Loading AI tools
grup vokal asal indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Lingua merupakan grup vokal yang berasal dari Indonesia. Lingua dibentuk pada tahun 1996 dengan 3 anggotanya, yaitu Frans Mohede, Amara, dan Arie Widiawan.[1] Sepanjang karier dari grup ini, Lingua telah merilis empat album dan empat singel, yakni tiga album studio dan satu album mini kompilasi, serta merilis empat singel, yakni dua singel non album dan dua singel daur ulang. Lingua telah merilis beberapa singel yang melejitkan nama mereka, seperti "Bila Kuingat", "Jangan Kau Henti", "Takkan Habis Cintaku", serta "Mampu Bertahan". Menjadikan Lingua sebagai pelopor trio vokal di industri musik Indonesia. Selain Lingua, ada juga grup musik format trio dengan dua laki-laki dan satu perempuan yang pertama di indonesia setelah Elfa's Singers.[2][3]
Lingua | |
---|---|
Lahir | 16 Maret 1996 |
Asal | Jakarta, Indonesia |
Genre | |
Tahun aktif | 1996 – 2001 2015 – sekarang |
Label | |
Artis terkait | Berlima Coboy |
Situs web | linguamusik |
Anggota |
Kekuatan grup vokal ini, selain dari gaya musik mereka usung lain dari pasar musik indonesia. Lingua terkenal dengan gaya busana unik dan nyentrik, baik aksesoris maupun busana ia kenakan dalam di setiap penampilannya maupun konsep video klip mereka bawakan, salah satu menjadi ciri khasnya.[4][5] Lingua juga terkenal sebagai grup vokal dengan prinsip idealisme dalam berkarya sangat kuat sesuai prinsip mereka, baik secara sistem maupun tren.[6]
Terbentuknya Lingua berawal dari keisengan para anggotanya saat berkumpul pada tahun 1996 ini dilandasin dari Frans dan Amara awalnya menyanyi hanyalah sebuah hobi mereka, sedangkan Arie memiliki latarbelakang pendidikan musik Elfa's Music School Bandung.[2]
Sebelum masuknya Arie, sebenarnya mereka sudah memiliki salah satu anggota tetap, bahkan sudah membuat demo rekaman dengan formasi dua pria dan satu wanita untuk masuk rekaman, setelah mendapat tawaran untuk masuk dapur rekaman, salah satu anggotanya resmi mengundurkan diri, atas rekomendasi dari Dody Is (Kahitna), Arie resmi menggantikan anggota sebelumnya sudah terlebih dahulu mengundurkan diri. Setelah pengunduran diri anggota tersebut, akhirnya mereka sepakat membuat demo rekaman.[7]
Lingua mengawali kariernya dengan merilis debut album pertama mereka, yang berjudul Bila Kuingat dirils pada Desember 1996.[8] Lingua kembali merilis album kedua, yang berjudul Bintang dirilis pada Desember 1998.[8] Pada tahun 1999, Lingua kembali merilis album repackage dari album Bintang, yang berjudul Aku dirlis pada April 1999.[8] Setelah merilis album kedua, Lingua memutuskan untuk vakum dari industri musik Indonesia. Karena tidak memperbarui kontrak mereka dengan label rekaman besar,[9] dan memutuskan untuk memproduksi album secara independen.[10] Karena mereka menolak secara terang-terangan mengakui bahwa kondisi perkembangan industri musik Indonesia selalu berubah dan tidak menentu[6] tidak sesuai dengan prinsip mereka, yakni idealis kompromis.[11] serta situasi perkembangan terhadap industri musik indonesia saat itu terkena dampak krisis finansial melanda wilayah di asia, termasuk indonesia.[12] dilandasin pengakuan dari Amara. Ia mengatakan. "tapi melihat perkembangan industri musik sekarang, lebih baik mundur teratur, Udah beda banget industri musik di Indonesia".