Loading AI tools
universitas di Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas
Technische Hoogeschool te Bandoeng[note 1] biasa disingkat menjadi TH te Bandoeng, TH Bandung, THB, atau THS, adalah perguruan tinggi teknik pertama sekaligus lembaga pendidikan tinggi pertama di Hindia Belanda[note 2] yang dibuka sejak 3 Juli 1920 berkedudukan di Kota Bandung, atas prakarsa badan swasta Koninklijk Instituut voor Hooger Technisch Onderwijs in Nederlandsch-Indië.[note 3]
Sampai tahun 1910-an, hampir semua pihak sepakat bahwa belum perlu untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi di Hindia Belanda.[4] Pada tanggal 8 Maret 1910[5] pemerintah menyetujui pendirian Indische Universiteit Vereeniging (IUV) – Perhimpunan Universitas Hindia Belanda yang dalam statutanya menyebutkan IUV bertujuan memajukan, mendirikan, dan mengurus sekolah-sekolah tinggi Hindia Belanda.[4]
Pada tahun 1918, Dr. Abdul Rivai bersama 14 anggota Volksraad mengusulkan rencana pembentukan suatu universitas di Hindia Belanda. Pada kesempatan itu perdebatan mengenai batasan kata universiteit dan hooger onderwijs tidak terelakkan. Berdasarkan Hoogeronderwijswet (Undang-Undang Pendidikan Tinggi) Staatsblaad Koninklijk der Nederlanden No. 181 ditetapkan tanggal 6 Juni 1905 dinyatakan bahwa suatu universitas harus memiliki lima fakultas (Pasal 76) yaitu: Fakultas Teologi, Fakultas Hukum, Fakultas Kedokteran, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Sastra dan Filsafat.
Persyaratan tersebut berat karena untuk mendirikan ke lima fakultas tersebut tentunya membutuhkan sumber daya yang besar. Ditambah lagi bahwa sampai saat itu sekolah setingkat SMA Umum hanya HBS (Hoogere Burgerschool),[note 1] itupun tidak banyak, padahal suatu universiteit dan hooger onderwijs mensyaratkan lulusan HBS sebagai sumber mahasiswanya. Hingga Pemerintah Kolonial Belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, belum ada universitas yang didirikan di Hindia Belanda.
Namun Perang Dunia I (1914-1918) menyebabkan hubungan antara negeri Belanda dan wilayah jajahannya di kawasan Nusantara terganggu. Walaupun Belanda dan negara jajahannya tidak terlibat dalam perang itu, situasi ekonominya mendapat tekanan yang amat berat. Hubungan perdagangan yang pada waktu itu hanya melalui laut menjadi sukar; karena itu muncul gagasan mula pendirian TH.[2]
Setelah IUV gagal mengusulkan berdirinya universitas, muncul Technisch Onderwijs Comissie yaitu suatu Komisi Pendidikan Teknik yang berkesimpulan bahwa di samping sekolah teknik yang sudah ada (Ambachtsschool - Sekolah Pertukangan atau Lagere technische school (LTS) - Sekolah Teknik Rendah, dengan lama studi 4 tahun di atas ELS atau HIS), di Hindia Belanda keadaannya telah mencukupi untuk mengadakan pendidikan 'insinyur' dengan program:
Sebagai gambaran berikut adalah kesetaraan tingkat pendidikan pada masa itu:
Sekolah umum sekarang | Sekolah umum zaman kolonial | Sekolah teknik zaman kolonial | ||
---|---|---|---|---|
(7 tahun) | ||||
(5 tahun) | (4 tahun) | |||
(3 tahun) | (Sekolah Teknik Menengah 4 tahun) | |||
(4-5 tahun) | (Sekolah teknik yang lebih tinggi (dari MTS) (3-4 tahun, setara Politeknik sekarang) | (Sekolah Tinggi Teknik 5 tahun)[note 4] |
Karena pemerintah kolonial sepertinya setengah hati dalam pendirian perguruan tinggi tersebut, maka para pengusaha itu pun mengambil alih upaya tersebut, dalam bentuk Koninklijk Instituut voor Hooger Technisch Onderwijs in Nederlandsch-Indië, lembaga swasta inilah akhirnya yang merealisasi pendirian Technische Hoogeschool di Hindia Belanda - TH kedua setelah TH Delft.
Dalam tahun 1918 satu delegasi dari Indonesia datang ke Belanda, di antaranya Karel Albert Rudolf Bosscha, yang menyokong berdirinya Koninklijk Instituut voor Hooger Technisch Onderwijs in Nederlandsch-Indië - KIHTONI di Belanda (30 Mei 1917), suatu badan yang menyiapkan pendirian Sekolah Tinggi Teknik (Technische Hoogeschool). Dalam waktu singkat terkumpul uang sebanyak 3 1/3 juta gulden, cukup untuk mendirikan program studi Weg- en Waterbouwkunde (Bangunan jalan dan bangunan air).[2] (ƒ 3.333.333,33 pada tahun 1919 kurang lebih bernilai ƒ 43.529.935,20 atau € 19.753.023,40 pada tahun 2013 atau lebih dari Rp 290 miliar, dihitung dengan Konversi nilai gulden dan Konversi ke Rupiah).
Prof. Ir. Jan Klopper, guru besar TH Delft, telah ditugasi menyusun program pendidikan/kurikulum sesuai maksud KIHTONI. Technisch Onderwijs Comissie yang diketuai Ir. Rudolf Adriaan van Sandick dan diperbantukan pada KIHTONI telah merencanakan program studi keinsinyuran untuk insinyur sipil dan insinyur kimia. Sebagai sumber mahasiswa diambil lulusan HBS-B yang telah ada di Indonesia dan dari sekolah menengah/persiapan perguruan tinggi (VHO AMS-B) yang sedang direncanakan dan dibuka tahun 1919 di Yogyakarta.
Program ini pada prinsipnya disetujui, namun pada awal pendidikan insinyur kimia ditiadakan, dan telah ditetapkan untuk hanya mempersiapkan pendidikan untuk insinyur teknik sipil. Program studi secara prinsip meniru kurikulum TH Delft dengan modifikasi.
Sementara itu di Indonesia Ir. Henri MacLaine Pont telah merencanakan bangunan yang bergaya Minangkabau (Minangkabau stijl), sedangkan kota tempat lokasi kampus belum ditetapkan. Kalangan di Belanda memikirkan pilihan antara Solo/Yogya atau Batavia/Bandung. Technisch Onderwijs Comissie mengusulkan di Jakarta, tetapi Burgemeester (Wali Kota) Bandung, Bertus Coops dengan tegas mengajukan bahwa kotanya bersedia menerima TH itu, sekaligus menunjukkan lokasi kampusnya di dalam Kota Bandung.[2]
Ketua Raad van Beheer J. W. IJzerman bersama Prof. Ir. Jan Klopper datang ke Indonesia pada tanggal 19 April 1919. Bersama dengan para pemuka di Indonesia, mereka mengadakan konferensi/beraudiensi dengan Gouverneur Generaal Jonkheer Mr. Johan Paul van Limburg Stirum di istana tanggal 1 Mei 1919. Gubernur Jenderal menerima pendirian sekolah tinggi teknik itu di Bandung dengan harapan bahwa perguruan tinggi itu dapat dibuka dalam tahun 1920.[note 5] Maka dimulailah pembangunan kampus TH yang ditandai dengan upacara penanaman empat pohon beringin pada hari Jumat 4 Juli 1919 pukul 2 petang.
