Loading AI tools
album studio tahun 2024 oleh Taylor Swift Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
The Tortured Poets Department (sering disebut Tortured Poets atau disingkat TTPD) adalah album studio kesebelas oleh penyanyi-penulis lagu Amerika Taylor Swift. Album ini dirilis pada 19 April 2024, melalui Republic Records, dan ditulis serta diproduksi oleh Taylor Swift, Jack Antonoff dan Aaron Dessner. Swift mengumumkan album ini di Penghargaan Grammy Tahunan ke-66 pada 4 Februari 2024, setelah memenangkan penghargaan Album Vokal Pop Terbaik untuk album studio kesepuluhnya, Midnights (2022).
The Tortured Poets Department | ||||
---|---|---|---|---|
Album studio karya Taylor Swift | ||||
Dirilis | 19 April 2024 | |||
Direkam | 2022–2023 | |||
Genre |
| |||
Durasi | 65:08 | |||
Label | Republic | |||
Produser |
| |||
Kronologi Taylor Swift | ||||
| ||||
Singel dalam album The Tortured Poets Department | ||||
|
Taylor Swift menyusun The Tortured Poets Department tidak lama setelah menyelesaikan Midnights dan terus dikerjakan selama berlangsungnya The Eras Tour (2023–2024). Taylor Swift menggambarkan The Tortured Poets Department sebagai album "penyelamat hidupnya" dan menanggapnya sebagai puncak luapan isi hati yang harus dituliskan. The Tortured Poets Department adalah album ganda. Bagian kedua dari album ini, yang diberi subjudul The Anthology, dirilis tiba-tiba dua jam setelah perilisan album yang pertama. Post Malone tampil sebagai kolaborator di lagu pembuka "Fortnight", yang dirilis sebagai singel utama, dan Florence and the Machine tampil sebagai kolaborator di lagu "Florida!!!".
The Tortured Poets Department didominasi oleh genre synth-pop dengan bumbu rock dan folk. Basis utama dari album midtempo ini adalah synthesizer dan mesin drum, namun instrumen live seperti piano dan gitar juga digunakan. Album ini mengaji kehidupan publik dan pribadi Taylor Swift dalam paduan ungkapan yang depresif dan humoris. Banyak pengulas musik yang memuji The Tortured Poets Department atas gaya penulisan lagu-lagunya yang dianggap katartik dan emosional, namun banyak juga yang mengkritisi kedangkalan tema yang dibahas, pemborosan kata-kata dan kurangnya kejelasan tujuan dibandingkan album-album Taylor Swift sebelumnya. Banyak juga yang menganggap bahwa produksi musik di album ini membosankan.
The Tortured Poets Department berhasil memecahkan serangkaian rekor komersial. Di antaranya rekor streaming tertinggi di Spotify dalam satu hari yang dipegang oleh album Taylor Swift sebelumnya, Midnights, dan pre-order terbanyak dalam sejarah di pengecer Target.
Taylor Swift merilis album studio kesepuluhnya, Midnights, pada 21 Oktober 2022. Album tersebut meraih kesuksesan besar baik secara komersial maupun kritis.[1] Di tahun berikutnya, Taylor Swift merilis dua album rekaman ulang, yakni Speak Now (Taylor's Version) dan 1989 (Taylor's Version), sebagai bagian dari proyek perekaman ulang enam album pertamanya. Lalu pada tanggal 4 Februari 2024, di hari Penghargaan Grammy Tahunan ke-66, Taylor Swift memberi bocoran akan perilisan album barunya dengan mengubah gambar profil di akun media sosialnya menjadi hitam-putih. Para penggemarnya yang disebut Swiftie berspekulasi secara online bahwa Taylor Swift sedang bersiap untuk merilis Reputation (Taylor's Version), rekaman ulang dari album studio keenamnya, Reputation (2017). Situs web Taylor Swift tampak seolah-olah tidak berfungsi, dengan adanya laporan kode status HTTP non-standar 321 yang tidak biasa, serta kode kesalahan "hneriergrd," yang oleh para Swiftie diartikan sebagai anagram ejaan "red herring."[2] Kode sumber situs web tersebut juga berisi berbagai kata non-Inggris.[3]
Taylor Swift lalu menghadiri upacara Grammy dan memenangkan Penghargaan Grammy untuk Album Vokal Pop Terbaik dan Album Terbaik Tahun Ini untuk Midnights. Dalam pidato penerimaannya untuk penghargaan Album Vokal Pop Terbaik, Taylor Swift mengumumkan bahwa album studio barunya yang bertajuk The Tortured Poets Department akan dirilis pada 19 April 2024. Taylor Swift mengungkapkan bahwa The Tortured Poets Department adalah album yang telah dikerjakan secara rahasia selama hampir dua tahun.[4][5] Bersamaan dengan pengumuman tersebut, foto sampul album The Tortured Poets Department diunggah di semua akun media sosial Taylor Swift, bersama dengan sebuah foto catatan tulisan tangan yang, jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, berbunyi:
Dan jadi saya menyerahkan bukti / Emblem saya yang ternoda / Para pujaan saya, yang saya dapatkan bagai luka memar / Jimat-jimat dan kalung-kalung saya / Bunyi tik, tik, tik dari bom cinta / Pembuluh darah saya yang dialiri tinta hitam pekat / Semuanya adil dalam cinta dan puisi...
