Loading AI tools
artikel daftar Wikimedia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Pertempuran Rabaul, juga dikenal oleh Jepang sebagai Operasi R, terjadi di pulau Britania Baru di Teritori Nugini, pada bulan Januari dan Februari 1942. Pertempuran itu adalah kekalahan pasukan Sekutu yang signifikan secara strategis oleh Jepang pada kampanye Pasifik dalam Perang Dunia II. Menyusul perebutan pelabuhan Rabaul, pasukan Jepang merubahnya menjadi pangkalan besar dan lanjut untuk mendarat di daratan utama Papua Nugini, maju menuju Port Moresby dan Australia. Kekejaman yang terjadi di Pulau Irlandia Baru juga biasanya dianggap sebagai bagian dari pertempuran Rabaul. Rabaul adalah penting karena kedekatannya dengan Kepulauan Caroline yang merupakan wilayah Jepang, tempat pangkalan besar Angkatan Laut Kekaisaran Jepang di Truk.
| ||||||||||||||||||||||||||||||
Garnisun Angkatan Darat Australia yang berkekuatan 1.400 orang di Britania Baru — Yang dikenal sebagai Pasukan Lark — dipimpin oleh Letkol. John Scanlan. Pasukan ini terdiri dari 716 serdadu garis depan Australian Imperial Force (AIF) yang membentuk batalion 2/22, yang ditempatkan di sana sejak Maret 1941 seiring dengan meningkatnya rasa takut akan pecahnya perang melawan Jepang. Termasuk di dalam pasukan tersebut adalah satuan milisi lokal, Papua Nugini Volunteer Rifles, baterai pertahanan pesisir, sebauah baterai pertahanan udara, sebuah baterai anti tank dan detasemen dari Ambulans Lapangan 2/10[1][2] (Band Batalion 2/22 — yang juga termasuk dalam Pasukan Lark — mungkin satu-satunya satuan militer yang seluruh anggitanya direkrut dari Bala Keselamatan).[3] Sebuah satuan komando, Kompi Independen 2/1 yang berkekuatan 130 orang, dikirim untuk mendirikan garnisun di Pulau Irlandia Baru.[2]
.
Tugas utama dari garnisun tersebut adalah melindungi Lapangan Udara Vunakanau milik Angkatan Udara Australia (RAAF) dekat Rabaul, dan pejangkaran perahu terbang di Pelabuhan Simpson, yang penting nagi kegiatan pengintaian pergerakan Jepang di wilayah tersebut. Bagaimanapun, kontingen RAAF dibawah pimpinan, under Mayor (ada juga yang mengatakan Letkol) John Lerew, memiliki kemapuan ofensif yang lemah, dengan 10 pesawat latih CAC Wirraway yang bersenjata ringan dan empat pembom ringan Lockheed Hudson dari Skuadron 24.[4]
Formasi serbu Angkatan Darat Kekaisaran Jepang — Pasukan Laut Selatan pimpinan Mayjen Tomitaro Horii — Sebenarnya adalah grup brigade yang berpangkalan di Divisi 55. Satuan tempur utamanya adalah Resimen Infanteri 114 (satuan mabes, tiga batalyon infanteri, satu kompi artileri, satuan sandi, dan regu amunisi), sedikit peleton dari Resimen Kavaleri 55, satu batalion dari Resimen Artileri Gunung 55 dan satu kompi dari Resimen Zeni 55.[5]
Pada bulan Januari 1942, Rabaul diserang oleh pesawat Jepang yang berasal dari kapal induk Kaga dan Akagi. Setelah pihak Australia mulai kewalahan, Lerew mengirim sandi ke Mabes RAAF di Melbourne dengan motto dalam bahasa Latin “Nos Morituri Te Salutamus” (“Kami yang akan mati memberi hormat kepadamu”),[6] frase yang biasa diucapkan para gladiator Romawi sebelum bertarung. Pada tanggal 21 Januari, delapan pesawat Wirraway menyerang sebuah formasi 109 pesawat Jepang; tiga pesawat RAAF ditembak jatuh, dua mendarat darurat, dan satu lagi rusak. Satu dari pesawat pembom Jepang yang menyerang tertembak jatuh oleh meriam pertahanan udara.[7][4] Akibat dari serangan udara tersebut, artileri pesisir Australia hancur dan infanteri Australia ditarik mundur dari Rabaul. Awak sebuah perahu terbang RAAF memberi peringatan akan lokasi armada invasi Jepang sebelum mereka juga ditembak jatuh.[4]
Pada tanggal 22 Januari, Jepang mendarat di lepas pantai Irlandia Baru dan harus berjalan menembus ombak menuju ke pantai di perairan dalam yang dipenuhi kolam lumpur yang berbahaya. Kompi Independen 2/1 telah disebarkan di sekitar pulau dan Jepang merebut kota utama Kavieng tanpa perlawanan. Malam itu armada invasi mendekati Rabaul.[2]
Pada pukul 02:45 tanggal 23 Januari, Pasukan Laut Selatan mulai mendarat di Britania Baru. Batalion 3 dari Resimen Infanteri 144 menemui perlawanan keras dari pasukan setingkat kompi yang terdiri dari campuran antara anggota AIF dan milisi di Pantai Vulcan. Bagaimanapun, karena jumlah mereka lebih banyak, banyak dari anggota Pasukan Laut Selatan berhasil mendarat tanpa perlawanan di lokasi-lokasi yang tidak terjaga. Dalam waktu beberapa jam, Scanlan memerintahkan untuk “menyelamatkan diri masing-masing”, dan para serdadu Australia dan penduduk sipil berpisah menjadi kelompok-kelompok kecil dan mundur ke dalam hutan.
