![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7f/AIG_Headquarters.jpg/640px-AIG_Headquarters.jpg&w=640&q=50)
Terlalu besar untuk gagal
From Wikipedia, the free encyclopedia
Terlalu besar untuk gagal (Bahasa Inggris: "Too big to fail") adalah sebuah teori dalam perbankan dan keuangan yang merujuk pada perusahaan, terutama lembaga keuangan, yang sangat besar dan sangat terinterkoneksi sehingga kegagalan mereka dapat berbahaya bagi sistem ekonomi yang lebih besar, sehingga mereka harus didukung oleh pemerintah saat sedang menghadapi potensi kegagalan.[1] Frase "terlalu besar untuk gagal" dipopulerkan oleh anggota Kongres Amerika Serikat, Stewart McKinney pada sebuah rapat dengar pendapat Kongres pada tahun 1984, untuk mendiskusikan intervensi Federal Deposit Insurance Corporation terhadap Continental Illinois.[2] Frase tersebut sebelumnya pernah digunakan di pers,[3] dan pemikiran serupa telah mendorong bailout bank sebelumnya.[4]
![Thumb image](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7f/AIG_Headquarters.jpg/640px-AIG_Headquarters.jpg)
Frase tersebut muncul sebagai perbincangan hangat pasca krisis finansial 2007–2008.[5][6] Kritikus melihat kebijakan tersebut sebagai tindakan yang kontraproduktif dan bahwa perusahaan besar seharusnya dibiarkan gagal jika manajemen risiko mereka memang tidak efektif.[7][8] Sejumlah kritikus, seperti Alan Greenspan, percaya bahwa sebuah perusahaan seharusnya dibiarkan gagal, karena "Jika mereka terlalu besar untuk gagal, maka mereka memang terlalu besar".[9] Sejumlah ekonom seperti Paul Krugman berpendapat bahwa krisis keuangan terutama muncul karena kurangnya aturan terhadap bank, bukan karena ukuran bank tersebut, dan menggunakan bangkrutnya banyak bank selama Depresi Besar untuk mengilustrasikan pendapatnya.[10][11][12][13]
Pada tahun 2014, International Monetary Fund dan lainnya menyatakan bahwa masalah bank yang terlalu besar untuk gagal belum terselesaikan.[14][15] Walaupun komponen dari peraturan baru untuk bank yang berdampak sistemik (tambahan kecukupan modal, pengawasan lebih ketat, dan rezim resolusi) dapat mengurangi prevalensi terlalu besar untuk gagal, fakta bahwa terdapat banyak bank berdampak sistemik yang dianggap terlalu besar untuk gagal memberi dampak yang saling mengimbangi.[16]