TH Bandung akan ditetapkan sebagai bijzondere school (sekolah luar biasa) yang akan menerima subsidi dari Pemerintah sebesar setengah biaya eksploitasi. Lulusan TH Bandung akan diakui sama dengan lulusan TH Delft.[2]
J. W. IJzerman dan Prof. Klopper juga telah mendapat kesediaan dua orang dosen untuk memegang mata kuliah matematika dan fisika. Prof. Ir. Jan Klopper yang akan ditunjuk sebagai Rector magnificus pertama, diangkat secara resmi pada tanggal 16 September 1919.[2]
Pada tanggal 6 Januari 1920, korps guru besar TH Bandung yang akan memulai tahun akademiknya pada bulan Juli telah lengkap, mereka adalah Ir. Walther Henri Anton van Alphen de Veer untuk Pengetahuan tentang Penelitian Bahan Bangunan, Dr. Willem Boomstra untuk Matematika, Dr. Jacob Clay untuk Fisika, Ir. Jan Klopper untuk Mekanika Terapan, dan Richard Leonard Arnold Schoemaker (adik kandung Charles Prosper Wolff Schoemaker). Ir. van Alphen de Veer dan Schoemaker sementara waktu tinggal di Belanda. Dr. Boomstra dan Dr. Clay akan segera datang.[6]
Sabtu, 3 Juli 1920, jam 09.00 berlangsung Upacara Pembukaan Technische Hoogeschool te Bandoeng yang diadakan di gedung utama timur/Barakgebouw B,[note 6] dihadiri para undangan antara lain para tokoh Hindia Belanda, anggota Raad van Indië, para direktur departemen, anggota Volksraad, dan berbagai pejabat pemerintah dan tokoh lainnya seperti Sultan Yogyakarta, Susuhunan Solo, kepala Keraton Paku Alaman, dan kepala Keraton Mangkunegaran. Perlu dicatat bahwa pada hari ini dinyatakan sebagai hari libur umum di mana semua sekolah dan bank tutup.[7]
Pidato disampaikan oleh berbagai pejabat, di antaranya:[8]
Ir. R. A. van Sandick menyampaikan bahwa peristiwa ini merupakan saat bersejarah yang penuh makna dalam perkembangan Hindia Belanda, yaitu dengan berdirinya instansi pertama untuk pendidikan tinggi di wilayah kepulauan yang luas ini. Secara prinsip, insinyur lulusan Technische Hoogeschool te Bandoeng akan setara dengan insinyur dari sekolah tinggi teknik terbaik di dunia barat, namun bukan berarti bahwa kurikulumnya merupakan salinan buta dari kurikulum TH Delft.
Guru besar yang menghadiri pembukaan TH Bandung adalah Prof. Ir. Jan Klopper dan Prof. Dr. Jacob Clay.[9] Jacob Clay diangkat menjadi guru besar Fisika pada tanggal 1 Januari 1920.[2]
Senin, 5 Juli 1920 awal perkuliahan tahun akademik ke-1 dengan 22 mahasiswa yang kemudian bertambah menjadi 28 mahasiswa reguler, terdiri dari 22 orang Eropa (di antaranya 2 wanita), 2 orang pribumi, dan 4 orang Tionghoa. Selain itu terdapat 5 mahasiswa luar biasa (pendengar) terdiri dari 3 orang untuk kuliah Matematika dan 2 orang untuk kuliah Fisika.
Pendaftaran mahasiswa angkatan pertama diadakan pada hari Jumat, 2 Juli 1920 jam 08.00-10.00. Uang kuliah bagi mahasiswa reguler untuk satu tahun ƒ 200 (ƒ 200 pada tahun 1920 kurang lebih bernilai ƒ 2.311 pada tahun 2012 atau lebih dari Rp 13 juta, dihitung dengan Konversi nilai gulden dan Konversi ke Rupiah).[10]
Hingga liburan Natal, perkuliahan diberikan mulai jam 8.00 hingga jam 11.00-12.00, sedangkan praktik/praktikum (oefeningen) dilangsungkan setelah siang-sore hari, agar mahasiswa dapat mencoba untuk mengambil ke bagian lainnya. Namun setelah liburan Natal, kuliah dan praktik/praktikum dilaksanakan bersama-sama dari jam 7.00 hingga jam 13.00.[9]
Kamis, 29 Juli 1920 dilaksanakan studi ekskursi/kunjungan lapangan ke pengeboran sumur dalam pengembangan air tanah di jalan Riouwstraat (sekarang Jl. R.E. Martadinata – sebelumnya Jl. Riau, Bandung) yang diprakarsai oleh perencananya Ir. C. A. de Jongh - seorang insinyur pertambangan.[9]
Kamis, 18 November 1920 dilaksanakan studi ekskursi/kunjungan lapangan bagi para mahasiswa ke bengkel/workshop Staatsspoorwegen (SS). Selanjutnya juga dilakukan kunjungan ke pabrik pengolahan karet, kunjungan ke bangunan-bangunan gedung, dan juga menyaksikan demonstrasi uji coba pertama PLTA Dago.[9]
Kamis, 2 September 1920 berdirilah Bandoengsch Studenten Corps (BSC - Korps Mahasiswa Bandung), organisasi resmi mahasiswa tertua di TH Bandung, yang juga merupakan organisasi mahasiswa tertua di Hindia Belanda. Pengakuan fakultas terhadap organisasi BSC yang diketuai oleh President van den Senat ini juga merupakan bukti bahwa untuk menghasilkan insinyur yang baik, diperlukan penyiapan diri selain yang didapat dari buku pelajaran dan ruang kuliah.[11]
Bentuk nyata lain dukungan terhadap berdirinya BSC adalah dengan disumbangkannya ƒ 1.000,- (ƒ 1.000,- pada tahun 1920 ≈ ƒ 11.558,36 pada tahun 2012 ≈ Rp 67 juta) untuk pembentukan klub tersebut oleh Raad van Beheer. Kegiatan pertama BSC adalah menyiapkan pembangunan sebuah asrama mahasiswa yang direncanakan mendapat subsidi dari pemerintah. Untuk menyiapkannya kemudian dibentuk sebuah komite yang beranggotakan Residen Keresidenan Priangan, Prof. Ir. Jan Klopper, Prof. Dr. Jacob Clay, Prof. Dr. Willem Boomstra, dan Presiden BSC.[7]
Rector magnificus: Prof. Ir. Jan Klopper; Sekretaris: Prof. Dr. Jacob Clay
Senin, 5 Juli 1920 Prof. Dr. Willem Boomstra (yang diangkat menjadi guru besar Matematika pada tanggal 1 Maret 1920) [2] baru tiba di Pelabuhan Tanjungpriok dan pada hari Rabu 7 Juli 1920 sudah memberikan kuliah Matematika untuk pertama kalinya.[9]
Rabu, 28 Juli 1920 berlangsung sidang fakultas untuk pertama kalinya, salah satu keputusannya adalah mengangkat Prof. Dr. Jacob Clay menjadi Sekretaris.[9]
Terhitung sejak tanggal 11 Oktober 1920,[7] Ir. Richard Leonard Arnold Schoemaker - Kapten Zeni KNIL diangkat menjadi guru besar luar biasa dalam bidang Bouwkunde (Bangunan Gedung),[note 7] sekembalinya dari cuti luar negeri. Selama kekosongan tersebut, untuk sementara kuliah Bangunan diberikan oleh kakak kandungnya yaitu arsitek Charles Prosper Wolff Schoemaker (kelak akan menggantikan adiknya secara tetap menjadi guru besar Bangunan).[2] Selanjutnya pada tanggal 29 April 1921, Ir. Richard Leonard Arnold Schoemaker diangkat menjadi guru besar tetap dalam bidang Bangunan.[7]
Terhitung sejak tanggal 1 Januari 1921, Ir. W. H. A. van Alphen de Veer - Kepala Laboratorium Penelitian Bahan (Laboratorium voor Materiaalonderzoek) Departemen BOW diangkat sebagai guru besar luar biasa dalam bidang Pengetahuan dan Penelitian Bahan Bangunan (Kennis en Onderzoek van Bouwstoffen) sekembalinya dari cuti luar negeri, sehingga perkuliahan untuk Pengetahuan dan Penelitian Bahan Bangunan baru dimulai pada bulan Januari 1921. Total guru besar pada tahun akademik ini ada lima orang.
