Loading AI tools
perusahaan asal Jepang Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Mitsubishi Heavy Industries, Ltd. (三菱重工業株式会社 , Mitsubishi Jūkōgyō Kabushiki-kaisha, secara informal MHI) adalah sebuah perusahaan rekayasa, peralatan listrik, dan elektronik multinasional yang berkantor pusat di Tokyo, Jepang. MHI adalah salah satu perusahaan inti dari Mitsubishi Group dan departemen produksi mobilnya merupakan pendahulu dari Mitsubishi Motors.
Nama asli | 三菱重工業株式会社 |
---|---|
Nama latin | Mitsubishi Jūkōgyō Kabushiki-kaisha |
Publik KK | |
Kode emiten | TYO: 7011 |
Industri | Rekayasa Peralatan listrik Elektronik Dirgantara Pertahanan |
Didirikan | 1884 |
Pendiri | Yataro Iwasaki |
Kantor pusat | Marunouchi Nijūbashi Building, Marunouchi, Chuo, Tokyo, |
Wilayah operasi | Global |
Tokoh kunci | Shunichi Miyanaga (Chairman) Seiji Izumisawa Presiden & CEO) |
Pendapatan | ¥4041,3 milyar (2019)[1] |
¥53,2 milyar (2019)[1] | |
¥312,1 milyar (2019)[1] | |
Total aset | ¥4985,6 milyar (2019)[1] |
Total ekuitas | ¥1290,0 milyar (2019)[1] |
Karyawan | 81.631 |
Divisi | Kapal Laut dan Samudera Mesin Tenaga Permesinan dan Struktur Besi Dirgantara dan Antariksa Produk Berukuran Sedang |
Anak usaha |
|
Situs web | www |
Produk MHI antara lain komponen dirgantara dan otomotif, pendingin udara, elevator, forklift, peralatan hidraulik, peralatan mesin, rudal, peralatan pembangkitan listrik, mesin cetak, kapal, pesawat terbang, sistem perkeretaapian, serta kendaraan peluncur antariksa.[2][3] Melalui bisnisnya yang terkait dengan militer, MHI merupakan kontraktor pertahanan dengan pendapatan terbesar ke-23 di dunia dan merupakan yang terbesar di Jepang pada tahun 2011.[4]
Pada tahun 1857, sesuai permintaan dari Keshogunan Tokugawa, sekelompok insinyur asal Belanda mulai mengerjakan Nagasaki Yotetsusho, sebuah galangan kapal dan pencetakan logam modern bergaya Barat di dekat permukiman Belanda di Dejima, Nagasaki.[5] Nagasaki Yotetsusho kemudian diubah namanya menjadi Nagasaki Seitetsusho pada tahun 1860, dan konstruksi pun selesai pada tahun 1861. Pasca Restorasi Meiji pada tahun 1868, Nagasaki Seitetsusho diletakkan di bawah kendali Pemerintah Meiji Jepang. Pembangunan dok kering pertama pun selesai pada tahun 1879.