[13][14] selain itu, hampir sama dengan pernyataan dari Amara menurut pengakuan dari Frans Mohede. Ia mengatakan. "Sebetulnya mau hidupkan lagi Lingua tapi kan udah umur berapa juga kita. Biarkan yang masih muda saja, lagian karya musik dan cara apresiasinya kini udah berbeda." [15] Dari pernyataan tersebut, mempertegas alasan Lingua vakum dari industri musik indonesia, yakni mempertahankan sikap idealis mereka selama ini seringkali dianggap terlalu idealis oleh hampir sebagian besar label rekaman besar di indonesia karena dianggap tidak mau mengikuti pasar sehingga memunculkan isu pencekalan mereka karena isu pernikahan Frans - Amara tidak direstui oleh Ibunda Amara,[16] serta seringkali dianggap bubar oleh sebagian besar penikmat musik indonesia semenjak Lingua memutuskan untuk vakum dari industri musik indonesia.[12]
Setelah vakum selama 14 tahun dari industri musik karena kesibukan para personelnya.[1] Sekaligus menepis isu telah lama beredar selama ini mereka telah bubar karena pernikahan Frans - Amara tidak direstui oleh Ibunda Amara, serta sikap mereka dianggap terlalu idealis karena pencekalan mereka selama ini,[16] isu tersebut langsung dibantah oleh pengakuan dari Amara sendiri. Ia mengatakan. "Lingua itu masih ada. Tapi bukan masih ada albumnya, tapi kita enggak bubar."[17] Selain itu, hampir sama dengan pernyataan Amara menurut pengakuan dari Arie Widiawan sendiri. Ia mengatakan. “Lingua vakum karena kesempatan rekaman sudah tidak memungkinkan. Terakhir kami merilis album Bintang. Album itu menghasilkan hit, 'Tak Kan Habis Cintaku' dan 'Aku'. Setelah itu tidak ada album baru. Kami menjalani kontrak per album dengan perusahaan rekaman. Setelah album Bintang edar, terjadi krisis ekonomi.”[12]
Lingua kembali berkarya, kali ini ia berkolaborasi dengan Coboy dengan nama Colabo, Collaboration of Lingua and Coboy dengan mengawali langkahnya, Colabo merilis singel, yang berjudul Good Time dirilis pada tahun 2015, merupakan karya pertama mereka kembali berkarya setelah 14 tahun vakum dari Industri musik Indonesia.[18] Selama vakum Lingua sempat melakukan aktiivitas manggung kembali pada tahun 2011 setelah 10 tahun vakum tidak melakukan aktivitas manggung tampil sebuah acara tv Zona Memori di MetroTV.[19] Pada tahun 2014, Lingua kembali manggung lagi di konser Yovie Widianto & His Friends Irreplaceable Concert Part 2 di Bandung dengan menyanyikan dua lagu mereka dengan Bila Kuingat dan Bintang berkolaborasi dengan HIVI!.[20]
Lingua kembali merilis album ketiga, yang berjudul Mampu Bertahan dirilis secara ekslusif di Apple Music pada 20 Oktober 2016. Seminggu setelah perilisanmya pada 28 Oktober 2016 dirilis di semua layanan streaming.[21] Pada tahun yang sama, mereka juga terlibat sebagai model video klip dalam lagu Curhat Lagi - Neo merupakan model video klip pertama mereka dalam satu grup, sebelumnya.kedua personel mereka, yakni Amara, dan Arie Widiawan juga pernah terlibat sebagai model video klip Iwa K.[22] Pada tahun 2017, Lingua kembali merilis singel non album terbaru mereka, yang berjudul Arti Sebuah Keangkuhan dirilis secara ekslusif pada tanggal 1 Desember 2017 di Apple Music. Dirilis dua minggu setelah perilisannya pada 15 Desember 2017 di semua layanan streaming.[23]
Pada tahun 2019, Lingua kembali merilis singel daur ulang mereka, yang berjudul Jangan Kau Henti dirilis pada 22 Maret 2019. kali ini mereka berkolaborasi dengan Syifa Hadju.[24] Di tahun yang sama, Lingua kembali merilis singel daur ulang mereka, yang berjudul Bila Kuingat dirilis pada 8 November 2019, mereka kembali berkolaborasi lagi, kali ini dengan Nagita Slavina.[3] Pada tahun 2020, Lingua kembali merilis singel non album kedua terbaru mereka, yang berjudul Temani Malamku dirilis pada 27 November 2020.[25]
