![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/42/Born-Haber_Cycle_HCl.png/640px-Born-Haber_Cycle_HCl.png&w=640&q=50)
Siklus Born–Haber
From Wikipedia, the free encyclopedia
Siklus Born–Haber adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk menganalisis energi reaksi. Pendekatan ini dinamai dari dua ilmuwan Jerman Max Born dan Fritz Haber, yang mengembangkan pendekatan ini pada tahun 1919.[1][2][3] Pendekatan ini juga secara independen dirumuskan oleh Kasimir Fajans.[4] Siklus ini berkaitan dengan pembentukan senyawa ionik dari reaksi logam (utamanya unsur Golongan I atau Golongan II) dengan halogen atau unsur non-logam lainnya seperti oksigen.[5]
![Thumb image](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/42/Born-Haber_Cycle_HCl.png/640px-Born-Haber_Cycle_HCl.png)
Siklus Born–Haber digunakan terutama sebagai cara menghitung energi kisi (atau lebih tepatnya entalpi[catatan 1]), yang tidak bisa diukur secara langsung. Entalpi kisi adalah perubahan entalpi yang terlibat dalam pembentukan senyawa ionik dari ion berfasa gas (proses eksoterm), atau kadang-kadang didefinisikan sebagai energi untuk memecah senyawa ion menjadi ion berfasa gas (suatu proses endotermik). Siklus Born–Haber menerapkan hukum Hess untuk menghitung entalpi kisi dengan membandingkan perubahan entalpi pembentukan standar dari senyawa ionik (dari unsur) ke entalpi yang diperlukan untuk membuat ion berfasa gas dari unsur bebasnya.[6]
Perhitungan entapi pembentukan ion berfasa gas terlihat rumit. Untuk membuat ion gas dari unsur-unsur bebasnya, perlu untuk membuat atomisasi unsur-unsur tersebut (mengubah masing-masing unsur menjadi atom berfasa gas) dan kemudian atom tersebut diionisasi. Jika unsur tersebut biasanya merupakan molekul maka pertama-tama kita harus mempertimbangkan energi disosiasi ikatan (lihat pula energi ikatan). Energi yang diperlukan untuk menghilangkan satu atau lebih elektron untuk membuat kation adalah jumlah dari energi ionisasinya; misalnya, energi yang dibutuhkan untuk membentuk Mg2+ adalah energi ionisasi yang diperlukan untuk menghilangkan elektron pertama dari Mg, ditambah energi ionisasi yang diperlukan untuk menghilangkan elektron kedua dari Mg+.[7] Afinitas elektron didefinisikan sebagai jumlah energi yang dilepaskan ketika elektron ditambahkan ke atom atau molekul netral dalam bentuk gas untuk membentuk ion negatif.[8][9]
Siklus Born–Haber hanya berlaku untuk padatan ionik penuh seperti halida alkali tertentu. Sebagian besar senyawa ini termasuk kontribusi kovalen dan ionik untuk ikatan kimia dan energi kisi, yang diwakili oleh siklus termodinamika Born–Haber yang diperpanjang.[10] Siklus Born–Haber yang dipepanjang dapat digunakan untuk memperkirakan polaritas dan muatan atom senyawa polar.[11]