![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/18/Istano_Rajo_Basa_Pagaruyung.jpg/640px-Istano_Rajo_Basa_Pagaruyung.jpg&w=640&q=50)
Arsitektur Minangkabau
arsitektur vernakular di Indonesia / From Wikipedia, the free encyclopedia
Arsitektur Minangkabau adalah arsitektur vernakular Nusantara yang bentuk, struktur, fungsi, ragam hias, dan cara pembuatannya diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Minangkabau, khususnya yang mendiami wilayah Sumatera Barat. Arsitektur ini merupakan arsitektur yang sangat khas di Indonesia dengan karakteristik atap gonjong, yakni bentuk atap pelana yang melengkung ke atas seperti tanduk kerbau.[1]
![Thumb image](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/1/18/Istano_Rajo_Basa_Pagaruyung.jpg/640px-Istano_Rajo_Basa_Pagaruyung.jpg)
Secara tradisional, arsitektur Minangkabau dapat dijumpai pada rumah adat yang disebut rumah gadang, lumbung padi yang disebut rangkiang, dan balai adat yang disebut balairung. Rumah gadang adalah rumah tinggal yang dihuni sekelompok keluarga. Rangkiang terdapat di halaman rumah gadang untuk menyimpan padi hasil panen. Adapun balairung adalah tempat berkumpul sekelompok kepala keluarga melakukan musyawarah. Ketiga bangunan ini dicirikan dengan atap gonjong dan struktur panggung.[2] Karakteristik tersebut berikutnya memengaruhi bangunan yang hadir belakangan setelah Islam masuk ke Minangkabau, yakni masjid.[3]
Arsitektur Minangkabau dirancang menyesuaikan iklim daerah tropis dan kondisi topografi.[4] Bangunan tradisional Minangkabau membuktikan kemampuannya dalam menghadapi bencana seperti gempa bumi yang sering melanda wilayah Sumatera Barat. Material yang digunakan dominan menggunakan kayu. Namun, pada saat ini, sudah jarang masyarakat yang mendirikan bangunan dengan material tradisional karena keterbatasan bahan, terutama kayu.[5][6]