Sabtu, 2 Juli 1921 – Dies Natalis ke-1 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A[note 6] yang baru saja selesai dibangun. Pada kesempatan ini Prof. Ir. Richard Leonard Arnold Schoemaker menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul "Constructie, doelmatigheid en schoonheid in de bouwkunde Diarsipkan 2014-05-29 di Wayback Machine." (Konstruksi, efisiensi, dan keindahan dalam bangunan).[9]
Hasil studi untuk TA 1920-1921 adalah dari 28 mahasiswa reguler, sebanyak satu orang Eropa, satu orang pribumi - R. Soeria Nata Legawa, dan satu orang wanita telah meninggalkan kuliahnya, sehingga jumlah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan sampai akhir sebanyak 25 orang. Berdasarkan tentamen dan ujian-ujian, sebanyak 20 orang lulus ke tingkat 2, sementara 3 orang tidak memenuhi syarat dan 2 orang lagi mendapatkan ujian diperpanjang (verlengd examen).[9]
Jumat, 1 Juli 1921 masa perkuliahan tahun akademik ke-2 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 60 orang, terdiri dari mahasiswa tingkat 2 sebanyak 22 orang,[12] tingkat 1 sebanyak 38 orang (37 mahasiswa baru + 1 mahasiswa angkatan sebelumnya yang mengulang).[13][note 8]. Di antara mahasiswa baru tersebut terdapat 6 mahasiswa pribumi[14] , di mana salah satu dari mereka bernama Soekarno, yang dua bulan kemudian meninggalkan kuliahnya.[2] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 65 orang.
Tidak ada ujian seleksi masuk TH Bandung untuk menjadi mahasiswa baru tingkat 1, cukup dengan menunjukkan ijazah lulusan HBS-program 5 tahun bagian B (Ilmu Pasti dan Ilmu Alam) atau AMS bagian B (Ilmu Pasti dan Ilmu Alam). Hingga beberapa tahun kemudian mayoritas mahasiswa baru TH Bandung berasal dari lulusan empat HBS yang ada di Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bandung, sementara AMS baru meluluskan siswa untuk pertama kali pada tahun 1922 dari AMS Jogjakarta yang berdiri pada tahun 1919.
Untuk mahasiswa tingkat 2, 3, dan 4, syarat pendaftaran kembali adalah menunjukkan tanda bukti lulus tingkat sebelumnya. Masa studi keinsinyuran di TH Bandung sampai dengan TA 1939 adalah empat tahun.
Pada hari Sabtu, 3 September 1921 berlangsung resepsi dalam rangka peringatan ulang tahun ke-1 Bandoengsch Studenten Corps (BSC) yang diadakan di Aula/Barakgebouw A.[15]
Pada tanggal 15 Januari 1922 TH Bandung membuka kursus pelatihan akta mengajar untuk guru matematika sekolah menengah (cursus tot opleiding voor de middelbare acte wiskunde - K. I.). Kursus dengan masa studi dua tahun ini dilangsungkan dari jam 17.00-20.00 hingga Desember 1923, angkatan berikutnya dimulai pada bulan Januari 1924.[16]
Pada tanggal 11-14 Mei 1922 berlangsung Kongres Ilmu Pengetahuan Alam Hindia Belanda ke-2 (Nederlandsch-Indisch Natuurwetenschappelijk Congres) yang dilangsungkan di kampus TH Bandung.[17]
Pada tahun akademik ini korps guru besar makin diperkuat dengan pengangkatan Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos pada bulan Juni 1921,[18] insinyur dari Burgerlijke Openbare Werken (BOW - Departemen PU zaman kolonial) menjadi guru besar tetap dalam bidang Bangunan Air (Waterbouwkunde – Bangunan Air) sekembalinya dari cuti luar negeri.[9]
Terhitung sejak 1 Juli 1921, diangkat tiga guru besar luar biasa yaitu Ir. J. H. G. Schepers - Kepala Triangulatie-brigade Dinas Topografi – untuk bidang Survei, Perataan, dan Geodesi; Dr. Ir. J. H. A. Haarman - Kepala Biro Konstruksi dan Bangunan Jembatan Staatsspoorwegen (SS) – untuk bidang Bangunan Jalan dan Jembatan;[19] dan Ir. G. H. M. Vierling[18] - Kepala Indischen Centralen Aanschaffingsdienst – untuk bidang Teknik Mesin.[7][9]
Sehubungan kondisi kesehatan yang tidak mengizinkan,[7] Ir. J. H. G. Schepers memperoleh perpanjangan cuti, sehingga tidak bisa tiba di Hindia Belanda tepat waktu ketika perkuliahan dimulai. Oleh karena itu Schuitevoerder - wakilnya di Dinas Topografi ditunjuk untuk sementara menggantikannya.[20] Ir. J. H. G. Schepers baru kembali dari Amsterdam tanggal 4 Februari 1922 dengan Kapal "Prinses Juliana" dan tiba di Pelabuhan Tanjung Priok - Batavia sekitar tanggal 10 Maret 1922.[21]
Selanjutnya Gubernur Jenderal telah mengesahkan penunjukan yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1922 oleh Ir. Jelte Nicolaas van der Ley, pejabat Kepala Dienst van Waterkracht en Electricteit (Dinas pembangkit tenaga air dan kelistrikan) sebagai guru besar luar biasa bidang Teknik Elektro.[22]
Terhitung tanggal 1 Januari 1922 Charles Prosper Wolff Schoemaker diangkat menjadi guru besar luar biasa dalam bidang Sejarah Arsitektur dan Seni Dekoratif, Spesifikasi dan Estimasi, dan Perencanaan Kota (Geschiedenis der Bouw- en Versierkunst, Bestekken, Begrootingen en Stadsaanleg).[23][24] Total guru besar pada tahun akademik ini ada sebelas orang yang terdiri dari 5 guru besar tetap dan 6 guru besar luar biasa.[note 9]
Sabtu, 1 Juli 1922 – Dies Natalis ke-2 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A[note 6] dimulai jam 10.00. Selanjutnya Rector magnificus Prof. Ir. Jan Klopper menyampaikan gambaran tentang apa yang terjadi dalam satu tahun terakhir, termasuk akan diadakannya kursus pelatihan insinyur listrik arus lemah (zwakstroom-ingenieurs) Dinas PTT (Pos, Telegraf dan Telepon), yang akan diikuti oleh 6 perwira angkatan laut dan lima perwira artileri dan zeni.[25]
Setelah pidato rektor, Prof. Dr. Willem Boomstra menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul "De betekenis der meetkundige axioma's[pranala nonaktif permanen]" (makna aksioma geometris).
Hasil studi untuk TA 1921-1922 adalah dari 59 mahasiswa, sebanyak 19 orang lulus ke tingkat 3 (3 orang gagal); dan 21 orang lulus ke tingkat 2.[26][27] Sementara itu, empat mahasiswa pribumi yaitu Djoko Asmo (TH 1921), R. Katamso (TH 1920), M. Soetedjo (TH 1921), dan M. Soetojo (TH 1921) berhasil lulus dari tingkat satu ke tingkat dua.[26]
Hingga TA 1921-1922, selain program pendidikan insinyur, TH Bandung juga membuka kursus akta mengajar untuk guru matematika sekolah menengah, serta kursus peniup gelas dan pembuat alat.
