Pangeran Perbatasari
From Wikipedia, the free encyclopedia
Gusti Kacil atau Gusti Muhammad Tarip (Syarif) bergelar Pangeran Perbatasari adalah mangkubumi Kesultanan Banjar (Pagustian) dan sekaligus seorang pejuang perang Banjar. Kampanye Pangeran Perbatasari berlangsung antara tahun 1882-1885.[1]
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Juli 2024) |
Pangeran Perbatasari/Muhammad Tarip | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Mangkubumi Pagustian Banjar | |||||||||
Pangeran Mangkubumi XVII | |||||||||
Berkuasa | 1875-1885 | ||||||||
Penobatan | 1875 | ||||||||
Pendahulu | Panembahan Muda Muhammad Said | ||||||||
Penerus | Pangeran Muhammad Arsyad bin Panembahan Muda Muhammad Said dengan Putri Bulan binti Pangeran Kasir (Raja Batu Licin) | ||||||||
Wali Sultan Pagustian Banjar XVII | |||||||||
Berkuasa | 1875-1885 | ||||||||
Penobatan | 1875 | ||||||||
Informasi pribadi | |||||||||
Kelahiran | Distrik Martapura, Kesultanan Banjar | ||||||||
Kematian | 1904 Kampung Jawa, Tondano Utara, Minahasa | ||||||||
Pemakaman | |||||||||
Wangsa | Dinasti Pagustian Banjar | ||||||||
| |||||||||
Ayah | Panembahan Muda Muhammad Said | ||||||||
Ibu | Putri Bulan binti Pangeran Kassir | ||||||||
Pasangan | 1. Gusti Dijah binti Sultan Muhammad Seman Dengan Nyai Banun
2. Gusti Sarehat | ||||||||
Anak | Pernikahan dengan Gusti Hadidjah :
Pernikahan dengan Gusti Sarehat :
Pernikahan dengan Rasni Mas Hanafie :
Pernikahan dengan Nyai :
| ||||||||
Agama | Islam Sunni |
Perang Banjar (1859-1905), yang melibatkan Pangeran Antasari, meletus saat Kesultanan Kutai di bawah pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Dalam rangka menggalang dukungan raja-raja di pesisir timur Pulau Kalimantan, pihak Banjar mengerahkan Pangeran Perbatasari. Pangeran Perbatasari adalah menantu dari Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari. Kerajaan Pasir dan Kerajaan Kutai pun berusaha dia datangi. Namun, Perbatasari rupanya gagal mendapat dukungan Kerajaan Pasir. “Pertemuan antara Perbatasari dan Sultan Pasir tidak sempat terjadi karena Sultan segera kembali ke ibu kotanya. Besar kemungkinan alasannya karena Sultan Pasir ketika itu tidak ingin terlibat dalam perlawanan terhadap pemerintah Belanda,” tulis Helius Sjamsuddin dalam Pegustian dan Temenggung: Akar Sosial, Politik, Etnis, dan Dinasti perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, 1859-1906 (2001:328).
Setelah gagal mendapat dukungan dari Sultan Pasir, Perbatasari dan pengikutnya menuju Kutai untuk meminta dukungan Sultan Kutai. Namun Sultan Kutai, Sultan Aji Muhammad Sulaiman malah menyerahkannya kepada pihak Belanda. "Bagaimanapun Perbatasari dan orang-orangnya dengan mudah tetapi 'secara khianat' ditangkap atas perintah Sultan Kutai dan kemudian mereka diserahkan kepada Asisten Residen Tromp,” tulis Helius Sjamsuddin.