![cover image](https://wikiwandv2-19431.kxcdn.com/_next/image?url=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/7a/Zebinas.jpg/640px-Zebinas.jpg&w=640&q=50)
Aleksander II Zabinas
Penguasa Seleukia / From Wikipedia, the free encyclopedia
Aleksander II Theos Epifanis Nikephoros (bahasa Yunani Kuno: Ἀλέξανδρος θεός Ἐπιφανής Νικηφόρος, dengan nama belakang Zabinas; ca 150–123 SM) adalah seorang penguasa Seleukia periode Helenistik (memerintah 128–123 SM). Orang tua aslinya diperdebatkan, sebagian besar sejarawan-sejarawan kuno dan konsensus akademis modern menyatakan bahwa ia orang yang berpura-pura (pretender) mengaku sebagai orang Seleukia, antara putra dari Alexandros I atau putra angkat Antiokhos VII. Nama "Zabinas" adalah nama Semit yang umumnya di artikan sebagai "yang terbeli". Namun, ada kemungkinan bahwa Aleksander II adalah putra kandung dari Alexandros I yang nama belakangnya juga dapat diartikan sebagai "dibeli dari dewa". Ikonografi mata uang logam Aleksander II menunjukkan bahwa klaim dasar atas takhtanya dari keturunan Antiokhos IV, ayah dari Alexandros I.
Aleksander II Theos | |
---|---|
Epifanis Nikephoros | |
![]() Potret Aleksander II dibagian depan tetradrakhma | |
Penguasa Seleukia | |
Berkuasa | 128–123 SM |
Pendahulu | Demetrios II |
Penerus | Cleopatra Thea, Antiokhos VIII |
Kelahiran | 150 SM |
Kematian | 123 SM |
Dinasti | Seleukia |
Ayah | Kemungkinan Alexandros I |
Kebangkitan Aleksander II berhubungan dengan perseteruan Dinasti Kekaisaran Seleukia. Baik Raja Seleukos IV (wafat 175 SM) dan adiknya Antiokhos IV (wafat 164 SM) memiliki keturunan yang saling memperebutkan takhta Dinasti yang mengakibatkan banyak pecah perang saudara (sipil). Situasi bertambah rumit dengan adanya campur tangan Dinasti Kerajaan Ptolemaik dari Mesir yang difasilitasi melalui pernikahan dinasti antar dua Kerajaan. Pada tahun 128 SM, Demetrios II dari Suriah yang mewakili garis Antiokhos IV, menyerbu Mesir untuk membantu ibu mertuanya Kleopatra II yang tengah berperang melawan saudara dan suaminya Raja Ptolemaios VIII. Penguasa Mesir yang berang terhadap hal tersebut, memicu pemberontakan di kota-kota Suriah melawan Demetrios II dan memilih Aleksander II yang dianggap sebagai perwakilan garis Antiokhos IV, sebagai seorang yang anti-raja.[ket- 1] Pada tahun 128 SM, Aleksander II bersama dengan bala tentara Mesir merebut ibu kota Suriah Antiokhia lalu berperang melawan Demetrios II dan berhasil mengalahkannya dengan mutlak pada 125 SM. Kemudian Demetrios II melarikan diri ke istrinya Cleopatra Thea, namun ia mengusirnya pergi. Demetrios II terbunuh dalam upayanya mencari perlindungan di kota Tirus, Lebanon.
Dengan kematian Demetrios II, Aleksander II menjadi penguasa Kerajaan, menguasai seluruh Kerajaan kecuali sebagian kecil wilayah disekitar Ptolemaik di mana Cleopatra Thea berkuasa. Aleksander II menjadi Raja yang dicintai rakyatnya, dikenal dengan kebaikan hatinya dan sifatnya yang pemaaf. Ia memelihara hubungan persahabatan dengan Yohanes Hirkanus dari Yudea yang mengakui penguasa Suriah sebagai Suzerenitas. Keberhasilan Aleksander II tidak disambut baik oleh Ptolemaios VIII yang tidak menginginkan penguasa yang kuat atas takhta Suriah. Hingga pada tahun 124 SM, dibentuklah aliansi antara Mesir dengan Cleopatra Thea yang kemudian memerintah bersama Antiokhos VIII, putra bungsunya dari suami Demetrios II. Aleksander II berhasil dikalahkan dan ia melarikan diri ke Antiokhia lalu menjarah kuil Zeus untuk membayar bala tentaranya. Para penduduk kemudian berbalik arah melawannya, sehingga ia melarikan diri dan berhasil ditangkap. Aleksander II diperkirakan di eksekusi oleh Antiokhos VIII pada tahun 123 SM, mengakhiri garis keturunan Antiokhos IV.