Senin, 3 Juli 1922 masa perkuliahan tahun akademik ke-3 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 92 orang, terdiri dari mahasiswa tingkat 3 sebanyak 19 orang, tingkat 2 sebanyak 22 orang, tingkat 1 sebanyak 52 orang (mahasiswa baru 42 orang[13] ditambah 10 orang mahasiswa angkatan-angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[27][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 107 orang.
Pada TA 1922-1923 dibuka program pendidikan bagi mantan perwira militer kecabangan teknik, mantan perwira Angkatan Laut, dan mantan petugas-masinis atas permintaan pemerintah untuk kemudian diangkat sebagai insinyur di Dinas PTT (Pos, Telegraf dan Telepon).
Sejak tahun 1922 BSC menerbitkan majalah yang terbit dua bulan sekali, yaitu Majalah "Ganeća" - dengan logo bergambar dewa berbadan manusia dengan kepala gajah dalam mitologi Hindu. Majalah mahasiswa ini dilaksanakan oleh para editor yang juga mahasiswa TH Bandung, yaitu E. P. H. Joon, A. C. de Wilde, dan A. P. V. Kist.[28] Dengan adanya majalah tersebut, para mahasiswa dilatih untuk menulis secara ilmiah dan tertata baik, selain belajar berorganisasi, dan membagi waktu dengan kegiatan akademis.
Rector magnificus: Prof. Ir. Jan Klopper; Sekretaris: Prof. Dr. Willem Boomstra
Kesulitan ditemui dalam pengisian staf pengajar untuk mata kuliah Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara. Ketika Mr. A. C. H. Graafland akan diangkat, ternyata kondisi kesehatannya tidak mengizinkan. Mr. L. A. de Waal, guru OSVIA Bandung, sangat membantu di bulan-bulan terakhir TA 1922-1923 untuk memberikan serangkaian kuliah pengganti. Untuk TA 1923-1924 kekosongan tersebut terpenuhi dengan diangkatnya Mr. A. H. Walkate, hakim di Mahkamah Agung Hindia Belanda, sebagai profesor luar biasa untuk Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara.[29] Sementara 2 orang lagi menunggu proses pengangkatan, total guru besar pada tahun akademik ini ada tiga belas orang[30] yang terdiri dari 6 guru besar tetap dan 7 guru besar luar biasa.
Pada tahun 1923 TH Bandung sebagai bijzondere school (sekolah luar biasa/swasta bersubsidi) menerima subsidi dari Pemerintah sebesar setengah biaya eksploitasi yaitu ƒ 185.000. (ƒ 185.000,- pada tahun 1923 ≈ ƒ 2.810.499,- pada tahun 2011 ≈ Rp 14,9 miliar. Jumlah mahasiswa THS saat itu 93 mahasiswa sehingga didapat Rp 160,7 juta/mahasiswa.[31] atau Rp 18,5 juta/mahasiswa.)
Sabtu, 30 Juni 1923 – Dies Natalis ke-3 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A,[note 6] yang dimulai jam 10.00. Selanjutnya Rector magnificus Prof. Ir. Jan Klopper menyampaikan gambaran tentang apa yang terjadi pada TA 1922-1923. Pada kesempatan ini Prof. Dr. Ir. J. H. A. Haarman menyampaikan orasi ilmiahnya.[30] Orasi ilmiahnya berjudul "De berekening van ijzeren bruggen en de richting, waarin die zich ontwikkelt[pranala nonaktif permanen]" (perhitungan dari jembatan besi, dan ke arah mana ia mengembang).
Hasil studi untuk TA 1922-1923 adalah dari 93 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, berdasarkan hasil ujian akhir, sebanyak 15 orang lulus ke tingkat 4; 16 orang lulus ke tingkat 3; dan 26 orang lulus ke tingkat 2.[27] Di antara mahasiswa yang berhasil tersebut, tiga mahasiswa pribumi yaitu M. Hoedioro (TH 1921), M. Soetedjo (TH 1921), dan M. Soetojo (TH 1921) berhasil lulus dari tingkat dua ke tingkat tiga.[32] Sementara itu, R. Soekarno (TH 1921) berhasil lulus dari tingkat satu ke tingkat dua, bersama M. Anwari (TH 1922), R. M. Koesoemaningrat (TH 1922), Marsito (TH 1922), R. Soemani (TH 1922), M. Soetono (TH 1922), Soetoto (TH 1922), Herling Laoh[note 10] (TH 1922), dan J. A. H. Ondang (TH 1922).[32]
Senin, 2 Juli 1923 – masa perkuliahan tahun akademik ke-4 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 88 orang. Pada TA ini TH Bandung sudah lengkap menyelenggarakan empat tingkatan yang terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 15 orang, tingkat 3 sebanyak 18 orang, tingkat 2 sebanyak 25 orang, tingkat 1 sebanyak 30 orang (mahasiswa baru 19[13] orang - laporan tahun 1922-1923 hanya menyebut 14 kemudian meningkat menjadi 17 orang - ditambah 11 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[29][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 126 orang.
Pada tanggal 16-23 September 1923 dilaksanakan studi ekskursi/kunjungan lapangan tahunan untuk mahasiswa tingkat 3 dan 4 ke Jawa Tengah untuk mengunjungi beberapa lokasi antara lain proyek irigasi Bandjar-Tjahjana, pabrik gula "Gesiekan", Candi Mendut dan Borobudur. Hari-hari berikutnya dilaksanakan kunjungan ke Semarang yaitu ke pelabuhan, gedung Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij, dan lokasi-lokasi proyek lainnya.[33]
Rector magnificus: Prof. Ir. Jan Klopper; Sekretaris: Prof. Dr. Willem Boomstra
17 Mei 1924 – Prof. Ir. R. L. A. Schoemaker diangkat menjadi guru besar di TH Delft,[34] posisinya kelak digantikan Wolff Schoemaker yang diangkat menjadi guru besar tetap. Total guru besar pada tahun akademik ini ada lima belas orang yang terdiri dari 6 guru besar tetap dan 9 guru besar luar biasa.[2]
Selasa, 1 Juli 1924 – Dies Natalis ke-4 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A,[note 6] pukul 10.00. Pada TA ini untuk pertama kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak dua belas insinyur sipil dari 15 kandidat yang mengikuti ujian akhir. Bandoengsche ingenieurs (sebutan untuk membedakan dengan koleganya dari TH Delft yang disebut Delftsche ingenieurs) terdiri dari delapan orang Eropa, satu orang wanita Eropa, dan tiga orang Tionghoa.[35][36]
Hasil studi untuk TA 1923-1924 adalah dari 88 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, berdasarkan hasil ujian akhir, sebanyak 12 orang lulus ke tingkat 4; 21 orang lulus ke tingkat 3; dan 14 orang lulus ke tingkat 2.[35] Satu orang dari tiga mahasiswa pribumi tingkat tiga, yaitu M. Soetedjo (TH 1921) berhasil lulus ke tingkat empat.[35] Sementara enam mahasiswa pribumi yaitu R. Soekarno (TH 1921), R. Soemani, M. Soetono, Soetoto, Djoko Asmo (TH 1921), M. Anwari; dan satu mahasiswa Minahasa - J. A. H. Ondang berhasil lulus dari tingkat dua ke tingkat tiga.[35] Di antara mahasiswa tingkat satu yang berhasil lulus ke tingkat dua terdapat nama Djanakoem (TH 1923), Goesti Mohamad Noor[note 10] (TH 1923) - putera Kalimantan, dan Martinus Putuhena[note 10] (TH 1923) - seorang putera Maluku.[35]
Selasa, 1 Juli 1924 – masa perkuliahan tahun akademik ke-5 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak sekitar 96 orang, terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 15 orang, tingkat 3 sebanyak 26 orang, tingkat 2 sebanyak 17 orang, tingkat 1 sebanyak 38 orang (mahasiswa baru 29 orang[13] ditambah 9 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[37][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 155 orang.
