Loading AI tools
Dosen Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Prof. Dr. A. Himendra Wargahadibrata, dr., Sp.An., KIC[1] (11 Februari 1943 – 13 Februari 2020 [2]) merupakan salah satu Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran bidang anestesi dan reanimasi yang didapat dari Universitas Radboud Nijmegen, Belanda sekaligus Rektor Universitas Padjadjaran periode 1998-2007.[3]
Prof. Dr. dr. Himendra Wargahadibrata Sp.An. KIC. | |
---|---|
Rektor Universitas Padjadjaran Ke-9 | |
Masa jabatan 1998–2007 | |
Presiden | B.J. Habibie Abdurrahman Wahid Megawati Soekarnoputri Susilo Bambang Yudhoyono |
Gubernur | Nana Nuriana Danny Setiawan |
Pendahulu Prof. Dr. H. Maman P. Rukmana | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Abdullah Himendra Wargahadibrata 11 Februari 1943 Purwakarta, Jawa Barat |
Meninggal | 13 Februari 2020 77) Kota Bandung, Jawa Barat | (umur
Kewarganegaraan | Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Maria Wargahadibrata |
Anak |
|
Kerabat |
|
Almamater | Universitas Padjadjaran |
Pekerjaan | |
Dikenal karena |
|
Sunting kotak info • L • B |
Selain sebagai akademisi dan dokter, ia juga dikenal sebagai salah satu pesepakbola kesebelasan Persib Bandung pada dekade 1970-an.[4][5] Selain sibuk di Universitas Padjadjaran dan Persib Bandung, beliau juga bekerja sebagai pakar anestesi di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung.[4]
Himendra lahir di Purwakarta, pada 11 Februari 1943 dengan nama asli Abdullah Himendra Wargahadibrata. Ia menempuh pendidikan SD dan SMP di Ciamis kemudian menempuh SMA di SMA Negeri 3 Jakarta (SMA Teladan) karena dekat dengan tempat tinggalnya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat dan melanjutkan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung dari tahun 1961 hingga 1969.[4][6]
Ketika masih bermain sepak bola, ia sempat bergabung dengan klub amatir UNI Bandung (yang sekarang dikenal sebagai Bandung Raya FC) bersama salah satu tokoh PSSI Nugraha Besoes.[6] Ia kemudian bermain untuk Persib Bandung pada tahun 1962 setelah dipanggil oleh Pelatih Persib saat itu yaitu Tomosoa. Tidak lama kemudian, ia sempat dipanggil oleh Toni Pogacnik dan Djamiat Dalhar untuk segera bergabung ke Timnas Junior (kemungkinan Timnas Olimpiade/U-23) untuk persiapan tiga event besar : Asian Games 1962, Merdeka Games, dan Ganefo 1964.[6]
Ketika ia masih berada di dalam training camp (TC), tiba-tiba datang surat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran yang memintanya memutuskan dua hal : kuliah atau sepakbola. Hal ini sempat membuatnya frustasi dan stress sebelum memberanikan diri menghadap pelatih kepala saat itu, Toni Pogacnik pada bulan Juli 1963. Ia mengutarakan keinginannya untuk mundur dari Timnas Indonesia dan lebih fokus kepada kuliahnya di Universitas Padjadjaran saat itu.[6]
Sepulang dari training camp, ia segera mengejar diri untuk kuliahnya yang sempat keteteran selama mengikuti pelatihan bersama timnas. Meskipun demikian, ia masih setia dengan Persib Bandung hingga ia memutuskan untuk pensiun (gantung sepatu) pada tahun 1973.[6]
Ia menjadi Rektor Universitas Padjadjaran pada bulan November 1998, 6 bulan setelah Peristiwa Mei 1998 yang mengganti pemerintahan Orde Baru menuju Reformasi. Uniknya, selama menjadi rektor ia sering menerapkan metode penyelesaian konflik yang sering digunakan di dalam lapangan sepakbola.[6] Selama menjadi Rektor Unpad ini, ia sempat membantu usaha penerbitan sebuah buku yang berjudul "Sejarah Tatar Sunda" yang sempat membuat polemik akademik antara Sastrawan Ajip Rosidi dengan Akademisi Unpad Nina Lubis selama tahun 2003 hingga 2004.[7] Selain itu, ia sempat dibuatkan sebuah buku biografi berjudul "Himendra Wargahadibrata, Sang Playmaker" oleh Nina Lubis pada tahun 2007 selepas dirinya menjabat sebagai Rektor Universitas Padjadjaran periode 1998-2007.[8]
Setelah tidak menjabat sebagai rektor, ia masih sibuk terutama di Rumah Sakit Hasan Sadikin, aktif dalam POR UNI, serta ikut serta dalam perkembangan Persib Bandung.[4][5][9][10]
Himendra meninggal dunia pada usia 77 tahun di Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung, pada 13 Februari 2020 pukul 22.10 WIB. Prof. Himendra mendapat penghormatan terakhir dari sivitas akademika, tenaga kependidikan, serta kerabat di Masjid Al-Jihad kampus Universitas Padjadjaran pada Jumat pagi, 14 Februari 2020.[11] Rencananya, ia akan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Gunung Jati di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.[12] Tempat pemakaman ini dipilih karena ia ingin dimakamkan berdekatan dengan makam ibunya.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.