Reduplikasi atau perulangan adalah proses pengulangan kata atau unsur kata. Reduplikasi juga merupakan proses penurunan kata dengan perulangan utuh maupun sebagian. Contohnya adalah "anjing-anjing", "lelaki", "sayur-mayur" dan sebagainya.
Dalam bahasa Melayu dikenal reduplikasi berikut:
- reduplikasi fonologis — pengulangan fonem[1] tanpa terlalu banyak mengubah arti dasar, misalnya: tetangga, leluhur
- reduplikasi morfologis — pengulangan morfem, misalnya: papa, mama
- reduplikasi sintaktis — pengulangan morfem yang menghasilkan klausa, contoh "malam-malam pekerjaan itu dikerjakannya", artinya "walau sudah malam hari, pekerjaan itu tetap dikerjakannya"
- reduplikasi gramatikal — pengulangan fungsional dari bentuk dasar yang meliputi reduplikasi morfologis dan sintaksis
- reduplikasi idiomatis — atau 'kata ulang semu', adalah pengulangan kata dasar yang menghasilkan kata baru, contoh "mata-mata" artinya agen rahasia. Lihat pula: Kata Indonesia yang selalu dalam bentuk terulang
- reduplikasi non-idiomatis — pengulangan kata dasar yang tidak mengubah makna dasar, contoh "kucing-kucing"
Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dapat dibagi menjadi empat kelompok
- perulangan utuh, contoh: rumah-rumah
- perulangan salin suara, contoh: warna-warni
- perulangan sebagian, contoh: surat-surat kabar
- perulangan yang disertai pengafiksan, contoh: batu-batuan
Menurut artinya, reduplikasi dapat dibagi menjadi berikut:
- Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut benda), contoh: meja-meja
- Kata ulang yang bermakna mirip atau seperti, contoh: kemerah-merahan
- Kata ulang yang menunjukkan makna saling, contoh: tarik-menarik[2]
- Kata ulang berubah bunyi yang memiliki makna idiomatis, contoh: bolak-balik
- Kata ulang yang menunjukkan makna jamak (yang menyangkut proses), contoh: melihat-lihat
- Bentuk ulang yang seolah-olah merupakan kata ulang (kata ulang semu), contoh: kupu-kupu
- Bentuk ulang dwipurwa, contoh: dedaunan
Penulisan Reduplikasi dengan Huruf Kapital
Penulisan reduplikasi atau kata ulang dengan huruf kapital (misalkan pada judul) memiliki aturan tersendiri.
- Kata ulang sempurna harus ditulis dengan huruf kapital untuk masing-masing unsurnya, contoh: Semboyan "Wujudkan Masa Depan Anak-Anak Gemilang" harus ada di benak masyarakat juga.
- Kata ulang berimbuhan atau berubah bunyi harus ditulis dengan huruf kapital pada unsur pertamanya saja, contoh: Saya sudah selesai membaca cerpen berjudul "Berakit-rakit Dahulu, Bahagia Kemudian" kemarin.
- (Indonesia) Alwi, Hasan et al., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2003
"Reduplikasi". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2024-01-14.