Takhta apostolik
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Takhta apostolik (bahasa Inggris: apostolic see) dalam Kekristenan adalah semua takhta keuskupan yang pendiriannya dikaitkan dengan satu atau lebih rasul Yesus. Sementara istilah "Singgasana Apostolik" (Apostolic Throne) merujuk pada suatu patriarkat dalam sejarah yang dikaitkan dengan seorang rasul tertentu. Misalnya Santo Yakobus merujuk pada Singgasana Apostolik dari Yerusalem,[1] Paus Katolik Roma dan Patriark Antiokhia memandang diri mereka menempati Singgasana Apostolik Santo Petrus.[2]
Kanon keempat dari Konsili Nicea I tahun 325 merujuk uskup di ibu kota (metropolis) dari setiap provinsi Romawi (uskup metropolitan) suatu posisi otoritas di antara semua uskup pada provinsi tersebut, tanpa mengacu pada figur pendiri dari takhta keuskupan tersebut.[3] Kanon keenam memberi pengakuan atas wewenang yang lebih luas, melampaui satu provinsi tunggal, yang secara tradisi dipegang oleh Roma dan Aleksandria, serta merupakan hak istimewa (prerogatif) semua Gereja di Antiokhia dan provinsi lainnya.[3] Dari Aelia, kota Romawi yang dibangun di lokasi kota Yerusalem yang telah hancur, kanon ketujuh dari konsili tersebut berbunyi: "Sebab adat dan tradisi kuno telah memberlakukan bahwa Uskup Aelia haruslah dihormati, biarlah ia karenanya menyelamatkan martabatnya di Metropolis tersebut dengan memiliki tempat kehormatan berikutnya."[3] Metropolis yang dimaksud pada umumnya merujuk pada Caesarea Maritima (Kaisarea),[4][5][6][7] meski pada akhir abad ke-19 Philip Schaff juga menyebutkan pandangan lainnya.[8]
Pentarki
Ringkasan
Perspektif
Konsili Nicea yang diadakan pada tahun 325 ini juga tidak menyebutkan mengenai Konstantinopel, sebuah kota yang baru didirikan secara resmi 5 tahun kemudian dan pada saat itu menjadi ibu kota Kekaisaran.[9][10][11][12] Namun Konsili Konstantinopel I tahun 381 menetapkan sebuah kanon atas validitas yang dipermasalahkan: "Uskup Konstantinopel, bagaimanapun, harus memiliki hak prerogatif kehormatan setelah Uskup Roma; sebab Konstantinopel adalah Roma Baru."[13] Seabad setelah Konsili Khalsedon (tahun 451) dan perpecahan antara mereka yang menerima dan yang menolaknya, Kekristenan Ortodoks Timur menggunakan dua sumber ini untuk membangun teori Pentarki: "Dirumuskan dalam undang-undang kaisar Yustinianus I (527-565), khususnya dalam Novellae 131, teori tersebut mendapat persetujuan gerejawi secara resmi pada Konsili di Trullo (692), yang melakukan pemeringkatan kelima tahta tersebut sebagai Roma, Konstantinopel, Aleksandria, Antiokhia, dan Yerusalem."[14] Sebelumnya, Konsili Efesus pada tahun 431 menetapkan bahwa Gereja Siprus seharusnya otosefalus, berlawanan dengan klaim dari Antiokhia, ibu kota diosis sipil Romawi Timur, yang mana Siprus merupakan bagian darinya.[15]
Daftar semua takhta
Ringkasan
Perspektif
Para patriark dari kelima takhta berikut memandang dirinya sebagai pewaris atau penerus dari mereka yang diberikan status khusus dalam kanon-kanon tersebut:
- Roma, di Italia (Santo Petrus dan Santo Paulus)
- Konstantinopel, sekarang Istanbul di Turki (Santo Andreas)
- Aleksandria, di Mesir (Santo Markus)[16][17][18]
- Antiokhia, saat ini Turki (Santo Petrus).[19]
- Yerusalem, di Tanah Suci (Santo Petrus dan Santo Yakobus)[20]
Takhta lainnya yang mengklaim didirikan oleh seorang rasul dan karenanya dapat mengklaim sebagai takhta apostolik:
- Gereja Siprus, berpusat di New Justiniana - Erdek (Santo Paulus dan Santo Barnabas)
- Athena, Yunani (Santo Paulus)
- Efesus, sekarang Turki (Santo Yohanes Rasul)
- Babilon atau Seleucia-Ctesiphon, sekarang Irak (Santo Tomas Rasul, Santo Bartolomeus Rasul, Santo Tadeus dari Edessa)
- Aquileia, di timur laut Italia (Santo Markus Penginjil sebagai salah seorang dari Tujuh puluh murid)
- Takhta Milan, di barat laut Italia (Santo Barnabas Rasul)
- Takhta Sirakusa, di Sisilia (Santo Petrus)
- Filipi, di Yunani (Santo Paulus)
- Thessaloniki, di Yunani (Santo Paulus)[21]
- Korintus, di Yunani (Santo Paulus)[22]
- Gereja Malta (Santo Paulus)
- Gereja Ortodoks Rusia mengklaim adanya keterkaitan dengan Santo Andreas, yang dikatakan mengunjungi daerah yang di kemudian hari menjadi kota Kiev.[23]
- Gereja Apostolik Armenia (Santo Yudas Tadeus dan Santo Bartolomeus Rasul)[24]
- Gereja Tewahedo Ortodoks Ethiopia mengklaim didirikan oleh Santo Filipus Diakon[25]
- Gereja Ortodoks Georgia mengklaim Santo Andreas dan Santo Simon Rasul sebagai para pendirinya
- Gereja Kristen Santo Tomas di India (Santo Tomas Rasul)
Dalam Gereja Katolik Roma
Dalam penggunaan di Gereja Katolik Roma,[26] "Takhta Apostolik" digunakan dalam bentuk tunggal dan dikapitalisasi untuk merujuk secara khusus pada Takhta Roma, dengan mengacu pada status Paus sebagai penerus Rasul Petrus.[27] Penggunaan ini telah ada pada masa konsili ekumenis ketiga (Konsili Efesus tahun 431), di mana digunakan frase "paus kita yang terberkati dan tersuci Cœlestine, uskup dari Takhta Apostolik".[28]
Dalam hukum kanon Katolik, istilah tersebut juga diterapkan pada berbagai departemen dari Kuria Roma. Kitab Hukum Kanonik (Code of Canon Law) dan Kitab Hukum Kanonik Gereja Timur (Code of Canons of the Eastern Churches atau Code of Canons of the Oriental Churches) menyatakan: "Dengan nama Takhta Apostolik atau Takhta Suci dalam Kitab Hukum ini dimaksudkan bukan hanya Paus, melainkan juga Sekretariat Negara, Dewan Urusan Umum Gereja, Lembaga-lembaga lain Kuria Roma, kecuali dari hakikat perkara atau konteks pembicaraannya ternyata lain."[29] Semua badan yang dimaksud dianggap berbicara atas nama atau mewakili Takhta Roma.
Lihat pula
Referensi
Wikiwand - on
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.