Untuk gaya musiknya, Lingua masih berpegang teguh pada paten dari awal karier mereka, yakni tidak akan keluar dari koridor musiknya Lingua, Baik secara aransemen vokal maupun aransemen musiknya. Untuk aransemen vokal tidak keluar dari karakteristik dan warnanya.[26][27] Sedangkan untuk hal dalam aransemen musik, tetap mengeksplorasi ruang musik yang ada dengan eksperimentasi berbagai genre musik lebih banyak dipengaruhi oleh gaya musiknya R&B, Jazz, Elektronik serta sedikit pengaruh Folk tanpa meninggalkan karakter musik Lingua,[25] merupakan salah satu bagian dari prinsip khusus dari Lingua tidak dipisahkan dari pilihan lagu, aransemen vokal, dan konsep video klip.[1]
Untuk pemilihan lagu tetap mempertahankan karakter Lingua[28] dari secara aransemen vokal maupun aransemen musik karena musik mereka bawakan selama ini tetap memperhatikan karakter Lingua lebih mengutamakan dari aransemen musik dengan eksperimentasi berbagai genre musik maupun aransemen vokal mereka bawakan,[26] merupakan salah satu bagian dari prinsip khusus Lingua tidak dipisahkan dari pilihan lagu, aransemen vokal, dan konsep video klip.[1]
Untuk pembuatan musik mereka sebagian besar bekerjasama dengan beberapa musisi ternama, bahkan mereka mengakui sebagian besar tidak mahir memainkan alat musik,[29] termasuk proses kreatif dalam pembuatan musik mereka buat cukup memakan waktu karena lebih mengutamakan kualitas sesuai prinsip idealisme mereka tersebut.[30] Selain itu, pembuatan album maupun singel mereka kerjakan dilakukan lebih mengutamakan pasar musik tidak terbawa arus,[13] serta pembuatan album maupun mereka rilis sehingga berbeda dari segi aransemen, termasuk strategi pemasaran terhadap industri musik indonesia sesuai prinsip mereka tersebut.[31] Salah satunya pembuatan album ketiga mereka dibuat selama 14 tahun. Salah satu pembuatan album mereka terlama dari mereka buat sebelumnya.[32]
Untuk penulisan lagu hampir sebagian besar berasal dari beberapa pencipta lagu ternama, dan Amara turut andil menciptakan beberapa lagu di setiap album Lingua dirilis,[21] dan sebagian besar lagu mereka rilis lebih banyak bertemakan tentang percintaan secara universal, yakni lebih banyak bertemakan tentang persahabatan dan kebersamaan, spiritualitas dan toleransi lebih banyak mengambil nilai - nilai pluralisme agama dan etnis di Indonesia.[33] Yakni setiap album maupun singel mereka rilis terdiri dari album pertama mereka lebih banyak bertemakan mengenai percintaan universal lebih banyak mengambil perspektif tentang percintaan kehidupan sehari - hari dan persahabatan.[8] Album kedua mereka, justru lebih banyak menceritakan tentang percintaan universal dengan perspektif persahabatan, toleransi, dan spiritualitas.[8] Di album ketiga mereka tetap mempertahankan dari dua album sebelumnya, kali ini lebih banyak mengambil perspektif tentang spiritualitas, dan percintaan sehari - hari.[21]
Lingua menyatukan karakter vokal mereka berbeda-beda dari Amara, Arie dan Frans dengan membangun pondasinya sangat kuat dengan paduan suara bass Frans lebih cenderung dengan karakter vokalnya yang Tenor dengan sedikit meliuk-liuk ke nada-nada tinggi dengan falsettonnya, sementara suara Arie lebih cenderung dengan karakter vokalnya Bariton dengan meliuk-liuk ke nada-nada tinggi, terkadang dibagian suara bass, sedangkan Amara yang sedap secara audio dengan karakter vokalnya yang Alto dengan ciri khas vokalnya serak-serak terdengar berat dengan sedikit teriakan yang kuat.[8]
