Untuk spesies non-manusia yang memakan serangga, lihat Insektivora.
Entomofagi (dari bahasa Yunani ἔντομονéntomon, "serangga", dan φᾰγεῖνphagein, "makan") adalah konsumpsi serangga sebagai makanan. Telur serangga, larva, pupa dan serangga dewasa telah dimakan oleh manusia sejak zaman prasejarah dan berlanjut sebagai bahan nutrisi manusia pada zaman modern.[1]
Aktivitas memakan serangga oleh manusia adalah hal umum dalam kebudayaan di kebanyakan wilayah di dunia, yang meliputi Amerika Utara, Tengah dan Selatan; dan Afrika, Asia, Australia dan Selandia Baru. Lebih dari 1.000 spesies serangga diketahui telah dimakan di 80% negara-negara di dunia.[2]
Entomofagi dapat dilakukan dengan tujuan sebagai sumber nutrisi utama maupun pendamping makanan utama, dan dimakan ketika serangga berada dalam tahap larva, pupa, maupun dewasa. Namun konsumsi serangga oleh manusia, terutama eksploitasi dalam skala komersial, telah menyebabkan populasi serangga di berbagai tempat mengalami penurunan.[3]
Budaya
Kupu-kupu, ngengat, kumbang, semut, lebah, tawon, belalang, jangkrik, kecoa, rayap, tonggeret, dan capung menjadi serangga yang paling umum dimakan warga asli suatu negara sebagai bagian dari adat dan budaya.[4] Setidaknya 80 persen negara di dunia memiliki budaya memakan serangga.[2]Atta laevigata dimakan di Kolombia dan timur laut Brasil. Gonimbrasia belina dan larvanya dimakan di selatan Afrika. Larva dari Endoxyla leucomochla dimakan masyarakat asli Australia.
Taylor, Ronald L. (1975). Butterflies in My Stomach, or, Insects in human nutrition. John Gregory Tweed (illus.). Santa Barbara, Calif.: Woodbridge Press Pub. Co. ISBN978-0-912800-08-0., OCLC1551292
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Entomophagy.