Pada tahun 1884, Yataro Iwasaki, pendiri Mitsubishi, resmi menyewa Nagasaki Seitetsusho dari pemerintah Jepang, dan mengubah namanya menjadi Nagasaki Shipyard & Machinery Works, dan mulai membuat kapal dalam skala besar. Iwasaki kemudian resmi membeli Nagasaki Seitetsusho pada tahun 1887. Pada tahun 1891, Mitsubishi Heavy Industries - Yokohama Machinery Works memulai sejarahnya dengan nama Yokohama Dock Company, Ltd. Bisnis utamanya adalah perbaikan kapal, dan pada tahun 1897 juga mulai melayani perawatan kapal.[6] Galangan kapal tersebut kemudian diubah namanya menjadi Mitsubishi Shipyard of Mitsubishi Goshi Kaisha pada tahun 1893. Dok kering tambahan juga selesai dibangun pada tahun 1896 dan 1905.[5]
Pada tahun 1914, Mitsubishi Heavy Industries - Shimonoseki Shipyard & Machinery Works resmi didirikan untuk memproduksi permesinan industrial dan kapal dagang.[7]
Pada tahun 1917, Nagasaki Shipyard & Machinery Works diubah namanya menjadi Mitsubishi Shipbuilding & Engineering Company, Ltd. dan kembali diubah menjadi Mitsubishi Heavy Industries pada tahun 1934. Mitsubishi Heavy Industries pun menjadi perusahaan swasta terbesar di Jepang, dengan bisnis di bidang produksi kapal, alat berat, pesawat terbang, dan gerbong kereta api. Mitsubishi Heavy Industries lalu digabung dengan Yokohama Dock Company pada tahun 1935.[6] Sejak didirikan, galangan kapal Mitsubishi di Nagasaki telah mengerjakan banyak kontrak dari Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Kapal perang terbesar Jepang, Musashi pun selesai dibuat di Nagasaki pada tahun 1942. Mitsubishi Heavy Industries menaungi sejumlah perusahaan, yakni Mitsubishi Steel and Arms Works, Akunoura Engine Works, Mitsubishi Arms Plant, Mitsubishi Electric Shipyards, Mitsubishi Steel and Arms Works, dan Mitsubishi-Urakami Ordnance Works, yang mempekerjakan 90% dari total tenaga kerja di Nagasaki, serta menyumbang 90% dari total industri di Nagasaki.[8] Hal tersebut pun menjadikan Nagasaki sebagai target yang layak untuk pengeboman strategis selama Perang Dunia II oleh angkatan udara Sekutu, yang akhirnya menjatuhkan sebuah bom atom di Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945. Pengeboman tersebut, yang terjadi tiga hari setelah pengeboman Hiroshima, pun menjadi pukulan telak bagi pimpinan Jepang, dan akhirnya mengarah pada penyerahan diri Jepang enam hari kemudian.
Kobe Shipyard of Mitsubishi Goshi Kaisha didirikan pada tahun 1905. Kobe Shipyard lalu digabung dengan Mitsubishi Heavy Industries pada tahun 1934. Kobe Shipyard membuat kapal samudera Argentina Maru (kemudian diubah menjadi sebuah kapal induk Kaiyo), dan kapal selam I-19 dan I-25.[9]
Pasca pembubaran zaibatsu setelah Jepang menyerahkan diri pada akhir Perang Dunia II, Mitsubishi pun dibagi menjadi tiga perusahaan pada bulan Januari 1950, yakni Mitsubishi Nagasaki menjadi West Japan Heavy Industries, Ltd, Kobe Shipyard menjadi Central Japan Heavy-Industries, Ltd.,[9] dan cabang Yokohama menjadi East Japan Heavy-Industries, Ltd. Pada tanggal 28 April 1952, pendudukan Jepang berakhir, sehingga larangan untuk menggunakan nama zaibatsu juga berakhir.[10] Ketiga perusahaan tersebut pun mengubah namanya pada tanggal 7 Mei 1952, yakni West Japan Heavy Industries (Nagasaki Shipyard) mengubah namanya menjadi Mitsubishi Shipbuilding & Engineering Co., Ltd.,[5] Central Japan Heavy Industries, Ltd. mengubah namanya menjadi Shin-Mitsubishi Jukogyo K.K. (juga berbisnis dengan nama Mitsubishi Heavy Industries, Reorganized, Ltd.;[11] shin berarti "baru"), sementara East Japan Heavy-Industries mengubah namanya menjadi Mitsubishi Nippon Heavy Industries.[10]
Pada tahun 1964, ketiga perusahaan tersebut resmi bergabung untuk membentuk Shin-Mitsubishi Jukogyo dan kemudian menjadi Mitsubishi Heavy Industries, Ltd. Nagasaki Shipyard diubah namanya menjadi Nagasaki Shipyard & Engine Works. Sementara Kobe Shipyard diubah namanya menjadi Mitsubishi Heavy Industries - Kobe Shipyard & Machinery Works.[12]
Pada tahun 1970, departemen suku cadang mobil MHI resmi dipisah dengan nama Mitsubishi Motors.
