebagai akibat, ineran seperti Alkitab sendiri, menurut sejarawan RCUS abad ke-19 J.I. Good. Para sarjana berspekulasi tentang alasan Zwinglianisme tidak menyebar secara lebih luas,[85] meskipun teologi Zwingli dianggap sebagai ekspresi pertama teologi Reformed.[86] Meskipun namanya tidak dikenal secara luas, warisan Zwingli terus hidup di dalam pengakuan-pengakuan iman dasar gereja-gereja Reformed masa kini.[87] Ia sering dipanggil, setelah Martin Luther dan John Calvin, sebagai "Tokoh Ketiga Reformasi".[88]
Kumpulan karya Zwingli diperkirakan mencapai 21 jilid. Sebuah koleksi dari karya-karya pilihan diterbitkan pada tahun 1995 oleh Zwingliverein dalam kolaborasi dengan in Theologischer Verlag Zürich.[89] Koleksi 4 volume ini meliputi karya-karya berikut:[90]
Edisi lengkap 21 volume dikerjakan Zwingliverein dalam kolaborasi dengan Institut für schweizerische Reformationsgeschichte, dan diproyeksikan untuk disusun demikian:
Volume XIII and XIV sudah diterbitkan, volume XV dan XVI sedang dalam persiapan. Volume XVII hinga XXI direncanakan untuk mencakup Perjanjian Baru.
Edisi Jerman / Latin yang lebih lama tersedia daring meliputi:
Lihat juga terjemahan bahasa Inggris dari karya-karya pilihan Zwingli berikut:
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.