Hanya RAAF yang telah membuat rencana pengungsian; para personelnya diungsikan dengan perahu terbang. Serdadu-serdadu Australia tetap bersembunyi di pedalaman Britania Baru selama berminggu-minggu, tetapi Pasukant Lark tidak siap untuk peperangan gerilya di Britania Baru. Tanpa perbekalan, kesehatan dan efektivitas militer mereka menurun. Selebaran-selebaran yang dipasang patroli Jepang atau dijatuhkan dari pesawat bertuliskan bahasa Inggris, “you can find neither food nor way of escape in this island and you will only die of hunger unless you surrender.” ("Kalian tidak akan menemukan makanan ataupun jalan keluar dari pulau ini dan kalian hanya akan mati kelaparan kecuali jika kalian menyerah").[8][9] Kebanyakan serdadu Australia ditawan atau menyerah selama minggu-minggu berikutnya.
Dari daratan utama Papua Nugini, beberapa penduduk sipil dan perwira-perwira melakukan misi-misi penyelamatan tidak resmi ke Britania Baru, dan antara bulan Maret dan Mei sekitar 450 tentara dan warga sipil diungsikan lewat laut. Rabaul menjadi pangkalan terbesar Jepang di Papua Nugini. Australia mencoba untuk membatasi pembangunannya segera setelah pulau itu direbut dengan melakukan serangan pemboman pada bulan Maret. Segelintir anggota Pasukan Lark tetap bertahan di Britania Baru dan sering bekerja sama dengan warga setempat untuk melakukan operasi gerilya melawan Jepang.
Paling tidak 800 serdadu dan warga sipil yang menjadi tawanan perang—sebagian besar merupakan orang Australia—kehilangan nyawa mereka pada tanggal 1 Juli 1942, ketika kapal yang membawa mereka ke Jepang dari Rabaul—Montevideo Maru—dikaramkan di lepas pantai utara Pulau Luzon oleh kapal selam USS Sturgeon.[10][4][6]
Dari sekitar 1,050 orang Australia yang ditawan, paling tidak sekitar 130 orang dibantai pada tanggal 4 Februari 1942. Enam orang selamat dari pembantaian tersebut dan kemudian menceritakan apa yang telah terjadi. Pemerintah Australia menyimpulkan bahwa para tawanan dibawa ke hutan dekat Perkebunan Tol dalam kelompok-kelompok kecil dan kemudian ditikam dengan bayonet oleh para serdadu Jepang. Di Perkebunan Waitavalo Plantation dekat situ, 35 tawanan Australia ditembak mati.[11][12] Perwira yang bertanggungjawab akan kejahatan-kejahatan perang tersebut adalah Kolonel Masao Kusunose, yang kemudian bunuh diri sebelum dapat diadili di meja hijau.[13][14]
Di Irlandia Baru, Kompi Independen 2/1 menjadi korban dari kebijakan yang membuat mereka terpencar di sekitar pulau menjadi kelompok-kelompok kecil yang tidak mampu menjalankan penyerangan terkoordinasi ataupun perang gerilya. Anggota komando Australia, berjuang bersama dengan beberapa warga sipil, dalam kebanyakan kasus segera ditaklukkan dan dibunuh atau ditawan. Pasukan Jepang juga melakukan kekejaman terhadap tawanan perang di Irlandia Baru.
Pada bulan Desember 1943, selama Pertempuran Tanjung Gloucester, Mairinir Amerika Serikat mendarat di barat Britania Baru dan operasi-operasi Sekutu yang menyusul kemudian berangsur-angsur membatasi pergerakan pasukan Jepang ke Rabaul. Namun, sejumlah besar personel Jepang bertahan di Rabaul sampai Jepang menyerah pada bulan Agustus 1945.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.