Jawanisasi
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jawanisasi atau penjawaan adalah proses ketika budaya Jawa mendominasi, menyerap, atau memengaruhi budaya lain secara umum. Kata "penjawaan" dapat berarti "untuk membuat menjadi Jawa dalam bentuk, idiom, gaya, atau sifat." Dominasi ini bisa terjadi dalam berbagai aspek, seperti budaya, bahasa, politik, dan sosial.
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Januari 2022) |
Dalam pengertian modern, dalam perspektif sosial, budaya dan politik Indonesia, Jawanisasi bisa berarti hanya sebagai penyebaran penduduk suku Jawa dari pedesaan Jawa yang berpenduduk padat ke bagian yang kurang penduduknya di pulau lainnya di Nusantara.[1] Sedangkan untuk pihak lain, itu juga bisa berarti penerapan — sadar atau tidak sadar — pola pikir dan perilaku Jawa di berbagai tempat di Indonesia, dalam arti penjajahan budaya, hal ini lebih terfokus pada cara pemikiran dan praktik kelompok yang berkuasa.[2]
Akan tetapi, istilah "Penjawaan" tidak semata digunakan untuk menggambarkan proses ke luar, tetapi juga proses ke dalam. Istilah ini dapat pula menggambarkan adopsi dan asimilasi pengaruh sosial-budaya asing ke dalam unsur-unsur budaya Jawa. Berbagai pengaruh asing ini "dijawakan", yaitu ditafsirkan dan diterapkan sesuai dengan kerangka acuan, gaya, kebutuhan, dan kondisi sosial-budaya Jawa. Penerapan wiracarita Hindu (seperti Ramayana dan Mahabharata) dan unsur-unsur budaya Hindu-Buddha dari India pada abad ke-5 hingga 15 di Jawa, dan kemudian penerapan ajaran Islam yang diperkenalkan oleh Wali Songo ke dalam budaya Jawa pada abad ke-15, adalah contoh yang jelas dari proses ini.
Penggalakan dan penyebaran unsur-unsur budaya Jawa, seperti bahasa Jawa, arsitektur, seni kuliner, kebaya, batik, wayang, gamelan dan keris juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari proses Jawanisasi. Migrasi orang Jawa untuk menetap di luar tanah air tradisional mereka di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur ke daerah-daerah lain di Indonesia (Sumatra, Kalimantan, Papua, dan lain-lain), Semenanjung Malaya (khususnya Johor), atau Suriname, juga merupakan faktor penyumbang proses Jawanisasi.