Suku Rohingya
suku bangsa di Myanmar / From Wikipedia, the free encyclopedia
Rohingya (/roʊˈhɪndʒə, -ɪŋjə/; Rohingya: 𐴌𐴗𐴥𐴝𐴙𐴚𐴒𐴙𐴝, IPA: [rʊˈɜi̯ɲ.ɟə]) adalah sebuah kelompok etnis Indo-Arya dari Rakhine (juga dikenal sebagai Arakan, atau Rohang dalam bahasa Rohingya) di Myanmar. Sebelum Genosida Rohingya pada tahun 2017 ketika 740.000 etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, sekitar 1,4 juta Rohingya tinggal di Myanmar.[19] Rohingya dideskripsikan oleh jurnalis dan media sebagai salah satu etnis yang paling terpresekusi di dunia dengan pemerintah Myanmar tidak memberikan kewarganegaraan bagi Rohingya.[20] Terdapat pembatasan gerak bagi Rohingya di Myanmar, akses ke pendidikan, dan layanan pemerintah akibat dari statusnya yang tidak memiliki kewarganegaraan dengan kondisi yang dialami Rohingya telah dibandingkan dengan apartheid.[21][22]
Artikel ini perlu dikembangkan dari artikel terkait di Wikipedia bahasa Inggris. (Januari 2024)
klik [tampil] untuk melihat petunjuk sebelum menerjemahkan.
|
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (September 2017) |
Keakuratan artikel ini diragukan dan artikel ini perlu diperiksa ulang dengan mencantumkan referensi yang dapat dipertanggungjawabkan. |
Jumlah populasi | |
---|---|
1.547.778[1]–2.000.000+[2] | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Myanmar (Negara Bagian Rakhine), Bangladesh, India, Indonesia, Malaysia, Nepal, Pakistan, Arab Saudi, Thailand | |
Myanmar | 1,0[3]–1,3 juta[4][5][6] (sebelum krisis 2016–2017) |
Bangladesh | 900.000+ (bertambah paling sedikit 400.000 sejak 25 Agustus 2017)[7][8] |
Pakistan | 200.000[9][10][11] |
Thailand | 100.000[12] |
Malaysia | 40.070[13] |
India | 40.000 (pada 2017 sebagai pengungsi dari Myanmar)[14][15] |
Amerika Serikat | 12.000+ (pada 2017 sebagai pengungsi dari Myanmar)[16] |
Indonesia | 2.000+ (2023)[17] |
Nepal | 200 (pada 2017 sebagai pengungsi dari Myanmar)[18] |
Bahasa | |
Rohingya | |
Agama | |
Mayoritas Islam, minoritas kecil Hindu | |
Kelompok etnik terkait | |
Orang Benggala, Bangsa Indo-Arya |
Rohingya menganggap bahwa mereka adalah pemukim asli dari Myanmar bagian barat dengan sejarah selama lebih dari satu milenium dengan pengaruh dari Arab, Munghal, dan Portugis. Rohingya mengklaim bahwa Rohingya adalah keturunan dari pemukim dari masa pra-kolonial dan kolonial Arakan. Secara historis, wilayah tersebut terdapat kerajaan yang independen antara Asia Tenggara dengan India.[23][24] Pemerintah Myanmar menganggap Rohingya sebagai imigran yang datang dari Chittagong di Bangladesh pada masa kolonial Inggris. Pemerintah Myanmar berargumen bahwa populasi Muslim yang sudah ada dari masa prakolonial diakui sebagai etnis Kaman, dan bahwa etnis Rohingya menyamakan sejarah mereka dengan sejarah Muslim Arakan secara umum untuk memajukan agenda separatisnya.[25] Selain itu, pemerintah Myanmar tidak mengakui istilah "Rohingya" dan melabeli komunitas tersebut sebagai etnis Benggala.[26]
Berbagai pemberontakan bersenjata yang dilakukan oleh etnis Rohingya telah terjadi sejak tahun 1940an dan masyarakat secara keseluruhan telah menghadapi tindakan keras dari militer Myanmar pada tahun 1978, 1991–1992, 2012, 2015, dan khususnya pada tahun 2016–2018, ketika sebagian besar populasi Rohingya di Myanmar diusir keluar dari negara tersebut, ke negara tetangga Bangladesh.[27][28] Pada bulan Desember 2017, diperkirakan 625.000 pengungsi dari Rakhine, Myanmar, telah melintasi perbatasan ke Bangladesh sejak Agustus 2017.[29] Pejabat PBB dan Human Rights Watch menggambarkan penganiayaan yang dilakukan Myanmar terhadap Rohingya sebagai pembersihan etnis.[30] Penyelidikan yang dilakukan oleh PBB menemukan bukti meningkatnya hasutan kebencian dan intoleransi agama yang dilakukan oleh “umat Buddha ultra-nasionalis” terhadap etnis Rohingya, sementara pasukan keamanan Myanmar telah melakukan “eksekusi massal, penghilangan paksa, penangkapan dan penahanan sewenang-wenang, penyiksaan dan penganiayaan. dan kerja paksa" terhadap masyarakat Rohingya.[31]