Lingua terkenal dengan harmonisasi vokal sangat kuat di sesuaikan dengan balada yang tulus dan emosional dengan pembagian harmonisasi vokal mereka yang khas terdiri dari Frans melakukan improvisasi vokal dengan falsetto yang khas ditengah-tengah, ia juga terkadang sedikit bagian bass, sementara Arie lebih cenderung meliuk-meliuk ke nada tinggi, terkadang ia melakukan improvisasi suara falsetto tidak terlalu tinggi dan lebih sering di bagian bass, sedangkan Amara lebih banyak di bagian reff, terkadang juga di bagian verse dengan karakter vokalnya berat, ia juga melakukan improvisasi vokal dengan sedikit teriakan yang khas.[8][34]
Pengaruh Lingua sangatlah besar tidak terlepas dari peran Amara, Amara sangat berperan besar dibalik suksesnya karakter Lingua dari gaya busana maupun konsep video klip ia mereka buat selama ini. Selain itu, Amara dikenal sebagai paling berpengaruh besar di Lingua, dari secara karakter vokal (audio) maupun visual, secara karakter vokalnya serak - serak cenderung berat. Dengan karakter vokalnya tersebut, banyak beranggapan diawal kemunculannya bersama Lingua dianggap tidak bagus karena karakter vokalnya, secara visual ia dikenal dengan aksi panggung yang tidak biasa sangat memukau dan unik dengan gaya busana maupun aksesoris ia kenakan kebanyakan berwarna putih sebagai ciri khas Amara sehari hari ini menjadikan Amara sebagai salah satu penyanyi memiliki kelebihannya tidak dimiliki oleh penyanyi wanita indonesia lainnya pada umumnya karena aksi panggungnya tidak biasa.[4][8]
Lingua sangat berpegang teguh dengan citra mereka, yakni tetap mempertahankan karakter mereka ia bangun di awal karier mereka, dari pemilihan lagu, aransemen vokal, dan konsep video klip salah satu prinsip tidak dipisahkan dari Lingua sebagai salah satu grup vokal tetap konsisten dengan prinsip selama ini.[1] Selain itu, Lingua terkenal sebagai grup musik menjunjung tinggi terhadap nilai - nilai idealisme kuat, yakni idealis kompromis salah satu prinsip mereka selama ini.[11] Salah satunya mempertahankan nilai idealisme mereka dari pembuatan musik, strategi pemasaran hingga pembuatan video klip dilakukan sendiri salah satu biasa dilakukan oleh musisi - musisi di jalur independen.[30] Sehingga citra mereka melekat selama ini dikenal sebagai "grup vokal kreatif" karena kreatifitas mereka sesuai idealisme mereka.[30] serta dikenal sebagai "grup vokal modis" karena kreatifitas busana ia kenakan[31] menjadi karakter mereka selama ini dari pengakuan Amara sendiri. Ia mengatakan. "Sampai kapanpun tidak akan pernah merubah karakter Lingua yang orang kenal."[21]
Lingua terkenal sangat berpegang teguh dengan karakter mereka diawal debut mereka menjadi ciri khas mereka. yakni, konsep Video klip mereka salah satu menjadi prinsip khusus Lingua tidak pernah lepas dari tiga hal yang menjadi perhatian khusus, yakni pilihan lagu, aransemen vokal, dan video klip.[1] Menurut pengakuan dari Arie Widiawan. Ia mengatakan. "Kami selalu bergairah mencari konsep video klip."[35]
Selain itu, Lingua telah memberikan banyak pengaruh besar terhadap industri musik indonesia, serta memberikan banyak pengaruh besar terhadap video klip mereka buat. salah satunya bekerjasama dengan beberapa sutradara video klip.[5] salah satunya dari Rizal Mantovani dan Nayato Fio Nuala pernah bekerjasama dengan mereka.[21] menurut pengakuan dari Rizal Mantovani. Ia mengatakan. "Lingua setiap bikin video klip selalu mendorong saya bikin yang lain. Tapi seru juga sih. Membuat stres yang positif."[36] Selain itu, menurut pengakuan dari Nayato Fio Nuala. Ia mengatakan. "Saya liat anak-anak Lingua punya konsep bagus dan saya pernah bekerja sama dengan mereka di beberapa project lain. Lalu saya pikir kenapa ngga kita kerja bareng dengan suasana asik."[35]