Pada TA ini terdapat beberapa peristiwa penting yaitu:
Pada hari Sabtu, 18 Oktober 1924 - di Aula/Barakgebouw A[note 6] - dilangsungkan Upacara Peresmian Pengambil-alihan TH Bandung yang dihadiri oleh Gubernur Jenderal Mr. Dirk Fock. Dalam pidatonya Gubernur Jenderal menyatakan bahwa peristiwa pengalihan ini tidak sepenting pembukaan TH pada tahun 1920. Walaupun demikian hari itu harus dianggap penting sebagai tonggak sejarah (mijlpaal) dalam kehidupan TH, yaitu peralihan status dari swasta menjadi instansi pemerintah.[2]
Dengan masuknya TH menjadi lembaga pemerintah, maka KIHTONI dilikuidasi, College van Directeureun sebagai wakil Raad van Beheer di Indonesia dibubarkan. Presiden Direktur College van Directeureun K. A. R. Bosscha mulai saat itu diangkat sebagai Presiden College van Curatoren. Sehingga pada permulaan pidatonya Gubernur Jenderal menyebut sebagai Presiden Direktur, dan pada penutupan sebagai Presiden Kurator. Penyerahan resmi dinyatakan dalam sebuah Oorkonde - piagam - yang ditandatangani oleh Gubernur Jenderal Mr. Dirk Fock dan Voorzitter van het College van Directeureun K. A. R. Bosscha.
Sesudah upacara resmi, diadakan upacara keakraban untuk mengenang jasa K. A. R. Bosscha. Komplek Fisika kemudian diberi nama Bosscha Laboratorium. Selain itu sebuah foto Bosscha diserahkan kepada pengurus Bosscha-lab untuk ditempatkan di kamar bacaan.
Bandoengsch Technische Hoogeschool-fonds (BTH-fonds) adalah suatu yayasan yang didirikan untuk menyokong perkembangan TH Bandung dalam arti luas. BTH-fonds berkedudukan di Belanda dan mempunyai badan perwakilan di Indonesia yang diikat pada TH Bandung.
Sehubungan dengan dilikuidasinya KIHTONI, maka saldo keuangan ƒ 350.000,- (ƒ 350.000,- pada tahun 1924 ≈ ƒ 5.280.490,- pada tahun 2011 ≈ Rp 28 miliar) harus disetorkan ke negara, namun dengan persetujuan Minister van Kolonien (Menteri Urusan Daerah Jajahan) dan Gubernur Jenderal, maka sebesar ƒ 100.000,- (ƒ 100.000,- pada tahun 1924 ≈ ƒ 1.508.711,- pada tahun 2011 ≈ Rp 8 miliar) disisihkan untuk dipergunakan sebagai modal Bandoengsch Technische Hoogeschool-fonds (BTH-fonds), yang didirikan dengan Akta Notaris 16 Februari 1926. Dari dana yang kemudian disimpan dan diolah tersebut, secara rutin Yayasan BTH-fonds memberikan bantuannya kepada TH Bandung.
Dalam “Statuten” dari Yayasan BTH-fonds ditetapkan bahwa selama di Bandung ada ‘technische hoogeschool’ maka tujuan yayasan (Stichting) ini tidak dapat diubah.[2] Yayasan BTH-fonds masih berdiri hingga kini di Negeri Belanda dan tetap memberikan bantuan khususnya beasiswa bagi lulusan Institut Teknologi Bandung. Yayasan ini berkontribusi dalam memberikan fellowship bagi para peraih Ganesha Prize ITB. Yayasan ini merupakan salah satu mata rantai yang menghubungkan ITB dengan sejarah masa lalunya - Technische Hoogeschool te Bandoeng.
Sehubungan dengan pengambil-alihan THS (Sabtu, 18 Oktober 1924) oleh negara dan pembukaan RHS (Selasa, 28 Oktober 1924), maka kedua sekolah tinggi tersebut diatur dalam peraturan perundang-undangan tentang pendidikan/perguruan tinggi di Hindia Belanda yang selanjutnya disebut Hooger Onderwijs Wet 1924 Ordonnantie 9 Oktober 1924 No.1 yang di antaranya mengatur:[39]
Dengan dikeluarkannya UU tersebut pada tahun 1924, semakin kuatlah dasar pijakan bagi dua sekolah tinggi tersebut - satu hasil perolehan dari lembaga swasta bersubsidi yaitu Sekolah Tinggi Teknik di Bandung; satu lagi hasil inisiatif pemerintah Hindia Belanda sendiri yaitu Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta. Tiga tahun ke depan, tepatnya tahun 1927, bertambah lagi sekolah tinggi di negeri ini, yaitu Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta.
Rector magnificus: Prof. Ir. Jan Klopper; Sekretaris: Prof. Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos
Setelah menjabat sekitar lima tahun, mulai TA 1925-1926 bertindak selaku Ketua Fakultas adalah Prof. Dr. Jacob Clay.
Pada bulan Juli 1924, Mr. Dr. Harmen Westra, diangkat menjadi guru besar luar biasa untuk Hukum Administrasi Negara di TH Bandung.[40]
Terhitung tanggal 1 September 1924 Charles Prosper Wolff Schoemaker diangkat menjadi guru besar tetap untuk Bangunan ditambah bidang-bidang yang sebelumnya telah dipegang.[24] Total guru besar pada tahun akademik ini ada empat belas orang yang terdiri dari 6 guru besar tetap dan 8 guru besar luar biasa.[41]
Sabtu, 4 Juli 1925 – Dies Natalis ke-5 dan Lustrum ke-1 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A[note 6] kali ini dipimpin Ketua Fakultas yang baru yaitu Prof. Dr. Jacob Clay.[42] Selanjutnya Prof. Ir. W. H. A. van Alphen de Veer menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "De ontwikkeling van onze kennis van de bouwmaterialen[pranala nonaktif permanen]" (perkembangan pengetahuan dalam bahan bangunan).
Pada TA ini untuk kedua kalinya TH Bandung meluluskan sebanyak delapan orang insinyur sipil - semuanya orang Eropa, dari 15 kandidat yang mengikuti ujian akhir.[36] Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 20 insinyur, 19 insinyur memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun (95%), 1 orang menempuh studi selama lima tahun (5%). Rata-rata waktu kelulusan adalah 4,05 tahun.
Hasil studi untuk TA 1924-1925 adalah dari 96 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, berdasarkan hasil ujian akhir, dari 26 mahasiswa tingkat 3 yang terdaftar, 25 orang mengikuti ujian akhir dengan hasil 19 orang lulus ke tingkat 4, dan 6 orang tidak lulus.
Dari 17 mahasiswa tingkat 2 yang terdaftar, 15 orang mengikuti ujian akhir dengan hasil 14 orang lulus ke tingkat 3, dan 1 orang tidak lulus.
