Gempa bumi Banggai Kepulauan 2019
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Gempa bumi Banggai Kepulauan 2019 adalah sebuah gempa bermagnitudo 6,8[1][2] yang melanda perairan Teluk Tolo, Sulawesi Tengah, Indonesia pada tanggal 12 April 2019 Pukul 18.40 WIB. Pusat gempa berada di 85 km barat daya Kabupaten Banggai Kepulauan dengan kedalaman 17 km. Guncangan gempa ini dirasakan hingga Gorontalo, Palu bahkan Makassar.[3] Gempa ini sempat memicu peringatan dini tsunami.
Waktu UTC | 2019-04-12 11:40:49 |
---|---|
ISC | |
USGS-ANSS | |
Tanggal setempat | 12 April 2019 |
Waktu setempat | 18:40:49 WIB |
Kekuatan | 6,8 Mw |
Kedalaman | 17 km (11 mi) |
Episentrum | 1.90°S 122.54°E |
Intensitas maks. | IV (Menengah) |
Gempa susulan | 5 kali |
Gempa bumi ini berpusat di perairan Teluk Tolo, Sulawesi Tengah namun guncangan gempa bumi ini dilaporkan USGS dirasakan di hampir seluruh pulau Sulawesi dan pulau-pulau kecil di kepulauan Maluku. Guncangan terkuat dirasakan di Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan, Morowali Utara dan Morowali berupa guncangan IV-V MMI. Kemudian di Kendari, Pulau Taliabu, Konawe, Kolaka, Luwu Tojo Una-Una, Poso, Palopo dan Gorontalo[4][5] dirasakan III MMI, serta II-III MMI di Makassar, Palu, Manado dan Pinrang. Setelah gempa bermagnitudo 6,9 pukul 18:40 WIB, hingga Sabtu tanggal 13 April 2019 telah terjadi puluhan gempa susulan, lima diantaranya memiliki magnitudo lebih dari 5,0.[6]
Gempa bumi ini berpusat di laut Teluk Tolo. Dilihat dari episentrum dan kedalamannya, gempa ini merupakan jenis gempa dangkal yang diduga akibat aktivitas sesar lokal Peleng. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukan gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan pergerakan mendatar (strike slip).[7] Sesar atau patahan Peleng diketahui bergerak mendatar menganan (dextral) berarah barat daya - timur memotong Pulau Peleng dan menerus ke Teluk Tolo. Sesar Peleng memiliki laju sesar sebesar 1 mm/tahun. Wilayah sekitar pusat gempa tersusun oleh batuan sedimen dan batuan malihan (batuan metamorf) berumur Pra Tersier yang membentuk lajur sesar dengan lereng curam dan kebanyakan lapuk. Batuan yang lapuk, urai, lepas, dan belum kompak (unconsolidated) dapat bersifat memperkuat guncangan gempa bumi.[8]
Gempa bumi ini dinyatakan berpotensi tsunami oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sehingga dikeluarkan peringatan dini Tsunami untuk wilayah pesisir Morowali Utara, Morowali, pesisir barat Kepulauan Banggai dan pesisir selatan Kabupaten Banggai dengan ketinggian 0-0,5 meter, namun kemudian dinyatakan berakhir pada Jumat, 12 April 2019, pukul 19:47WIB.[9]
Begitu terjadi gempa ini, warga Kota Luwuk berlarian ke arah gunung guna menyelamatkan diri.[10] Kota menjadi begitu ramai untuk ditinggalkan para warganya dikarenakan warga banyak yang pergi berlindung ke Bukit Keles maupun Kantor Camat dan Polres Batui yang lebih tinggi.[11] Warga yang mengungsi memilih bertetap di daerah-daerah tinggi dan belum berani kembali seraya menunggu situasi benar-benar aman.[12] Warga Toili, Kabupaten Banggai juga diminta mengungsi sehubungan gempa ini. Getaran yang kuat juga dirasa di Kota Palu yang membuat masyarakat berkeluaran dari rumah mereka.[13] Menurut catatan Liputan6, gempa yang terasa ini sampai pula ke Gorontalo. Dalam pada itu, meskipun singkat, suara gemuruhnya begitu terdengar.[14] Menurut catatan BBC Indonesia, Hanga-hanga dan Tontowan juga jadi tujuan untuk warga sekitar Banggai mengungsi.[5]
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.