Hormat saya, Ketua Departemen Pujangga Tersiksa.[6]
Menurut Taylor Swift, pembuatan album ini adalah pembuktian dari pentingnya penulisan lagu dalam hidupnya. Taylor Swift menyatakan, "Belum pernah ada album saya yang memprioritaskan penulisan lagu lebih dari Tortured Poets." Dalam postingan Instagram yang mengumumkan perilisan album tersebut, Swift lebih lanjut mencirikan album tersebut sebagai "sebuah antologi yang mencerminkan peristiwa, opini, dan sentimen dari suatu masa yang singkat dan tak terhindarkan—suatu masa yang setaraf dalam kegemparan dan kesuraman."[7]
The Tortured Poets Department terdiri dari enam belas lagu di versi standarnya dan menampilkan dua bintang tamu—penyanyi-rapper Amerika Post Malone pada single utama "Fortnight" dan band rock indie Inggris Florence and the Machine, yang dipimpin oleh penyanyi-penulis lagu Florence Welch, pada lagu "Florida!!!". Album ini utamanya ditulis dan diproduksi oleh Taylor Swift dengan bantuan kolaborator lamanya Jack Antonoff dan Aaron Dessner; Florence Welch dan Post Malone juga ikut menulis lirik dan melodi dalam lagu kolaborasi mereka masing-masing dengan Taylor Swift.[8]
Album ini berfokus pada seni penulisan lagu secara personal dan introspektif dan bertujuan untuk menganalisis perasaan Taylor Swift di masa lalu ketika sedang melalui serangkaian peristiwa dalam kehidupan pribadi dan publiknya.[9] Beberapa kritikus berkomentar bahwa Taylor Swift, terinspirasi oleh hubungan cintanya yang penuh gejolak, sengaja menciptakan sebuah narasi dalam bentuk lirik yang amburadul, tidak terkendali, dan tidak disensor,[10] serta mengutip langsung dari kehidupan pribadinya lewat sindiran spesifik dan pencatutan nama.[11] Menurut The Economic Times, The Tortured Poets Department "pada dasarnya mengulas sifat cinta yang tidak dapat diprediksi; mempertanyakan kewarasan kita ketika kita menambatkan keberadaan kita pada sebuah perasaan yang dapat hilang dalam sekejap."[12] Sedangkan The Conversation mendeskripsikan lirik di The Tortured Poets Department sebagai "penolakan gembira terhadap tekanan sosial".[13]
Taylor Swift, saat berbicara kepada penonton di The Eras Tour di Melbourne, menggambarkan The Tortured Poets Department sebagai karyanya yang paling melegakan hati;[14] di lagu "I Can Do It with a Broken Heart," Taylor Swift merinci gangguan emosi yang dialaminya saat melangsungkan The Eras Tour.[15] Ann Powers menulis di NPR bahwa, sepanjang album, Taylor Swift "mencoba memahami kekerasan emosional yang dialaminya."[16] Craig Jenkins dari Vulture berpendapat bahwa di The Tortured Poets Department Taylor Swift "terlihat ingin meningkatkan privasinya setelah terus-menerus menjadi pusat perhatian media."[17]
Delusi, patah hati, dan perasaan terpenjara adalah topik utama The Tortured Poets Department,[18] dan semua hal tersebut dinyatakan dalam rangkaian ungkapan kemarahan, duka,[19] kematian,[20] dan canda.[21] Sejumlah kritikus merasa bahwa kesadaran diri dan humor yang dibawa oleh Taylor Swift membuat lirik di The Tortured Poets Department lebih mudah diapresiasi,[18] begitu juga dengan penggunaan melodrama sebagai penyokong narasi.