Pada tahun 1974, kantor pusat MHI di Tokyo menjadi target pengeboman yang menewaskan delapan orang.
Pada bulan Januari 2005, MHI berpartisipasi dalam upaya penyelamatan Mitsubishi Motors senilai ¥540 milyar, bersama Mitsubishi Corporation dan Mitsubishi Tokyo Financial Group.[13][14] Sebagai bagian dari penyelamatan, MHI mengakuisisi saham Mitsubishi Motors senilai ¥50 milyar, sehingga meningkatkan kepemilikan sahamnya di Mitsubishi Motors menjadi 15%, dan menjadikan Mitsubishi Motors sebagai afiliasinya lagi. Penyelamatan darurat tersebut dilakukan empat tahun setelah adanya skandal penarikan produk di Jepang, yang dipicu oleh tuduhan Mitsubishi Motors berupaya menyembunyikan cacat produksi secara sistematis untuk menghindari penarikan, serta masalah pemasaran di Amerika Serikat.[13]
Pada bulan Oktober 2009, MHI mengumumkan pesanan 100 unit pesawat jet regional dari Trans States Holdings asal Amerika Serikat.[15][16]
Pada bulan Agustus 2011, MHI mengadakan diskusi dengan Hitachi mengenai potensi penggabungan antara keduanya, yang jika terjadi, akan menjadi penggabungan dua perusahaan asal Jepang terbesar dalam sejarah.[17][18] Diskusi tersebut kemudian dihentikan dan ditunda.[19]
Pada bulan November 2012, MHI dan Hitachi setuju untuk menggabungkan bisnis pembangkitan listrik termal milik keduanya guna membentuk sebuah joint venture yang 65% sahamnya dipegang oleh MHI dan sisanya dipegang oleh Hitachi.[20][21] Joint venture tersebut pun mulai beroperasi pada bulan Februari 2014 dan berakhir pada tahun 2020, karena Hitachi menyerahkan saham yang dipegangnya ke MHI.[20][21][22]
Pada bulan Juni 2014, Siemens dan MHI mengumumkan pembentukan joint venture untuk mengajukan tawaran pembelian terhadap bisnis energi dan transportasi milik Alstom (lokomotif, turbin uap, dan mesin pesawat terbang) yang sedang bermasalah. Tawaran pembelian juga diajukan oleh General Electric (GE), namun mendapat kritik dari pemerintah Prancis, yang menganggap bisnis Alstom sebagai sebuah "kepentingan vital nasional", dan pada saat itu, tingkat pengangguran Prancis berada di atas 10%, sehingga sejumlah pemilih pun beralih ke partai konservatif.[23] Namun tawaran dari GE akhirnya diterima.[24]
MHI masuk ke bisnis kereta cepat pada tahun 1995, dengan memproduksi kereta MLX01 SCMaglev, namun akhirnya keluar dari bisnis tersebut pada tahun 2017, setelah mengalami kesulitan biaya pengembangan Mitsubishi SpaceJet, dan ketidaksetujuan dengan Central Japan Railway Company mengenai biaya produksi kereta SCMaglev.[25]
MHI memiliki pabrik dirgantara di Nagoya, Aichi, Komaki, Aichi, dan Mississauga, Kanada.
Pada dekade 1950-an, perusahaan ini mulai masuk kembali ke industri dirgantara. Bersama perusahaan besar asal Jepang yang lain, MHI terlibat dalam perancangan dan produksi NAMC YS-11, pesawat terbang buatan Jepang pertama yang diproduksi pasca Perang Dunia II.[26] Pada tahun 1956, perancangan Mitsubishi MU-2 dimulai, dan menjadi rancangan pesawat terbang pertama dari MHI pasca perang.[27]
Pada sektor pertahanan, MHI telah memproduksi pesawat tempur jet untuk Angkatan Udara Bela Diri Jepang dan helikopter anti-kapal selam untuk Angkatan Laut Bela Diri Jepang, serta mesin pesawat terbang, rudal, dan torpedo.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.