Konsep video klip salah satu bagian tidak dipisahkan oleh mereka, salah satunya proses kreatif mereka dalam membuat konsep video klip mereka bawakan, yakni membuat konsep video klip mereka buat selalu berbeda, yakni belum dilakukan oleh musisi indonesia kebanyakan umumnya menurut pengakuan dari Frans Mohede. Ia mengatakan. "Konsep selalu Lingua dari dulu mau yang berbeda. Yang belum dilakukan oleh musisi lain."[5] Bagi Lingua, video klip punya peran penting dalam menuangkan sebuah lagu melalui proses visual. Karena itu, Lingua tak mau sembarangan dalam membuat video klip mereka[37] menurut pengakuan dari Frans Mohede. Ia memgatakan. "Membuat video klip yang mudah diingat. bikin video klip harus begitu biar dapet kesadaran dari masyarakat."[38]
Selain itu, salah satu sumber inspirasi mencari konsep video klip mereka terinspirasi dengan konsep video klip luar negeri cenderung unik dan nyentrik kebanyakan berasal dari referensi video kip mereka dari musisi luar negeri berasal dari referensi musik masing - masing personel dari Lingua. Menurut pengakuan dari Frans Mohede. Ia mengatakan. "Kami juga melihat video klip luar negeri. Video klip itu tetap menjadi sarana. video klip adalah gambaran dari penyanyi itu. Kami lihat video klip sebagai sarana untuk memperkenalkan Lingua."[38]
Karena video klip mereka buat kebanyakan menggunakan konsep sederhana cenderung unik bahkan terlalu nyentrik dengan pesan positif untuk ukuran video klip indonesia kebanyakan umumnya terlihat dari video klip Bila Kuingat langsung diingat. Video klipnya mengambil konsep dengan menggunakan konsep jadul era 50an - era 60an salah satu konsep video klip mengambil konsep jadul era 50an - era 60an dengan menggunakan teknik pengambilan video maupun gambar cenderung jadul dengan menyesuaikan konsep video klip mereka. Salah satu karya mereka terlalu unik.[8]
Kemudian konsep video klip Takkan Habis Cintaku kembali dengan konsep jadul cenderung Tiongkok, baik dari pakaian menampilkan para personel Lingua memakai busana lengkap layaknya petarung Kung Fu dalam sebuah kuil[39] dengan mengambill beberapa adegan maupun tempat dilakukan tiga tempat, yakni Klenteng Petak Sembilan, Klenteng Cipanas, dan Ancol selama 3 hari [40] dengan pesan positif mengenai toleransi dengan tentang perspektif plurarisme agama salah satu konsep video klip lebih menggambarkan kehidupan etnis Tionghoa menyatu dengan pribumi era Hindia Belanda salah satu konsep video klip terlalu jadul cenderung unik dengan menggunakan teknik pengambilan video maupun gambar cenderung terlalu jadul dengan resolusi gambar dengan restorasi gambar dengan menyesuaikan kondisi kehidupan masyarakat era Hindia Belanda. Salah satu konsep video klip paling unik mereka buat sebelumnya.[8] Menurut pengakuan dari Frans Mohede. Ia mengatakan. "Sebelumnya, tidak ada yang berani menggunakan konsep itu. Dan, Lingua lah yang pertama kali di Indonesia yang menggunakan konsep sedikit Tiongkok."[2]