[22] Taylor Swift mendeskripsikan The Tortured Poets Department sebagai album yang "fatalistik" dengan sejumlah ungkapan tentang "hidup atau mati" yang bersifat hiperbolik atau dramatis. Hal ini dicontohkan oleh lagu pembuka, "Fortnight", yang tema "kangen, rindu, angan pupus"nya terus muncul di sepanjang album. Melissa Ruggieri dari USA Today menganggap The Tortured Poets Department sebagai antitesis dari Lover (2019).[23] Selain patah hati karena kehilangan cinta, tema lain yang dimasukkan ke dalam The Tortured Poets Department adalah persepsi publik tentang dirinya sebagai seorang artis ("Who's Afraid of Little Old Me?" dan "Clara Bow") dan menemukan kembali jati diri ("Florida!!!"). Callie Ahlgrim dari Business Insider mendeskripsikan The Tortured Poets Department sebagai album Taylor Swift "yang paling berantakan, paling bergairah, dan paling lucu".[19] Melalui The Independent, Helen Brown menyatakan bahwa, di The Tortured Poets Department, Taylor Swift memunculkan kembali gaya penulisan musik countrynya untuk menciptakan sebuah narasi yang penuh detail.[24] Walau mayoritas kritikus setuju bahwa album ini bersifat autobiografis,[24][25] Shaad D'Souza dari Pitchfork berpendapat bahwa The Tortured Poets Department hampir mengarah ke cerita fiksi.[26] Jurnalis CNN Olivier Darcy menyebut The Tortured Poets Department sebagai "puisi tanpa henti."[27]
Kritikus menggambarkan edisi standar The Tortured Poets Department sebagai album synth-pop[lower-alpha 1] midtempo yang memadukan synth muram dan ketukan hampa mesin drum.[lower-alpha 2] Namun, ada juga beberapa lagu yang menggunakan instrumentasi sederhana berbasis piano[28][36] atau gitar[37] yang dimainkan dalam genre rock dan folk.[38] Taylor Swift kebanyakan bernyanyi dengan nada rendah untuk membawakan melodi yang terdengar seperti setengah menyanyi dan setengah berbicara, mirip rap.[36][39] Alexis Petridis dari The Guardian menulis bahwa suasana musik The Tortured Poets Department "terbagi antara 1989 yang bergenre pop-rock 80-an dan Midnights yang seperti renungan subuh".[40] Melalui untuk The Times, Will Hodgkinson mendeskripsikan album ini sebagai campuran synth-pop, power ballad 80-an, dan "album-oriented rock emosional Stevie Nicks".[41] Josh Kupp dari Uproxx, yang menjuluki album ini sebagai karya yang bertele-tele dan tanpa genre, termasuk di antara kritikus yang merasa bahwa album tersebut mengabaikan daya tarik musik mainstream.[42][38]
Bagian kedua dari The Tortured Poets Department, yang diberi subjudul The Anthology, hampir seluruhnya terdiri dari balada piano. Aaron Dessner memproduksi sebagian besar lagu yang ada di The Anthology, dengan iringan gitar akustik pilihan, piano lembut, dan synth halus.[43] Menurut Mark Savage dari BBC, The Anthology menampilkan suara yang lebih "tenang" yang mengingatkan pada dua album Taylor Swift yang dirilis pada tahun 2020, Folklore dan Evermore,[44] sebuah pengamatan yang juga dikemukakan oleh Mary Kate Carr dari The AV Club.[45] Neil McCormick dari The Daily Telegraph berpendapat bahwa musik yang lebih lembut di The Anthology memungkinkan kemunculan lirik yang lebih halus, yang memberikan jalan bagi Taylor Swift untuk menganalisis karakter fiktif ("Cassandra", "Peter" dan "Robin") serta memperbolehkan Taylor Swift untuk lebih mengintrospeksi diri ("The Albatross", "The Bolter ", "I Look in People's Windows" dan "I Hate It Here").[43]
