![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2e/Ide_Anak_Agung_Gde_Agung%252C_Round_Table_Conference_1948.jpg/640px-Ide_Anak_Agung_Gde_Agung%252C_Round_Table_Conference_1948.jpg&w=640&q=50)
Ida Anak Agung Gde Agung
Pahlawan Revolusi Kemerdekaan / From Wikipedia, the free encyclopedia
Dr. Ida Anak Agung Gde Agung (24 Juli 1921 – 22 April 1999 ) adalah ahli sejarah dan tokoh politik Indonesia. Di Bali ia juga berposisi sebagai raja Gianyar, menggantikan ayahnya Anak Agung Ngurah Agung. Anaknya, Anak Agung Gde Agung, adalah Menteri Masalah-masalah Kemasyarakatan pada Kabinet Persatuan Nasional.
Fakta Singkat Dr., Menteri Luar Negeri Indonesia ke-8 ...
Ida Anak Agung Gde Agung | |
---|---|
![]() Ida Anak Agung Gde Agung pada Konferensi Meja Bundar (1948) | |
Menteri Luar Negeri Indonesia ke-8 | |
Masa jabatan 12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Burhanuddin Harahap |
Perdana Menteri Negara Indonesia Timur | |
Masa jabatan 15 Desember 1947 – 27 Desember 1949 | |
Presiden | Tjokorda Gde Raka Soekawati |
Informasi pribadi | |
Lahir | (1921-07-24)24 Juli 1921 Gianyar, Bali, Hindia Belanda |
Meninggal | 22 April 1999(1999-04-22) (umur 77)[1]![]() |
Kebangsaan | Indonesia |
Alma mater | Rechtshoogeschool te Batavia Universitas Utrecht |
Pekerjaan | Politikus, sejarawan |
Profesi | Diplomat |
![]() ![]() | |
Tutup
![Thumb image](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/84/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Ide_Anak_Agung_Gde_Agung_in_gesprek_met_Sultan_Hamid_II_van_Pontianak_TMnr_10018600.jpg/640px-COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Ide_Anak_Agung_Gde_Agung_in_gesprek_met_Sultan_Hamid_II_van_Pontianak_TMnr_10018600.jpg)
Anak Agung meraih gelar Sarjana hukum (Mr.) dari Rechtshoogeschool te Batavia[2] dan gelar doktor di Universitas Utrecht, Belanda, di bidang sejarah.
Pengalaman pertama Pardjo yaitu dari Pembela Tanah Air (PETA), suatu kesatuan militer bentukan pemerintah Jepang semasa menduduki Indonesia sejak 1942 (William Henry Newell, Japan in Asia 1942-1945, 1981:38)[3].