Darisitu konsep video klip setiap mereka bawakan terkesan unik dan nyentrik, yakni selalu membuat konsep berbeda dari musisi indonesia kebanyakan umumnya merupakan bagian dari karakter Lingua. Sehingga menjadikan Lingua paling berpengaruh dari segi video klip baik segi sinematografi maupun teknik pengambilan video terkesan unik dan terlalu nyentrik dengan pesan positif ia bawakan karena mereka memadukan unsur perpaduan antara tentang perspektif kehidupan sehari - hari dengan konsep visual. Banyak dari video klip mereka dianggap sebagai kultus oleh sebagian besar penikmat musik indonesia karena karakter nyentrik mereka mengambil konsep psikedelik, serta mengambil konsep video klip mereka tentang perspektif kehidupan sehari - hari sarat dengan pesan positif selama ini dalam sejarah industri musik indonesia.[5]
Untuk gaya busana mereka, Lingua terkenal dengan gaya busana sangat unik dan nyentrik disetiap penampilanya, terlihat dari busana ia kenakan tetap menjadi ciri khasmya.[4] Salah satu karakter mereka tidak miliki oleh penyanyi maupun grup musik pada umumnya, yakni gaya busana ia kenakan cenderung unik, bahkan terkesan nyentrik dengan warna terlalu mencolok maupun gaya berbusana terlalu sederhana,[31] baik aksesoris maupun busana mereka gunakan merupakan bagian dari karakter Lingua selama ini.[4] Selain itu, gaya busana ia kenakan kebanyakan dengan konsep jadul, psikedelik, dan terlalu praktis menurut sebagian besar dianggap aneh, bahkan terlalu norak oleh penikmat musik, khususnya dikalangan penikmat musik indonesia.[31] Salah satunya mereka melihat perkembangan terhadap dunia fashion cenderung berkiblat unik, dan nyentrik salah satu menjadi kiblat inspirasi busana mereka ia kenakan selama ini.[31] Namun mereka mengakui kalau busana ia kenakan saling bergantungan menurut pengakuan dari Amara. Ia mengatakan. "Bagi kami dunia fashion dan musik saling tergantung."[31] Sehingga menjadikan Lingua sebagai grup musik dengan gaya busana terkesan unik dan nyentrik menjadi ciri khasnya selama ini.[31]
Lingua terkenal dengan prinsipnya idealisme dalam berkarya sangat kuat, terlihat dari sikap mereka tidak mau terlalu terbawa arus utama atau tren saat ini dalam industri musik indonesia, baik secara sistem maupun tren musik menurut mereka dianggap tidak sesuai karakter mereka secara terang - terangan[6] menurut pengakuan dari Frans Mohede. Ia mengatakan. "karena kami ada ketidaksepakatan bersama salah satu produser musik. Meski terlihat lembut, kami ini sebenarnya nakal-nakal. Kami paham apa yang harus kami persembahkan kepada teman-teman. Dan, kami pun harus mempertahankan keunikan yang kami punya. Kami tidak mau masuk di domainnya saingan kami. Karena itulah, terjadi ketidakcocokan bersama produser."[9] Salah satunya dari konsep video klip terkesan unik dan nyentrik maupun setiap perbuatan album maupun singel dengan melihat tren tanpa menghilangkan karakter Lingua dilakukan oleh mereka sendiri, bahkan perbuatan album mereka dilakukan secara sendiri dari awal karier mereka saat masih tergabung label rekaman besar mulai dari proses perbuatan album hingga perbuatan video klip dilakukan oleh mereka sendiri dengan melakukan kerjasama oleh beberapa sutradara video klip terkenal. Salah satunya Rizal Mantovani,[30] meskipun proses perbuatan dua album mereka saat masih diproduseri oleh pihak label rekaman besar.[30]