Dari 38 mahasiswa tingkat 1 yang terdaftar, 31 orang mengikuti ujian akhir dengan hasil 19 orang lulus ke tingkat 2, 1 orang dikenakan ujian ulangan, dan 11 orang tidak lulus.[37]
Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat empat, terdapat nama M. Anwari (TH 1922), R. M. Koesoemaningrat (TH 1922), J. A. H. Ondang (TH 1922), R. Soekarno (TH 1921), dan Soetoto (TH 1922).[43] Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat tiga, terdapat nama Herling Laoh,[note 10] Goesti Mohamad Noor,[note 10] dan Martinus Putuhena[note 10].[43] Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat dua, terdapat nama B. R. M. Saloekoe dan A. M. Semawi.[43]
Rabu, 1 Juli 1925 – masa perkuliahan tahun akademik ke-6 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 77 orang dalam empat tingkatan yang terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 25 orang, tingkat 3 sebanyak 19 orang, tingkat 2 sebanyak 18 orang, tingkat 1 sebanyak 15 orang (mahasiswa baru 14[13] orang ditambah 1 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[44][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 169 orang.
Sehubungan dengan rencana Pemerintah untuk mengembangkan pendidikan tinggi, yang pertama dibutuhkan adalah mengembangkan pendidikan menengah dan sekolah tinggi yang memadai. Untuk itulah TH Bandung merencanakan untuk menambahkan program studi teknik mesin dan teknik elektro.[44] Namun keinginan tersebut baru terlaksana pada TA 1940-1941 dengan dibukanya program studi Teknik Kimia, dan TA 1941-1942 untuk program studi Teknik Mesin-Listrik - itupun atas inisiatif staf pengajar TH Bandung (belum mendapat izin dan pengesahan Pemerintah).
Ketua Fakultas: Prof. Dr. Jacob Clay; Sekretaris: Prof. Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos.
Susunan korps guru besar hanya mengalami satu perubahan namun sangat signifikan, di mana Prof. Ir. Jan Klopper tidak dapat kembali ke TH Bandung, sementara Prof. Ir. A. S. Keverling Buisman harus kembali ke Delft.[44]
Mulai TA mendatang tepatnya tanggal 2 Juni 1926 korps guru besar TH Bandung diperkuat dengan diangkatnya insinyur dari Dinas Pembangkit Tenaga dan Kelistrikan - Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh sebagai guru besar mekanika.[45] Total guru besar pada tahun akademik ini ada empat belas orang yang terdiri dari 6 guru besar tetap dan 8 guru besar luar biasa.
Sabtu, 3 Juli 1926 – Dies Natalis ke-6 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A[note 6].[44] Setelah pidato Ketua Fakultas Prof. Dr. Jacob Clay, Prof. Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Bevloeiing, welvaart en cultuur" (irigasi, kesejahteraan dan kebudayaan).[44]
Pada kesempatan kali ini, K. A. R. Bosscha mengalungkan ambtsketen (kalung rantai) jabatan Ketua Fakultas pada Prof. Dr. Jacob Clay diiringi tepuk tangan para hadirin. Kalung rantai itu adalah hadiah dari Dr. J. W. Ijzerman.
Selanjutnya dilaksanakan peresmian pembukaan patung dada Dr. Yzerman berlokasi di plaza depan Taman Ganesha sekarang, pada zaman pendudukan Jepang dicopot, kemudian disimpan di gedung rektorat ITB, tahun 2001 dipindahkan lagi ke Villa Merah - salah satu properti milik ITB yang juga terletak di Jl. Taman Sari Bandung dan kini menjadi Kantor Pusat Penelitian Pariwisata ITB.[46] Patung dada itu dibuat oleh Prof. Ode dari Delft yang diserahkan kepada pemerintah kota Bandung. Burgemeester (Wali kota) Bandung, Bertus Coops mengucapkan terima kasih atas nama dewan kota untuk hadiah yang indah itu.[44]
Pada TA ini untuk ketiga kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak dua puluh orang (semula 19 orang, satu orang menyusul kemudian karena sakit).[36] Di antara insinyur muda tersebut terdapat empat orang pribumi pertama yang berhasil meraih gelar insinyur dari TH Bandung yaitu M. Soetedjo (TH 1921), Soekarno (TH 1921), M. Anwari (TH 1922), dan J. A. H. Ondang (TH 1922).[47] Dalam pidatonya Prof. Dr. Jacob Clay menyampaikan: "Aan het eind-examen voor ingenieurs namen 22 personen deel, hiervan slaagden er 19, w.o. 3 Javaansche jongelui."[44] … tiga insinyur Jawa, sayangnya ia tidak menyebutkan empat insinyur pribumi.[48] Dari 19 insinyur muda tersebut 3 orang menyelesaikan pendidikan dalam 6 tahun, 7 orang menyelesaikan pendidikan dalam 5 tahun, dan 9 orang menyelesaikan pendidikan dalam 4 tahun.
Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 40 insinyur, 29 insinyur memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun (72,5%), 8 orang menempuh studi selama lima tahun (20%), 3 orang menempuh studi selama enam tahun (7,5%). Rata-rata waktu kelulusan adalah 4,35 tahun.
Hasil studi untuk TA 1925-1926 adalah dari 77 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, berdasarkan hasil ujian akhir, sebanyak 14 orang lulus ke tingkat 4; 11 orang lulus ke tingkat 3 (ditambah 3 orang ujian perpanjangan); dan 5 orang lulus ke tingkat 2 (ditambah 1 orang ujian perpanjangan).[44] Dari 25 mahasiswa tingkat 4, sebanyak 19 orang lulus ingenieurs-examen (ujian akhir tingkat 4 - ujian insinyur), sementara satu orang menyusul kemudian setelah menjalani ujian perpanjangan karena sakit.[47] Dari 19 mahasiswa tingkat 3, sebanyak 14 orang lulus candidaats-examen (ujian kenaikan tingkat 3 ke tingkat 4), di antaranya M. Hoedioro, Herling Laoh,[note 10] M. Marsito, G. M. Noor,[note 10] Martinus Putuhena,[note 10] R. Soemani; sementara 5 orang tidak lulus.[47] Dari 18 mahasiswa tingkat 2, sebanyak 11 orang lulus ujian kenaikan tingkat 2 ke tingkat 3, di antaranya A. M. Semawi[note 11].[47] Dari 15 mahasiswa tingkat 1, sebanyak 5 orang lulus ujian kenaikan tingkat 1 ke tingkat 2, di antaranya M. Soegyono, dan R. M. Soemantri; 1 orang ujian perpanjangan; 7 orang mengundurkan diri, 3 orang tidak lulus.[47] Suatu hasil studi yang kurang memuaskan, namun merupakan kenyataan yang harus dihadapi TH Bandung.
Kamis, 1 Juli 1926 – masa perkuliahan tahun akademik ke-7 dengan jumlah mahasiswa baru di tingkat satu sebanyak 23 orang.[13][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 192 orang.
Kondisi kurang menggembirakan dirasakan para pengajar TH Bandung mengenai kualitas dari mahasiswa baru. Hal ini tampak jelas dari persentase kelulusan ujian kenaikan tingkat satu selama beberapa tahun terakhir yang cenderung menurun. Prosentase tersebut dari TA 1921-1922 hingga TA 1926-1927 semakin menurun yaitu 60, 43, 61, 48, 44 dan akhirnya tahun ini 34 persen.[50]
Jacob Clay selaku Ketua Fakultas berpendapat bahwa kualitas pendidikan pra-pendidikan tinggi di tingkat sekolah menengah semakin menurun sejak tahun 1921. Jam pelajaran matematika di HBS dikurangi, demikian juga untuk mata pelajaran mekanika dan fisika - di mana semua pelajaran tersebut merupakan dasar bagi calon insinyur. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah jumlah murid dalam suatu kelas semakin besar, jumlah jam mengajar setiap guru juga semakin banyak, dan rasio guru per siswa semakin besar, sehingga kualitas pengajaran HBS mengalami penurunan.[50] Selanjutnya ia juga menyampaikan, agar tidak mengalami kesulitan dalam studi di TH Bandung, maka calon mahasiswa yang sedang belajar di sekolah menengah, setidaknya mendapatkan nilai 7 untuk pelajaran matematika dan fisika.[50]
Ketua Fakultas: Prof. Dr. Jacob Clay; Sekretaris: Prof. Ir. Hendrik van Breen.