Kurangnya tanda kutip pada judul resmi album (dalam artian The Tortured Poets' Department) menjadi bahan perdebatan tentang tata bahasa dalam Bahasa Inggris. Para ahli bahasa menyatakan bahwa Swift menggunakan Tortured Poets sebagai kata benda atributif, seperti di judul film drama tahun 1989, Dead Poets Society, dan bukan sebagai kata benda posesif yang memerlukan tanda petik.[46] Para Swiftie berteori bahwa The Tortured Poets Department bertujuan untuk menyindir grup obrolan WhatsApp antara Andrew Scott, Paul Mescal, dan Joe Alwyn yang bernama "The Tortured Man Club."[47]
Foto sampul untuk The Tortured Poets Department diambil oleh Beth Garrabrant. Dalam foto glamor hitam-putih tersebut, Taylor Swift tampil berbaring di tempat tidur mengenakan pakaian dalam hitam: atasan tembus pandang dan celana pendek pinggang tinggi.[48][49][50] Menurut penata gaya Joseph Cassell, Taylor Swift mengenakan pakaian dari The Row dan Yves Saint Laurent.[49][51] Baik karya seni maupun judulnya diparodikan oleh berbagai brand—dari organisasi, tim olahraga, hingga waralaba—dan juga menginspirasi munculnya banyak meme.[52][53] Beberapa outlet media mengatakan bahwa judul album dan visual dari The Tortured Poets Department terinspirasi oleh estetika dark academia.[54][55]
Konsensus penilaian The Tortured Poets Department mengarah ke "biasa saja" hingga "lumayan." Menurut Metacritic, The Tortured Poets Department dianggap "cukup bagus" dan mendapatkan skor rata-rata 76/100 dari 24 skor kritikus. Sementara itu, bagian kedua dari The Tortured Poets Deparment, The Anthology, mendapatkan skor rata-rata 69/100 dari 6 skor kritikus.
Sejumlah kritikus menganggap album ini sebagai bagian penting dalam diskografi Taylor Swift. Ulasan dari Helen Brown dari The Independent, Ellie Roberts dari The Arts Desk, Dan Cairns dari The Times, Jeffrey Davies dari PopMatters, dan Will Harris dari Q memuji The Tortured Poets Department sebagai salah satu album Taylor Swift yang paling komplit. Mereka menganggap komposisi musik, penggayaan vokal dan tonalitas lirik di The Tortured Poets Department sebagai sesuatu yang ambisius dan eksperimental. Kritikus Lainnya, termasuk Chris Willman dari Variety, Ed Power dari i, dan Kitty Empire dari The Observer, menyebut The Tortured Poets Department sebagai album klasik Taylor Swift.
Di sisi lain, banyak kritikus, termasuk Zoladz, Laura Molloy dari NME, dan Tom Breihan dari Stereogum, berpendapat bahwa kolaborasi Taylor Swift dan Jack Antonoff di The Tortured Poets Department tidak inovatif karena banyaknya kemiripan suara dengan kolaborasi-kolaborasi mereka sebelumnya. Amanda Petrusich dari The New Yorker menyatakan bahwa lagu yang diproduksi Aaron Dessner "lebih halus, lebih lembut, dan lebih mengejutkan." Horn dan wartawan BBC Mark Savage merasa melodi The Tortured Poets Department monoton dan "menidurkan." Menurut Mary Kate Carr dari The A.V. Club, The Tortured Poets Department "bagus-bagus saja," namun sayangnya harus muncul pada saat Taylor Swift "tidak punya apa-apa lagi untuk dibuktikan," yang mengakibatkan kemandekan dalam kreativitas. Hal yang sama juga diungkapkan oleh majalah Paste dalam sebuah ulasan anonim yang mengatakan bahwa The Tortured Poets Department terkesan terburu-buru, hampa, dan tidak menarik.