Selain itu, sikap mereka dianggap terlalu idealis, setelah merilis album kedua, mereka langsung memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak dengan label rekaman besar dengan alasan tidak masuk akal, yakni situasi perkembangan terhadap industri musik indonesia saat itu terkena dampak krisis finansial melanda wilayah di asia, termasuk indonesia,[12] serta menolak mengikuti sistem di industri musik indonesia hanya mengikuti tren serta terlalu ikut campur salah satu praktik biasa dilakukan oleh hampir sebagian besar label rekaman besar saat itu, bahkan musisi terbiasa dengan prinsip independen maupun karakter musik berbeda yang tergabung di label besar justru kena imbasnya, serta terlalu di istimewakan oleh beberapa musisi tertentu,[6] sehingga menyebabkan mereka alasan dibalik tidak memperpanjang kontrak mereka dengan label rekaman besar.[9] Setelah tidak memperpanjang kontrak dengan label rekaman besar. Mereka memutuskan untuk memproduksi album sendiri secara independen dari membuat label rekaman sendiri hingga mendistribusikan album mereka secara independen,[10][13] Salah satunya mendistribusikan album ketiga mereka melalui toko daring di Tokopedia dan bekerjasama dengan Creativedisc.[41] Sehingga pembuatan album ketiga mereka beberapa kali terkendala karena kesibukan masing - masing sudah dirancang oleh mereka sejak perilisan album kedua mereka.[17] Salah satu langkah sangat berani untuk keluar dari label rekaman besar disaat mereka salah satu grup cukup diperhitungkan saat di label rekaman besar hingga saat ini dengan menganut prinsip mereka selama ini, yakni idealis kompromis salah satu prinsip mereka selama ini[11] menurut pengakuan dari Arie Widiawan. Ia mengatakan. "Garis besarnya sih idealis kompromis, mungkin itu strategi adaptasi Lingua menghadapi industri musik saat ini."[11] Selain itu, pernyataan hampir sama dari Arie Widiawan. Namun, pernyataan tersebut sedikit berrbeda dari Frans Mohede Ia mengatakan. "Makanya jangan idealis banget. Kami selama ini juga perhatiin musik yang berkembang."[4] Sehingga pernyataan tersebut alasan mereka dibalik mempertahankan sikap mereka seringkali dianggap terlalu idealis dalam berkarya, termasuk menentang sistem maupun tren terhadap perkembangan industri musik indonesia dianggap tidak sesuai prinsip mereka selama ini.[6]
Selain itu juga, mereka menolak tegas secara terang - terangan, mengakui kondisi perkembangan terhadap industri musik indonesia selalu berubah - ubah dan tidak menentu bahkan terlalu ikut campur, sehingga alasan mereka dibalik tidak memperpanjang kontrak mereka dengan label rekaman besar.[6] Salah satu sikap mereka dianggap berani, namun mereka mengakui tetap memperhatikan tren maupun sistem dalam industri musik indonesia saat ini tanpa menghilangkan prinsip mereka selama ini dari pengakuan Frans Mohede. Ia mengatakan. "situasinya sekarang semuanya berubah. Kemauan pasar enggak bisa kita paksain."[42] Karena sikap mereka terlalu idealis tersebut, justru diisukan dicekal oleh beberapa label rekaman besar karena isu pernikahan Frans - Amara tidak direstui oleh ibunda Amara. Konon isunya tersebut berasal intervensi dari Ibunda Amara,[16] serta tidak memperpanjang kontrak dengan label rekaman besar, karena situasi perkembangan terhadap industri musik indonesia saat itu terkena dampak Krisis finansial melanda wilayah di asia,[12] dan menolak mengikuti sistem di industri musik indonesia menurut mereka dianggap tidak sesuai prinsip mereka. Salah satu alasan tidak masuk akal oleh hampir sebagian besar musisi yang tergabung di label besar lainnya saat itu, yang berpotensi menimbulkan kontroversi serta perdebatan.[6] Karena sikap mereka tersebut yang menyebabkan mereka hampir sebagian besar label rekaman besar mencekal mereka karena ketidaksukaan terhadap sikap mereka seringkali dianggap terlalu idealis tersebut serta isu pernikahan Frans - Amara.[16] Selain itu, justru banyak beranggapan mereka bubar. Namun isu tersebut langsung dibantah oleh Frans, Amara maupun Arie disetiap beberapa kesempatan.[12]
