![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/87/Siege_of_Amorium.jpg/640px-Siege_of_Amorium.jpg&w=640&q=50)
Penjarahan Amorion
From Wikipedia, the free encyclopedia
Penjarahan Amorion (disebut Ammuriyah dalam sumber Muslim) yang dilancarkan oleh Kekhalifahan Abbasiyah pada pertengahan Agustus 838 merupakan salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Peperangan Arab-Bizantium. Pasukan Abbasiyah dipimpin secara langsung oleh Khalifah al-Mu'tashim (memerintah 833–842) dan bertujuan membalas penyerangan oleh Kaisar Bizantium Teofilos (memerintah 829–842) terhadap wilayah perbatasan kekhalifahan setahun sebelumnya. Khalifah al-Mu'tashim menyerang Amorion, sebuah kota Bizantium di Anatolia bagian barat, karena tempat tersebut adalah tempat kelahiran dinasti pemerintahan Bizantium dan salah satu kota terbesar dan terpenting di wilayah Bizantium pada masa itu. Sang khalifah berhasil mengumpulkan pasukan dalam jumlah yang besar, yang kemudian ia bagi menjadi dua. Kedua pasukan ini lalu menyerbu dari timur laut dan selatan. Pasukan timur laut berhasil mengalahkan pasukan Bizantium yang dipimpin oleh Teofilos di Anzen, alhasil pasukan Abbasiyah dapat memasuki pedalaman Asia Kecil dan berkumpul di Ankira, yang mereka temukan dalam keadaan ditinggalkan. Setelah menjarah kota tersebut, mereka bergerak ke arah selatan menuju Amorion. Mereka tiba di kota tersebut pada 1 Agustus. Teofilos sendiri tidak dapat mengirimkan bala bantuan ke Amorion akibat persekongkolan di Konstantinopel dan pemberontakan kontingen Khurramiyah.
Penjarahan Amorion | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Peperangan Arab–Bizantium | |||||||
![]() Miniatur dari Skylitzes Matritensis yang menggambarkan pengepungan Amorion oleh pasukan Abbasiyah | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Kekaisaran Bizantium | Kekhalifahan Abbasiyah | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Kaisar Teofilos Aetios |
Khalifah al-Mu'tashim Afsyin Asyinas Ja'far bin Dinar al-Khayyat 'Ujayf bin 'Anbasa | ||||||
Kekuatan | |||||||
Sekitar 40.000 prajurit angkatan darat,[1] sekitar 30.000 di Amorion[2] | 80.000[3] | ||||||
Korban | |||||||
30.000–70.000 prajurit dan warga tewas[4][5] | Tidak diketahui |
Amorion memiliki pertahanan yang sangat kuat, tetapi ada seorang pengkhianat yang membocorkan keterangan mengenai titik lemah di tembok kota tersebut, alhasil pasukan Abbasiyah memusatkan serangan mereka di tempat itu dan berhasil menjebol pertahanan kota. Boiditzes yang merupakan panglima di sisi tembok tersebut kemudian mencoba berunding dengan Abbasiyah tanpa memberitahukan atasannya terlebih dahulu. Ia lalu menyepakati gencatan senjata dan meninggalkan tempatnya bertugas, sehingga pasukan Abbasiyah dapat memasuki kota Amorion dan merebutnya. Amorion lalu dihancurkan dan tidak dapat bangkit lagi seperti sebelumnya. Banyak warganya yang dibantai dan sisanya diperbudak. Kebanyakan dari mereka yang selamat akhirnya dilepaskan setelah disepakatinya gencatan senjata pada tahun 841. Namun, para pejabat penting dibawa ke ibu kota Abbasiyah di Samarra dan beberapa tahun kemudian dihukum mati karena mereka menolak masuk Islam. Semenjak itu, mereka dikenal dengan julukan 42 Martir Amorion. Peristiwa tersebut juga dijadikan subjek oleh Abu Tammam dalam membuat Syair Pujian tentang Penaklukan Amuriyyah (bahasa Arab: بمناسبة معركة عمورية) dan dimanfaatkan sebagai sarana untuk melegitimasi kekuasaan oleh Al-Mu'tashim.
Penaklukan Amorion tidak hanya menjadi malapetaka bagi Teofilos, tetapi juga membuat trauma rakyat Bizantium, seperti yang bisa dilihat dalam karya-karya sastra yang ditulis sesudahnya. Penjarahan ini memang tidak mengubah keseimbangan kekuatan di antara Bizantium dan Abbasiyah. Secara perlahan, Bizantium justru malah semakin menguat. Namun, dampak terbesar dari peristiwa ini dapat ditilik dari segi keagamaan. Kaisar Teofilos sangat mendukung ikonoklasme (penolakan gambar-gambar dalam beragama) yang diyakini akan merahmati Bizantium dengan kemenangan yang gemilang. Penjarahan ini meruntuhkan keyakinan tersebut, alhasil kejatuhan Amorion menjadi faktor penting yang mendorong orang-orang meninggalkan ikonoklasme setelah Teofilos wafat pada tahun 842.