Loading AI tools
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Widodo Budidarmo, PSM (1 September 1927 – 5 Mei 2017 ) adalah Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) antara 1974 dan 1978. Ia adalah Kapolri beragama Kristen pertama dalam sejarah.[2][3]
Widodo Budidarmo | |
---|---|
Kepala Staf Angkatan Kepolisian Republik Indonesia ke-7 | |
Masa jabatan 26 Juni 1974 – 25 September 1978 | |
Presiden | Soeharto |
Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya ke-8 | |
Masa jabatan 16 Februari 1970 – 25 Juni 1974 | |
Pendahulu Soekahar | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Surabaya, Jawa Timur | 1 September 1927
Meninggal | 5 Mei 2017 89) Jakarta | (umur
Suami/istri | Darmiati Poeger |
Anak | Martini Indah (1957) Agus Aditono (1959) Destina Lestari (1961) |
Alma mater | STIK (1955) |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | Kepolisian Republik Indonesia |
Masa dinas | 1953 - 1978 |
Pangkat | Jenderal Polisi |
NRP | 2709001[1] |
Sunting kotak info • L • B |
Widodo mengenyam pendidikan umum di HIS (1934–1941), lalu melanjutkan ke Sekolah Teknik (1942–1946). Semasa dalam pendidikan sekolah menengah itu, ia sudah aktif mengangkat senjata untuk ikut dalam Perang Kemerdekaan di Jawa Timur. Widodo masih dapat menyelesaikan SMA-nya tahun 1950.
Jenderal Widodo meninggal dunia di Jakarta dalam usia 89 tahun, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.[4]
Widodo kemudian memasuki karier kepolisian, dan belajar di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian hingga lulus pada 1955. Setelah itu, dia menjabat Kabag Organisasi Polisi di Purwakarta selama tiga tahun, 1956-1959. Selama masa itu pula dia ikut dalam Operasi Penumpasan Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.
Salah satu prestasi Kapolri Widodo Budidarmo adalah ketika Polri sepakat mendirikan Kantor Bersama 3 Instansi (Samsat) di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Ketiga instansi itu masing-masing adalah Polri, Pemda DKI Jakarta dan Perum AK Jasa Raharja mencapai kata sepakat untuk membuka kantor seatap di Polda. Program bersama ini dioperasikan dalam rangka pengurusan surat-surat kendaraan bermotor, seperti STNK, BPKB dan lain-lain. Pada masa Widodo pula Pemerintah mengeluarkan UU No. 9 tentang Narkotik, tertanggal 26 Juli 1976. Juga, pada masa Kapolri Widodo pula diterbitkan sebuah Skep Kapolri yang khusus mengenai Satama Satwa guna menunjang langkah-langkah operasional Polri (1977).
Pada awal 1960, dia pergi ke Amerika Serikat untuk memperdalam ilmu militernya di US Coast Guard Officers Candidate School, dan rampung tahun 1960. Pulang dari AS, Widodo menjabat Kabag Operasi Polisi Jakarta Raya (1960). Setelah itu berbagai jabatan disandangnya, berturut-turut menjadi Panglima Korps Perairan dan Udara (1964), Panglima Daerah Kepolisian II Sumatera Utara (1967), dan Kadapol VII Metro Jaya periode 1970-1974. Di sini, Kadapol Widodo bertanggung jawab atas operasi pengamanan langsung Pemilu 1971 di Jakarta, yang ketika itu agak bersuasana panas. Bahkan setelah Pemilu, dia juga harus mengamankan Sidang Umum MPR-RI yang berlangsung di Jakarta. Dalam hal ini, Widodo pun diangkat menjadi Anggota MPR-RI.
Selepas menjabat Kadapol Metro Jaya, pada 25 Juni 1974, Widodo dilantik oleh Presiden Soeharto untuk menjadi Kapolri. Dia memangku jabatan Kapolri selama periode 1974-1978. Pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan Widodo, waktu itu tanggal 26 Juni 1974 di Istana Negara oleh Presiden Soeharto, bersamaan dengan pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan KASAL Laksamana Madya TNI R.S. Subijakto.
Pada tanggal 4 Juni 1955, Widodo menikah dengan Darmiati Poeger. Dan dikaruniai tiga orang anak; Martini Indah (1957), Agus Aditono (1959) dan Destina Lestari (1961). Anak pertama menikah dengan Alex Tangyong dan dikaruniai seorang putra - Johann F. Tangyong (1984). Anak bungsunya menikah dengan Johannes Tangyong dan dikaruniai dua orang anak - David Y. Tangyong (1989) dan Kezia A. Tangyong (1992).
Ia mendapatkan sejumlah tanda jasa baik dari dalam maupun luar negeri, diantaranya;[5]
Baris ke-1 | Bintang Mahaputera Adipradana (29 Juli 1983)[6] | ||
---|---|---|---|
Baris ke-2 | Bintang Dharma | Bintang Yudha Dharma Utama (1975)[7] | Bintang Bhayangkara Utama |
Baris ke-3 | Bintang Kartika Eka Paksi Utama | Bintang Jalasena Utama | Bintang Swa Bhuwana Paksa Utama |
Baris ke-4 | Bintang Bhayangkara Nararya | Satyalancana Jana Utama (Ulangan I) | Satyalancana Karya Bhakti (Ulangan I) |
Baris ke-5 | Satyalancana Kesetiaan 16 Tahun | Satyalancana Prasetya Pancawarsa III | Satyalancana Peringatan Perjuangan Kemerdekaan |
Baris ke-6 | Satyalancana Perang Kemerdekaan I | Satyalancana Perang Kemerdekaan II | Satyalancana G.O.M V |
Baris ke-7 | Satyalancana Penegak | Commander of the Order of Orange-Nassau - Belanda | Commander of the Philippine Legion of Honor - Filipina |
Baris ke-8 | Order of Diplomatic Service Merit - 3rd Class (Heung-in Medal) - Korea Selatan | Grand Officer of the Order of Leopold - Belgia | Panglima Setia Mahkota (P.S.M.) - Malaysia (1976)[8] |
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.