Pertanian vertikal
jenis pertanian / From Wikipedia, the free encyclopedia
Pertanian vertikal atau indoor farming adalah praktik memproduksi makanan dan obat-obatan dalam lapisan yang ditumpuk secara vertikal, permukaan yang cenderung vertikal dan/atau terintegrasi dalam struktur lain (seperti gedung pencakar langit, gudang bekas, atau peti kemas). Ide-ide modern pertanian vertikal umumnya menggabungkan teknik pertanian dalam ruangan atau teknologi pertanian lingkungan terkendali (CEA), di mana banyak faktor lingkungan dapat dikendalikan dengan teknologi pertanian tak bertanah seperti hidroponik, akuaponik, dan aeroponik.[1] Fasilitas ini menggunakan kontrol buatan cahaya, kontrol lingkungan (kelembaban, suhu, gas, dll.) dan pemupukan. Beberapa pertanian vertikal menggunakan teknik yang mirip dengan rumah kaca, di mana sinar matahari alami dapat ditambah dengan pencahayaan buatan dan reflektor logam.[2][3][4]
Konsep modern pertanian vertikal diusulkan pada tahun 1999 oleh Dickson Despommier, profesor Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan di Universitas Columbia.[5] Despommier dan murid-muridnya membuat desain pertanian pencakar langit yang dapat memberi makan 50.000 orang.[6] Meskipun desainnya belum dibangun, ia berhasil mempopulerkan gagasan pertanian vertikal.[6] Aplikasi pertanian vertikal saat ini diperkaya dengan teknologi canggih lainnya, seperti lampu LED khusus telah menghasilkan lebih dari 10 kali hasil panen daripada pertanian tradisional.[7] Ada beberapa cara berbeda untuk menerapkan sistem pertanian vertikal ke dalam komunitas seperti di Paignton,[8] Israel,[9] Singapura,[10] Chicago,[11] Munich,[12] London,[13] Jepang,[7] dan Lincolnshire.[14]
Keuntungan utama dari pemanfaatan teknologi pertanian vertikal adalah peningkatan hasil panen yang datang dengan unit kebutuhan lahan yang lebih kecil.[15] Meningkatnya kemampuan untuk mengolah varietas tanaman yang lebih besar sekaligus karena tanaman tidak berbagi bidang tanah yang sama saat menanam adalah keuntungan lain yang didapatkan. Selain itu, tanaman relatif lebih tahan terhadap gangguan cuaca karena penempatannya di dalam ruangan, yang berarti lebih sedikit tanaman yang rusak akibat kejadian cuaca ekstrem atau tak terduga. Terakhir, karena penggunaan lahan yang minim, pertanian vertikal tidak mengganggu bagi tanaman dan hewan asli, yang mengarah pada pelestarian lebih lanjut flora dan fauna lokal.[16]
Teknologi pertanian vertikal menghadapi tantangan ekonomi yaitu biaya awal yang besar dibandingkan dengan pertanian tradisional. Di Victoria, Australia misalnya, “pertanian vertikal 10 tingkat” akan menelan biaya lebih dari 850 kali daripada pertanian tradisional di pedesaan Victoria.[17] Pertanian vertikal juga menghadapi tuntutan energi besar karena penggunaan cahaya tambahan seperti LED. Selain itu, jika energi tidak terbarukan digunakan untuk memenuhi permintaan energi ini, pertanian vertikal dapat menghasilkan lebih banyak polusi daripada pertanian tradisional atau rumah kaca.