Penilaian profesional | |
---|---|
Nilai agregat | |
Sumber | Penilaian |
AnyDecentMusic? | 7.5/10[56] |
Metacritic | 76/100[lower-alpha 3] |
Skor ulasan | |
Sumber | Nilai |
AllMusic | [59] |
Clash | 8/10 |
The Daily Telegraph | [lower-alpha 4] |
The Guardian | [40] |
The Independent | |
NME | |
Pitchfork | 6.6/10[lower-alpha 5] |
Rolling Stone | [lower-alpha 6] |
Slant Magazine | |
The Times |
No. | Judul | Pencipta | Produser | Durasi |
---|---|---|---|---|
1. | "Fortnight" (ft. Post Malone) |
|
| 3:48 |
2. | "The Tortured Poets Department" |
|
| 4:53 |
3. | "My Boy Only Breaks His Favorite Toys" | Swift |
| 3:23 |
4. | "Down Bad" |
|
| 4:21 |
5. | "So Long, London" |
|
| 4:22 |
6. | "But Daddy I Love Him" |
|
| 5:40 |
7. | "Fresh out the Slammer" |
|
| 3:30 |
8. | "Florida!!!" (ft. Florence and the Machine) |
|
| 3:35 |
9. | "Guilty as Sin?" |
|
| 4:14 |
10. | "Who's Afraid of Little Old Me?" | Swift |
| 5:34 |
11. | "I Can Fix Him (No Really I Can)" |
|
| 2:36 |
12. | "Loml" |
|
| 4:37 |
13. | "I Can Do It with a Broken Heart" |
|
| 3:38 |
14. | "The Smallest Man Who Ever Lived" |
|
| 4:05 |
15. | "The Alchemy" |
|
| 3:16 |
16. | "Clara Bow" |
|
| 3:36 |
Durasi total: | 65:08 |
No. | Judul | Pencipta | Produser | Durasi |
---|---|---|---|---|
17. | "The Black Dog" | Swift |
| 3:58 |
18. | "Imgonnagetyouback" |
|
| 3:42 |
19. | "The Albatross" |
|
| 3:03 |
20. | "Chloe or Sam or Sophia or Marcus" |
|
| 3:33 |
21. | "How Did It End?" |
|
| 3:58 |
22. | "So High School" |
|
| 3:48 |
23. | "I Hate It Here" |
|
| 4:03 |
24. | "Thank You Aimee" |
|
| 4:23 |
25. | "I Look in People's Windows" |
|
| 2:11 |
26. | "The Prophecy" |
|
| 4:09 |
27. | "Cassandra" |
|
| 4:00 |
28. | "Peter" | Swift |
| 4:43 |
29. | "The Bolter" |
|
| 3:58 |
30. | "Robin" |
|
| 4:00 |
31. | "The Manuscript" | Swift |
| 3:44 |
Durasi total: | 122:21 |
Catatan
Negara | Sertifikasi | Penjualan/unit tersertifikasi |
---|---|---|
Australia (ARIA)[60] | Platinum | 70.000^ |
Denmark (IFPI Denmark)[61] | Gold | 10.000^ |
Prancis (SNEP)[62] | Gold | 50.000* |
Jerman (BVMI)[63] | Gold | 150.000^ |
Italia (FIMI)[64] | Gold | 0* |
Selandia Baru (RIANZ)[65] | Platinum | 15.000^ |
Polandia (ZPAV)[66] | Gold | 10.000* |
Spanyol (PROMUSICAE)[67] | Platinum | 40.000^ |
Britania Raya (BPI)[68] | Platinum | 300.000^ |
Jumlah penjualan + pengiriman menurut sertifikasinya. |
Wilayah | Tanggal | Format | Edisi | Label | Ref. |
---|---|---|---|---|---|
Bermacam-macam | 19 April 2024 |
|
Republic | [69] | |
| |||||
|
The Anthology | [70] | |||
Amerika Serikat |
|
|
[71][72] | ||
Jepang | 20 April 2024 | CD | The Manuscript | Universal Japan | [73][74] |
Amerika Serikat | 17 Mei 2024 | Digital download | Bonus trek "Who's Afraid of Little Old Me? (First Draft Phone Memo)" | Republic | [75] |
Bonus trek "Cassandra (First Draft Phone Memo)" | [76] | ||||
Bonus trek "The Black Dog (First Draft Phone Memo)" | [77] | ||||
Jepang | CD |
|
Universal Japan | [74] | |
Amerika Serikat | 31 Mei 2024 | Bonus trek akustik "But Daddy I Love Him" | Republic | [78] |
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.