Perang Nagorno-Karabakh
artikel daftar Wikimedia / From Wikipedia, the free encyclopedia
Perang Nagorno-Karabakh[44] adalah konflik etnik dan wilayah yang terjadi di akhir 1980an hingga tahun 1994, di enklave Nagorno-Karabakh yang ada di barat daya Azerbaijan, antara etnik Armenia yang merupakan penduduk mayoritas di Nagorno-Karabakh yang didukung oleh Armenia melawan Azerbaijan. Dalam perang tersebut, kedua bekas negara bagian Uni Soviet tersebut saling berhadapan dalam perang yang berlarut-larut di kawasan pegunungan Karabakh, di mana Azerbaijan berusaha untuk menumpas gerakan separatis Armenia di wilayah itu. Sebelum perang terjadi, parlemen enklave mengeluarkan keputusan yang menginginkan penyatuan wilayahnya dengan Armenia lewat referendum (yang ditolak oleh warga etnik Azerbaijan) dikarenakan mayoritas masyarakat memilih untuk merdeka. Pada awalnya keinginan masyarakat etnik Armenia Nagorno-Karabakh untuk menggabungkan dirinya dengan Azerbaijan dilakukan dengan cara damai, tetapi saat Uni Soviet perlahan-lahan runtuh, wacana penggabungan itu justru berubah menjadi konflik kekerasan antar dua etnik tersebut, bahkan keduanya saling mengklaim adanya pembersihan etnik antara kedua belah pihak seperti Pogrom Sumgait, Pogrom Baku dan Pembantaian Khojaly yang menjadi contoh paling terkenal.[45][46]
Perang Nagornox-Karabakh | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Konflik Nagorno-Karabakh | |||||||||
Searah jarum jam dari atas: Bekas APC Azerbaijan; pengungsi etnik Azerbaijan dari wilayah Armenia; monumen tank T-72 Armenia di Stepanakert; tentara Republik Nagorno Karabakh | |||||||||
| |||||||||
Pihak terlibat | |||||||||
1988–1991
|
1988–1991
| ||||||||
1991–1994
Suplai senjata |
1991–1994
Dukungan militer: Dukungan dari kelompok asing: Suplai persenjataan | ||||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||||
|
| ||||||||
Kekuatan | |||||||||
20,000 tentara Nagorno Karabakh + 8,000 dari Armenia[24] 500 gerbong amunisi[25] 177–187 artileri[26] 90–173 tank[26] 290–360 kendaraan lapis baja[26] 3 pesawat tempur[26] 13 helikopter[26] |
Total: 64,000 10,000 gerbong persenjataan[25] 395 artileri[33] 436[26]–458[33] tank 558[26]–1,264[33] kendaraan lapis baja 389[26]–480 kendaraan tempur lapis baja 63[26]–170 pesawat tempur 45–51 helikopter | ||||||||
Korban | |||||||||
156 tank T-72 direbut pasukan Armenia[39] 47 pesawat hancur[40] Awal 1992, setidaknya: 55 T-72 hancur, 24 BMP-2 hancur, 15 APC hancur, 25 artileri berat hancur[41] | |||||||||
Korban penduduk sipil:
Penduduk sipil hilang: Pengungsi: |
Kekerasan antaretnik mulai pecah saat parlemen Oblast Otonom Nagorno-Karabakh (yang ada di Azerbaijan) memutuskan untuk menggabungkan wilayahnya dengan Armenia pada 20 Februari 1988. Keputusan pemisahan diri dari Azerbaijan tersebut, merupakan hasil akhir dari konflik wilayah berkepanjangan antar kedua negara/etnik.[47] Keputusan tersebut menimbulkan kemarahan negara induknya Azerbaijan sehingga menyebabkan pemerintah Azerbaijan memutuskan mencabut hak otonomi oblast tersebut. Menyadari hal tersebut, etnik mayoritas Armenia memutuskan mengadakan referendum yang menghasilkan mayoritas suara merdeka. Mereka kemudian memutuskan mendeklarasikan Republik Nagorno-Karabakh (yang tidak diakui negara lain).
Setelah runtuhnya Uni Soviet pada Desember 1991, ketegangan antar kedua negara yang baru merdeka tersebut menjadi semakin memanas dan akhirnya pecah menjadi konflik bersenjata pada awal tahun 1992. Upaya perdamaian dan mediasi yang ditawarkan sejumlah lembaga internasional seperti Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE), menemui kegagalan. Pada awal 1993, pasukan Armenia berhasil menguasai wilayah di luar batas bekas oblast Nagorno-Karabakh, sehingga menyebabkan kemarahan negara di sekitarnya yang mengancam akan terlibat dalam perang tersebut.[48] Pada akhir perang pada tahun 1994, pasukan Armenia berhasil menguasai penuh enklaf tersebut (kecuali Wilayah Shahumyan) ditambah daerah-daerah di sekitarnya, terutama Koridor Lachin, jalur pegunungan yang menghubungkan Nagorno-Karabakh dengan daratan Armenia. Kedua negara kemudian mentandatangani gencatan senjata yang diusulkan Rusia pada Mei 1994 yang mengakhiri perang. Upaya-upaya mediasi dan pembicaraan damai antar kedua negara, sayangnya masih belum menemukan titik terang, sehingga status wilayah Nagorno-Karabakh menjadi tidak jelas. Di wilayah tersebut berdiri Republik Artsakh yang de facto merdeka dan adanya penguasaan 9% wilayah Azerbaijan oleh Armenia, tetapi keduanya tidak diakui secara internasional.[49] Diperkirakan hampir 230,000 penduduk etnis Armenia yang sebelumnya tinggal di Azerbaijan dan 800,000 penduduk etnis Azerbaijan yang sebelumnya tinggal di Karabakh dan Armenia terpaksa mengungsi ke wilayah lain karena konflik ini.[50]