Loading AI tools
bangunan kuil di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Candi Padangroco adalah salah satu situs budaya yang berada di daerah aliran Sungai Batanghari di Jorong Sungai Langsat (Sei Langsek). Dahulu situs ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Sawahlunto-Sijunjung. Setelah adanya pemekaran, kini situs Candi Padangroco berada di Desa Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Situs ini termasuk peninggalan kerajaan budha di Dharmasraya dan sebagai bukti kejayaan peninggalan kerajaan Melayu atau Swarnabhumi yang beribu kota di Dharmasraya pada abad XI-XII Masehi.[1]
Percandian Padang Roco | |
---|---|
Nama sebagaimana tercantum dalam Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya | |
Cagar budaya Indonesia | |
Kategori | Situs |
No. Regnas | Belum ada (Pengajuan 30 Maret 2017) |
Lokasi keberadaan | Sitiung, Dharmasraya, Sumatera Barat |
Tanggal SK | Belum ditetapkan |
Pemilik | Pemkab Kabupaten Dharmasraya |
Pengelola | Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat |
Secara keseluruhan, kompleks Candi Padangroco terbuat dari susunan bata dan terdiri dari 4 candi lainnya, tiga di antaranya telah selesai digali dan dipugar yaitu Candi Padangroco I, Candi Padangroco II dan Candi Padangroco III.
Pada tahun 1286-1347 Masehi, wilayah Dharmasraya pernah menjadi pusat pemerintahan dan ibu kota Kerajaan Malayu dan telah diakui oleh para sarjana sejarah dan arkeologi. Keberadaan Candi Padangroco saat itu menunjukkan wilayah Dharmasraya pernah dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Oleh karena itu dibuatlah candi-candi sebagai sarana ibadah raja, keluarga dan rakyatnya. Daerah Sungai Langsat (Sei Langsek) tempat ditemukannya candi ini juga merupakan lokasi ditemukannya lapik arca Amoghapasa.[2]
Verkerk Pistorius adalah orang yang pertama kali melaporkan keberadaan Candi Padangroco saat ia melakukan penelitian kepurbakalaan di daerah aliran Sungai Batanghari pada awal 1860-an. L.C. Westenenk, seorang controleur berkebangsaan Belanda mengadakan survei dan pemetaan di daerah penemuan Candi Padangroco. Berdasarkan temuannya, di daerah tersebut terdapat sisa-sisa bangunan candi bata yang berbentuk gundukan. Gundukan itu dinamai munggu oleh penduduk setempat.
Pada tahun 1991, di daerah Provinsi Sumatera Barat dilakukan peneitian epigrafi dan arsitektur oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Penelitian tersebut dilanjutkan pada tahun 1992 oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Provinsi Sumatera Barat dan Riau dengan melakukan survei pendataan arkeologi DAS Batanghari, dan ekskavasi Candi Sungai Langsat (Candi Padangroco). Hingga situs itu ditinjau dan didata ulang oleh tim Pusat Arkeologi Nasional yang sedang mengadakan penelitian di daerah Rao, di Kabupaten Pasaman pada Mei 2014.[3]
Kompleks Candi Padangcoro terdiri dari:
Candi Padangroco I adalah candi terbesar dibandingkan dengan tiga candi yang lainnya dan menjadi candi induk. Candi ini berukuran 21 x 21 meter dengan bentuk denah bujursangkar. Struktur bata di bagian sisi kaki candi yang tersisa memiliki ketinggian sekitar 90 cm dan terdiri atas 22–26 lapis bata. Bagian tengah candi berisi tanah urugan dengan ketinggian sekitar 3 meter. Lapisan fondasi untuk bagian kaki candi terdiri dari campuran pasir dengan kerikil dan kerakal batu setebal 80 cm.
Candi induk ini berorientasi pada arah baratdaya-timurlaut dengan azimut 30º dari arah utara-selatan. Selain itu, Candi Padangroco I memiliki tangga yang terletak di sisi kaki candi baratdaya. Candi tersebut sekarang sudah dalam keadaan dipugar.
Candi Padangroco II merupakan candi perwara dari Candi Padangroco I dan terbuat dari konstruksi susunan bata. berdenah bujur sangkar, berukuran 4, 40 x 4,40 m. Kaki candi berukuran 4,40 x 4,40 m, berdenah bujursangkar dengan tinggi yang tersisa sekarang sekitar 1,28 m. Bangunan candi berorientasi ke baratdaya–timurlaut dengan pintu masuk dan tangga yang menjadi arah hadap di sisi barat.
Candi Padangroco III terbuat dari susunan bata seperti candi lainnya dengan bentuk memanjang pada arah baratdaya-timurlaut dengan azimut sekitar 10º dari arah utara-selatan. Candi ini terdiri atas dua bangunan. Bangunan pertama merupakan candi dengan denah bujursangkar dan berukuran sekitar 8,50 x 8,50 m. Bangunan kedua adalah maṇḍapa dengan ukuran 13,50 x 8,50 m dan berdenah empat persegi panjang. Kedua bagian dari Candi Padangroco III tampak seolah menyatu berukuran 22 x 8,50 m. Seharusnya terdapat sisa tangga atau pintu di sisi baratdaya kedua bangunan tersebut, namun tidak dapat ditemukan.
Di sekeliling candi ditemukan parit kuno dari arah barat menyambung ke utara dan berakhir di sisi timur yang bermuara ke Sungai Batanghari. Menurut temuan BPCB Sumbar, bagian ujung parit sudah hampir rata dengan permukaan tanah, sehingga sulit dikenali lagi. Sedangkan parit sisi utara masih dapat ditemukenali, walaupun sekarang sudah menjadi jalan kerbau sebagian, tetapi parit beserta tanggulnya relatif masih baik.[4]
Parit di bagian timur candi yang membujur baratlaut-tenggara menembus kolam, yang sekarang menjadi sawah penduduk (sawah tabek) dengan lebar sawah sekitar 20 – 40 m. Di ujung tenggara candi, terdapat kolam bercabang ke arah utara dan selatan membentuk huruf T. Terdapat juga parit yang mengarah ke timur, menuju bukit Giring dengan tinggi kurang lebih 176 cm di timur Jorong Koto Lamo di tepi kelokan Sungai Batanghari. Lebar parit tersebut antara 4–8 m dan kedalaman 1–5 m.
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.