Setelah menjabat sekitar dua tahun, mulai TA 1927-1928 bertindak selaku Ketua Fakultas adalah Prof. Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos, sebagai pejabat sementara selama Prof. Dr. Jacob Clay cuti ke luar negeri selama satu tahun. Total guru besar pada tahun akademik ini ada empat belas orang yang terdiri dari 6 guru besar tetap dan 8 guru besar luar biasa.
Sabtu, 2 Juli 1927 – Dies Natalis ke-7 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A[note 6].[50] Acara dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Dr. Jacob Clay. Selanjutnya Prof. Ir. J. N. van der Ley menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul "Electriciteits voorziening als factor in de menschelijke samenleving Diarsipkan 2014-08-21 di Wayback Machine." (penyediaan tenaga listrik sebagai salah satu faktor dalam kehidupan masyarakat).[50]
Pada TA ini untuk keempat kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 14 insinyur sipil dari 19 kandidat yang mengikuti ujian akhir. Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 54 insinyur, 35 insinyur memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun (65%), 13 insinyur lainnya menempuh studi selama lima tahun (24%), dan 6 orang lainnya membutuhkan waktu enam tahun (11%).[50] Di antara insinyur muda tersebut adalah M. Hoedioro (TH 1921), R. M. Koesoemaningrat (TH 1922), Marsito (TH 1922), Soetoto (TH 1922), Goesti Mohamad Noor (TH 1923),[note 10] dan Martinus Putuhena (TH 1923)[note 10].[51] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 10 orang.[36]
Hasil studi untuk TA 1926-1927 berdasarkan hasil ujian akhir, sebanyak 11 orang lulus ke tingkat 4;[51] 3 orang lulus ke tingkat 3; dan 5 orang lulus ke tingkat 2.[52] Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat empat, terdapat nama B. R. M. Saloekoe dan A. M. Semawi.[51]
Senin, 4 Juli 1927 – masa perkuliahan tahun akademik ke-8 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 51 orang dalam empat tingkatan yang terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 17 orang, tingkat 3 sebanyak 8 orang, tingkat 2 sebanyak 7 orang, tingkat 1 sebanyak 19 orang (mahasiswa baru 16[13] orang ditambah 3 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[53][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 208 orang.
Ketua Fakultas: Prof. Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos; Sekretaris: Prof. Ir. Hendrik van Breen. Setelah menjabat selama satu tahun, mulai TA 1928-1929 jabatan Ketua Fakultas dipegang kembali oleh Prof. Dr. Jacob Clay yang baru kembali dari cuti luar negeri selama hampir setahun.
Mulai bulan Juni 1928 korps guru besar TH Bandung diperkuat dengan diangkatnya insinyur dari Staatsspoorwegen (SS) - Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard sebagai guru besar tetap bidang Bangunan Jalan dan Jembatan untuk menggantikan posisi Prof. Dr. Ir. J. H. A. Haarman yang sebelumnya mengundurkan diri.[54] Total guru besar pada tahun akademik ini ada empat belas orang yang terdiri dari 6 guru besar tetap dan 8 guru besar luar biasa.
Sabtu, 30 Juni 1928 – Dies Natalis ke-8 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A,[note 6] yang dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos, kemudian dilanjutkan orasi ilmiah Prof. Ir. G. H. M. Vierling – guru besar luar biasa Teknik Mesin TH Bandung yang memberikan gambaran dan uraian mengenai peran para teknisi Belanda dalam pengembangan turbin uap dan mesin kapal ("Aandeel van de Nederlandsche technici in de ontwikkeling van stoommachine en motor voor scheepsbedrijf").[55]
Pada TA ini untuk kelima kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 8 insinyur sipil dari 17 kandidat yang mengikuti ujian akhir. Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 62 insinyur, 40 insinyur memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun (64,5%), 13 insinyur lainnya menempuh studi selama lima tahun (21%), dan 9 orang lainnya membutuhkan waktu enam tahun (14,5%). Rata-rata waktu kelulusan adalah 4,5 tahun. Di antara insinyur muda tersebut adalah R. Soemani (TH 1922), Herling Laoh (TH 1922),[note 10][note 12] dan A. M. Semawi (TH 1924).[note 11][53] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 13 orang.[36]
Hasil studi untuk TA 1927-1928 berdasarkan hasil ujian akhir, dari 8 mahasiswa tingkat 3 yang mengikuti ujian, sebanyak 5 orang lulus ke tingkat 4;[53] dari 7 mahasiswa tingkat 2 yang mengikuti ujian, 5 orang lulus ke tingkat 3; dan dari 19 mahasiswa tingkat 1 yang mengikuti ujian, 11 orang lulus ke tingkat 2, satu orang diizinkan mengikuti ujian susulan, tiga orang dikenakan ujian ulangan, dan 4 orang tidak lulus.[53] Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama M. Iskandar Karjomanggolo dan M. Soemono. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama Pangeran Mohamad Djahir Ibrahim, M. Soemardjono, M. Thahir dan M. Salyo Nitidrono.[53]
Senin, 2 Juli 1928 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-9 dengan jumlah mahasiswa baru di tingkat satu sebanyak 32 orang[56][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 240 orang.
Pada tanggal 18-25 Mei 1929 TH Bandung menjadi tuan rumah penyelenggaraan Fourth Pacific Science Congress yang dihadiri para ilmuwan dari negara-negara kawasan Pasifik.[57]
Ketua Fakultas: Prof. Dr. Jacob Clay; Sekretaris: Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker. Setelah menjabat selama kurang lebih tiga tahun akademik (TA 1925-1927 dan TA 1928-1929), mulai TA 1929-1930 jabatan Ketua Fakultas dipegang oleh Prof. Dr. Willem Boomstra. Jacob Clay selanjutnya akan diangkat sebagai guru besar Universitas Amsterdam. Diarsipkan 2011-07-06 di Wayback Machine. Posisi guru besar tetap untuk Fisika selanjutnya akan diisi oleh Prof. Dr. Herman Robert Woltjer yang baru diangkat menjadi guru besar di Universitas Leiden.
Prof. Ir. C. B. Biezeno, profesor mekanika terapan dan Kepala Bagian Mesin dan Bangunan Kapal dari TH Delft berangkat dari Belanda pada bulan Mei 1929 untuk memberikan kuliah di TH Bandung selama tahun akademik 1929-1930 sebagai guru besar biasa[58] sebagai pengganti sementara Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh yang mengambil cuti di Belanda.[2] Total guru besar pada tahun akademik ini ada empat belas orang yang terdiri dari 7 guru besar tetap dan 7 guru besar luar biasa.
