Perang Saudara Somalia
artikel daftar Wikimedia / From Wikipedia, the free encyclopedia
Perang Saudara Somalia (bahasa Inggris: Somali Civil War; bahasa Somali: Dagaalkii Sokeeye ee Soomaaliya; Arab: الحرب الأهلية الصومالية) adalah sebuah perang saudara yang sedang berlangsung di Somalia. Perang ini tumbuh dari perlawanan terhadap junta militer yang dipimpin oleh Siad Barre selama tahun 1980-an. Pada tahun 1988 hingga 1990, Angkatan Bersenjata Somalia mulai melibatkan berbagai kelompok pemberontak bersenjata,[16] termasuk Front Demokratik Keselamatan Somalia di timur laut,[17] Gerakan Nasional Somalia di barat laut,[16] dan Kongres Serikat Somalia di selatan.[18] Kelompok oposisi bersenjata berbasis klan akhirnya berhasil menggulingkan pemerintahan Barre pada tahun 1991.[19]
Perang Saudara Somalia | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Konflik di Tanduk Afrika | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
1986–1991: Kelompok pemberontak sekutu:
|
1986–1991: | ||||||
1992–1995: |
1992–1993: | ||||||
2006–2009: |
2006–2009: | ||||||
2009–sekarang: Penasihat/Penghubung
|
2009–sekarang:
Mujahidin Asing | ||||||
Korban | |||||||
Korban: 300,000 (SFG)–500,000+ (AFP)[5][13][14] Pengungsi: 1.1 juta+[15] |
Berbagai faksi bersenjata mulai bersaing memperebutkan pengaruh dalam kekosongan kekuasaan dan kekacauan yang terjadi, terutama di selatan.[20] Pada tahun 1990 hingga 1992, hukum adat diabaikan untuk sementara karena pertempuran.[21] Ini memicu kedatangan pengamat militer PBB UNOSOM I pada bulan Juli 1992, diikuti oleh pasukan pemelihara perdamaian yang lebih besar. Pertarungan antar faksi berlanjut di selatan. Dengan tidak adanya pemerintah pusat, Somalia menjadi "negara gagal".[22] PBB mundur pada tahun 1995, setelah menderita korban yang signifikan, namun belum ada otoritas pusat yang dibentuk kembali.[20] Setelah runtuhnya pemerintah pusat, sebagian besar wilayah mulai kembali menerapkan hukum adat dan hukum agama mereka.[23] Pada tahun 1991 dan 1998, dua pemerintah daerah otonom juga dibentuk di bagian utara negara ini.[20] Hal ini menyebabkan intensitas pertempuran yang relatif rendah, dan SIPRI menyingkirkan Somalia dari daftar konflik bersenjata utama untuk tahun 1997 dan 1998.[24]
Pada tahun 2000, Pemerintah Transisi Nasional dibentuk, diikuti oleh Pemerintah Transisi Federal (TFG) pada tahun 2004. Kecenderungan untuk mengurangi konflik terhenti pada tahun 2005, dan konflik baru yang merusak terjadi di selatan pada tahun 2005 hingga 2007.[25] Namun, peristiwa tersebut memiliki skala dan intensitas yang jauh lebih rendah daripada di awal tahun 1990-an.[24] Pada tahun 2006, pasukan Ethiopia merebut sebagian besar wilayah selatan dari Uni Pengadilan Islam (ICU) yang baru dibentuk. ICU kemudian terpecah menjadi kelompok yang lebih radikal, terutama Al-Shabaab, yang sejak saat itu telah memerangi pemerintah Somalia dan pasukan penjaga perdamaian AMISOM yang diberi mandat untuk mengontrol negara ini. Somalia menduduki puncak Indeks Negara Gagal tahunan selama enam tahun, antara 2008 dan 2013.[26]
Pada bulan Oktober 2011, setelah rapat persiapan, pasukan Kenya memasuki wilayah selatan Somalia (Operasi Linda Nchi) untuk memerangi Al-Shabaab,[27] dan untuk membentuk zona penyangga di Somalia.[28] Pasukan Kenya secara formal diintegrasikan ke dalam pasukan multinasional pada bulan Februari 2012.[29] Pemerintah Federal Somalia kemudian didirikan pada bulan Agustus 2012, merupakan pemerintah pusat permanen pertama di negara ini sejak dimulainya perang saudara.[30] Para pemangku kepentingan dan analis internasional kemudian mulai menggambarkan Somalia sebagai "negara rapuh", yang melakukan beberapa kemajuan menuju stabilitas.[31][32][33][34]