Peronisme
From Wikipedia, the free encyclopedia
Peronisme[lower-alpha 1] atau yustisialisme[lower-alpha 2] adalah gerakan politik Argentina yang didasarkan pada gagasan dan warisan presiden Argentina Juan Perón (1895–1974).[1] Peronisme menjadi gerakan berpengaruh dalam politik Argentina abad ke-20 dan ke-21.[1] Sejak 1946, Peronis telah memenangkan 10 dari 13 pemilihan presiden di mana mereka diizinkan untuk mencalonkan diri.[2] Partai berideologi Peronisme yang paling utama adalah Partai Justisialis.[2] Kebijakan presiden-presiden Peronis sangat berbeda,[2] tetapi ideologi umumnya digambarkan sebagai "perpaduan samar antara nasionalisme dan labourisme[2] atau populisme.[1]
Perón menjadi menteri tenaga kerja Argentina setelah berpartisipasi dalam kudeta militer tahun 1943 dan terpilih sebagai Presiden Argentina pada tahun 1946.[1][3] Dia memperkenalkan program sosial yang menguntungkan kelas pekerja,[4] mendukung serikat pekerja dan menyerukan keterlibatan tambahan negara dalam perekonomian.[1] Selain itu, dia membantu para industrialis.[2] Perón sangat populer dan semakin dikagumi melalui istrinya Eva, yang memperjuangkan hak-hak pekerja migran dan dicintai oleh masyarakat.[5] Eva sangat dicintai sehingga pada tahun 1949 Juan Perón membentuk Partai Peronis Wanita, sebuah sayap baru di dalam partainya sendiri di bawah kepemimpinan Eva.[6] Karena meningkatnya inflasi dan masalah ekonomi lainnya, militer menggulingkan Perón pada tahun 1955.[7] Partai Peronis dilarang[7] dan baru pada tahun 1973 pemilihan terbuka diadakan lagi di mana Perón kembali terpilih sebagai presiden.[1]
Perón meninggal pada tahun berikutnya dan jandanya Isabel menggantikannya sebagai presiden.[1] Di bawah kepemimpinannya, Peronisme tidak lagi dicirikan sebagai antiimperialisme dan sentimen revolusioner, tetapi antikomunisme dan liberalisme ekonomi yang kuat. Kematian Perón menyebabkan perpecahan dan militer menggulingkan Isabel pada tahun 1976.[1] Peronis Carlos Menem adalah presiden selama sepuluh tahun. Kebijakannya sangat berbeda dari Peronis sebelumnya[2] karena ia berfokus pada privatisasi,[2] kebijakan pasar bebas[1] dan hubungan internasional yang baik dengan Amerika Serikat.[2] Néstor Kirchner dan istrinya Cristina Fernández de Kirchner adalah presiden selama dua belas tahun.[1] Kirchner kembali ke nasionalisme ekonomi dan mendekati autarki.[2]