Liberalisme tertanam
From Wikipedia, the free encyclopedia
Liberalisme tertanam adalah istilah untuk menyebut sistem ekonomi global dan orientasi politik internasional pada akhir Perang Dunia II sampai 1970-an. Sistem ini diciptakan untuk menopang penyatuan perdagangan bebas dengan hak pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan dan mengatur ekonominya demi mengurangi pengangguran. Istilah ini pertama kali digunakan oleh ilmuwan politik Amerika Serikat John Ruggie pada tahun 1982.[1]
Ilmuwan-ilmuwan arus utama umumnya menyatakan bahwa liberalisme tertanam melibatkan kesepakatan antara dua tujuan yang sama-sama diinginkan tetapi agak saling bertentangan. Tujuan pertama adalah membangkitkan kembali perdagangan bebas. Sebelum Perang Dunia I, perdagangan internasional menempati pangsa besar dalam produk domestik bruto dunia, tetapi tatanan liberal klasik yang menopangnya keteteran akibat perang dan Depresi Besar tahun 1930-an. Tujuan kedua adalah membiarkan pemerintah negara menjalankan program-program kesejahteraan dan ikut campur dalam ekonomi domestiknya untuk menekan angka pengangguran.[2] Tujuan kedua dianggap tidak pas seiring kembalinya sistem pasar bebas yang pernah ada pada akhir abad ke-19; penyebab utamanya adalah dengan adanya pasar bebas dalam permodalan internasional, investor dapat dengan mudah menarik uang dari negara-negara yang berusaha menerapkan kebijakan intervensionis dan redistribusi.[3]
Pertentangan ini diselesaikan lewat sistem Bretton Woods yang diluncurkan pada akhir Perang Dunia II. Sistem ini bersifat liberal[4] dalam artian bertujuan mendirikan sistem perdagangan barang dan jasa internasional yang terbuka dan dibantu oleh nilai tukar semi-tetap. Sistem ini juga bertujuan "menanamkan" kekuatan pasar ke dalam kerangka kerja yang diatur oleh pemerintah negara, dan negara mampu mengendalikan arus modal internasional lewat pengendalian modal. Lembaga-lembaga multilateral global baru dibentuk untuk membantu kerangka kerja ini, dua di antaranya adalah Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
Ketika Ruggie menciptakan istilah "liberalisme tertanam", ia sedang melanjutkan karya-karya Karl Polanyi. Polanyi memperkenalkan konsep pasar yang "dicabut akarnya" dari masyarakat pada abad ke-19. Polanyi kemudian menulis bahwa "penanaman kembali" pasar akan menjadi tugas utama bagi perancang tatanan dunia pascaperang, dan usulan tersebut diterapkan setelah Konferensi Bretton Woods.[5] Pada 1950-an dan 1960-an, ekonomi global melaju pesat di bawah liberalisme tertanam. Pertumbuhan ekonomi dunia tumbuh lebih cepat daripada era sebelumnya maupun sesudahnya. Namun demikian, sistem Bretton Woods dibubarkan pada tahun 1970-an.