Latief Hendraningrat
From Wikipedia, the free encyclopedia
Brigadir Jenderal TNI (Purn.) Raden Mas Abdul Latief Hendraningrat (15 Februari 1911 – 14 Maret 1983 ) lahir dari pasangan Raden Mas Mochamad Said Hendraningrat dan Raden Ajeng Haerani. Ayah Latief adalah seorang demang atau wedana di wilayah Jatinegara yang berdarah ningrat Jawa.[1]
Latief Hendraningrats | |
---|---|
Berkas:Kol Inf Latief Hendraningrat.jpg Latief Hendraningrat saat menjadi Komandan SSKAD. | |
Komandan SSKAD | |
Masa jabatan 16 April 1958 – 27 Juli 1959 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | (1911-02-15)15 Februari 1911 Batavia, Hindia Belanda |
Meninggal | 14 Maret 1983(1983-03-14) (umur 72) Jakarta, Indonesia |
Suami/istri | Sophia |
Hubungan | 1. Letjen TNI (Purn.) Rukmito Hendraningrat (Kakak Tiri) 2. Raden Mas Djojo Dirono (Bupati Lamongan Ke-21) 3. Gugun Gondrong (cucu) |
Alma mater | PETA (1945) |
Karier militer | |
Pihak |
|
Dinas/cabang |
|
Masa dinas | 1943—1967 |
Pangkat | ![]() |
NRP | 13630 |
Satuan | Infanteri |
![]() ![]() | |
Latief merupakan seorang prajurit PETA berpangkat Sudanco (komandan Kompi) dan juga pengerek bendera Sang Saka Merah Putih didampingi oleh Soehoed Sastro Koesoemo, seorang pemuda dari Barisan Pelopor, pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Saat menjadi petugas upacara bendera pertama sesudah proklamasi kemerdekaan, Latief Hendraningrat memakai seragam tentara Jepang karena Latief merupakan anggota pasukan Pembela Tanah Air (PETA) bentukan Jepang.[2] Sebelum masuk PETA, Latief Hendraningrat sudah aktif di Pusat Latihan Pemuda (Seinen Kunrenshoo) yang juga bentukan Jepang. PETA dibentuk pada 3 Oktober 1943, kemudian ia mendaftar dan diterima.[2]