Lingua telah memberikan banyak berkontribusi besar terhadap industri musik di indonesia, khususnya video klip mereka buat, karena mereka banyak memberikan inspirasi banyak orang terhadap konsep video klip mereka buat cenderung unik dan terkesan nyentrik dengan pesan posiitf ia mereka bawakan.[5] Selain itu, gaya busana ia kenakan menjadi kiblat inspirasi gaya berbusana mereka selama ini dikalangan masyarakat, khususnya penikmat musik indonesia.[31]
Lingua tetap konsisten mempertahankan karakter mereka di awal karier mereka di tengahnya persaingan banyak pendatang baru di industri musik indonesia dengan menerapkan rumusnya 90:10, salah satu prinsip mereka selama ini, yakni sepuluh persennya dengan musik sekarang, sebagian besar tetap sembilanpuluh persennya tetap mempertahankan menjadi karakter Lingua dari konsep video klip maupun gaya berbusananya salah satu menjadi daya tarik mereka tersendiri,[4][21] serta mempertahankan prinsip khusus merela tidak terpisahkan oleh mereka, dari aransemen vokal, pemilihan lagu, serta video klip menjadi prinsip mereka selama ini.[1]
Lingua salah satu grup musik sangat berpegang teguh nilai idealisme kuat, serta dikenal juga sebagai grup musik terkenal dengan prinsip idealis kompromis.[11] Selain itu, mereka juga dikenal sebagai musisi sangat keras melawan tren pasar musik maupun sistem industri musik saat ini di indonesia menurut mereka dianggap tidak sesuai prinsip mereka, yakni terlalu ikut campur, serta terlalu terpaku mengikuti tren tidak sesuai gaya musik oleh hampir sebagian besar dialami oleh musisi tersebut, serta terpaku dengan tren dalam sistem industri musik di indonesia dilakukan oleh beberapa musisi lebih mengutamakan tren dengan tidak memperhatikan kualitas maupun kuantitas, salah satu prinsip mereka selama ini tetap mempertahankan karakter mereka ini,[6] salah satu yang membedakan mereka dengan grup musik maupun penyanyi pada umumnya. Selain itu, keteladanan dari prinsip mereka selama ini, yakni idealis kompromis salah satu menjadi prinsip mereka selama ini[11] dianggap sebagai salah satu grup musik paling berani menyuarakan kegelisahaan terhadap sistem industri musik indonesia dijadikan inspirasi oleh sebagian besar beberapa musisi saat ini.[6]
No | Nama Lahir | Nama | Lahir | Asal | Aktif | Jenis kelamin | Genre | Alma mater | Jenis vokal | Posisi |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Francois Henry Willem Mohede | Frans Mohede | Jakarta, 6 Februari 1976 | Jakarta | 1996 - sekarang | Pria | Universitas Pelita Harapan | Tenor | Vokalis Utama (Lead Vocalist) | |
2 | Tuwuhadijatitesih Amaranggana | Amara | Jakarta, 8 Juli 1975 | Jakarta | 1996 - sekarang | Wanita | Universitas Pelita Harapan | Alto | Pemimpin, Visual, Wajah Utama (Face of The Group), Vokalis Utama (Main Vocalist) | |
3 | Arie Widiawan Riyadi | Arie Widiawan | Sukabumi, 7 Januari 1975 | Bandung | 1996 - sekarang | Pria | STMIK LIKMI, Bandung | Bariton | Vokalis Utama (Lead Vocalist) |
Tahun | Penghargaan | Kategori | Karya/Nominasi | Hasil | Rujukan |
---|---|---|---|---|---|
2017 | Anugerah Musik Indonesia | Grup Vokal Terbaik | "Mampu Bertahan" | Nominasi | [43] |
Karya Produksi Grup Vokal Terbaik | Nominasi | [43] | |||
2018 | Anugerah Musik Indonesia | "Arti Sebuah Keangkuhan" | Nominasi | [44] | |
2020 | Anugerah Musik Indonesia | "Bila Kuingat (2019 Version)" | Nominasi | [45] | |
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.