Sabtu, 29 Juni 1929 – Dies Natalis ke-9 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A,[note 6] yang antara lain dihadiri Directeur van Onderwijs dan Ketua-ketua Fakultas Batavia (RHS dan GHS).[59]
Acara dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Dr. Jacob Clay yang dilanjutkan orasi ilmiah Prof. Mr. Dr. Harmen Westra – guru besar luar biasa untuk Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum Dagang di TH Bandung yang memberikan gambaran dan uraian mengenai pentingnya reorientasi ilmu hukum (her-oriënteering der rechtswetenschap).[59]
Pada TA ini untuk keenam kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 10 insinyur sipil dari 13 kandidat yang mengikuti ujian akhir. Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 72 insinyur, 42 insinyur memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun (58,3%), 15 orang menempuh studi selama lima tahun (20,8%), 10 orang membutuhkan waktu enam tahun (13,9%), 3 orang membutuhkan waktu tujuh tahun (4,2%), dan 2 orang membutuhkan waktu delapan tahun (2,8%). Rata-rata waktu kelulusan adalah 4,72 tahun. Di antara insinyur muda tersebut adalah B. R. M. Saloekoe Poerbodiningrat (TH 1924).[60] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 14 orang.[36]
Hasil studi untuk TA 1928-1929 adalah dari 10 mahasiswa tingkat 2 yang mengikuti ujian, 6 orang lulus ke tingkat 3; satu orang dikenakan ujian ulangan; dan 3 orang tidak lulus.[60] Dari 24 mahasiswa tingkat 1 yang mengikuti ujian, 15 orang lulus ke tingkat 2; dua orang dikenakan ujian ulangan; dan 7 orang tidak lulus.[60] Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama Moh. Iskandar Karjomanggolo. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama R. Agoes Prawiranata, Pangeran Mohamad Djahir Ibrahim, dan M. Soemardjono. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama R. Roosseno, M. Sahardi, dan R. M. Soetardi.[60]
Senin, 1 Juli 1929 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-10 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak sekitar 87 orang, terdiri dari 49 orang Eropa, 32 orang pribumi, dan 6 orang Tionghoa.[61] Jumlah tersebut terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 11 orang; tingkat 3 sebanyak 10 orang; tingkat 2 sebanyak 16 orang; tingkat 1 sebanyak 50 orang (mahasiswa baru 40 orang ditambah 10 orang mahasiswa angkatan-angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[62]
Ketua Fakultas: Prof. Dr. Willem Boomstra; Sekretaris: Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker[63]
Jumlah staf pengajar hingga akhir tahun 1929 sebanyak 22 orang terdiri dari 15 guru besar, 3 lektor, dan 4 dosen sementara. Selain itu tercatat sebanyak 7 orang mantan guru besar (yang sudah tidak bekerja di TH Bandung). Jumlah asisten sebanyak 11 orang.[61]
Posisi guru besar tetap untuk Fisika diisi oleh Prof. Dr. Herman Robert Woltjer yang baru diangkat menjadi guru besar di Universitas Leiden.
Selama TA 1929-1930 Prof. Ir. C. B. Biezeno, profesor mekanika terapan dan Kepala Bagian Mesin dan Bangunan Kapal dari TH Delft untuk sementara menggantikan Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh yang mengambil cuti di Belanda.[2][58]
Guru besar luar biasa untuk Teknik Mesin - Prof. Ir. G. H. M. Vierling, sejak tanggal 30 Juni 1929 atas permintaannya sendiri, diberhentikan dengan hormat dari jabatan guru besar luar biasa TH Bandung. Oleh karena itu, pada TA 1929-1930 TH Bandung mengangkat Ir. P. F. A. van Wolzogen Kühr menjadi lektor luar biasa ("buitengewoon lector") untuk Teknik Mesin. Wolzogen Kühr adalah insinyur kelas I di perusahaan "Staats Spoor- en Tramwegen" di Jawa.[64] Total guru besar pada tahun akademik ini ada lima belas orang yang terdiri dari 7 guru besar tetap, 7 guru besar luar biasa, dan 1 guru besar sementara.
Sabtu, 28 Juni 1930[61] – Dies Natalis ke-10 dan Lustrum ke-2 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A[note 6] di mana Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker – guru besar Arsitektur TH Bandung menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "De aesthetiek der architectuur en de kunst der modernen"[pranala nonaktif permanen] (estetika arsitektur dan seni dari gerakan modernisme).
Pada TA ini untuk ketujuh kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 6 insinyur sipil dari 11 kandidat yang mengikuti ujian akhir. Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 78 insinyur, 45 insinyur memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun (57,7%), 16 orang menempuh studi selama lima tahun (20,5%), 12 orang menempuh studi selama enam tahun (15,4%), 3 orang menempuh studi selama tujuh tahun (3,8%), dan 2 orang menempuh studi selama delapan tahun (2,6%). Rata-rata waktu kelulusan adalah 4,73 tahun. Di antara insinyur muda tersebut adalah Moh. Iskandar Karjomanggolo (TH 1926) dan M. Soemono (TH 1926).[65] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 16 orang.
Hasil studi untuk TA 1929-1930 adalah dari 87 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, berdasarkan hasil ujian akhir, dari 10 mahasiswa tingkat 3 yang mengikuti ujian, sebanyak 6 orang lulus ke tingkat 4 (1 orang ujian perpanjangan); dari 16 mahasiswa tingkat 2 yang mengikuti ujian, 9 orang lulus ke tingkat 3 (6 orang gagal, 1 orang ujian perpanjangan); dan dari 38 mahasiswa tingkat 1 yang mengikuti ujian, 18 orang lulus ke tingkat 2, 7 orang dikenakan ujian ulangan, 11 orang tidak lulus, dan 2 orang mundur dari ujian.[62][65] Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama R. Agoes Prawiranata, Pangeran Mohamad Djahir Ibrahim, dan M. Soemardjono. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama R. Roosseno. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama R. Djoeanda Kartawidjaja, Mas Endoen Abdul Karim, M. Goenarso, Indera Mahmoed Tjaja, M. Soenardi, M. Soepardi, dan M. Soewito.[65]
Selama sepuluh tahun akademiknya, mahasiswa yang pernah mendaftar sebanyak 736 pendaftar terdiri dari 508 orang Eropa, 170 orang pribumi, dan 58 orang Tionghoa. Angka 736 adalah jumlah pendaftar dari semua tingkat (I sampai IV), namun jumlah total pendaftar pertama kali (mahasiswa baru tingkat 1) sebanyak 338 orang.[61]
Senin, 30 Juni 1930 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-11 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 111 orang, terdiri dari 66 orang Eropa, 36 orang pribumi, dan 9 orang Tionghoa.[56] Jumlah tersebut terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 11 orang, tingkat 3 sebanyak 12 orang, tingkat 2 sebanyak 24 orang, tingkat 1 sebanyak 64 orang (mahasiswa baru 46 orang ditambah 18 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 326 orang.
Setelah pemberian gelar doktor honoris causa kepada J. W. Ijzerman dengan promotor Prof. Ir. Jan Klopper pada tanggal 7 April 1925, maka pada tahun ini untuk pertama kalinya TH Bandung menghasilkan Doktor Ilmu Teknik selain honoris causa yaitu Ir. Nicolaas Hendrik van Harpen, seorang insinyur kimia lulusan TH Delft tahun 1924, peneliti pada AVROS di Medan. Pada hari Kamis, 9 Oktober 1930 jam 09.00 di Aula/Barakgebouw A,[note 6] Ir. N. H. Harpen berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul "De electrometrische bepaling van de waterstofionenconcentratie in de latex van Hevea brasiliensis en hare toepassing op technische vraagstukken" (Penentuan elektrometri konsentrasi ion hidrogen dalam lateks Hevea brasiliensis, dan penggunaannya pada masalah teknis). Bertindak selaku promotor adalah Prof. Ir. W. H. A. van Alphen de Veer (semula Prof. Dr. O. de Vries, namun diganti karena ia berangkat ke Groningen), sedangkan selaku penyanggah adalah Ibu Dr. P.J.F. Beumée-Nieuwland.[66]
Ketua Fakultas: Prof. Dr. Willem Boomstra; Sekretaris: Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh[67]
Pada bulan Juni 1930 Dr. Ir. Cornelis Pieter Mom - kepala kantor penelitian untuk penjernihan air Manggarai, diangkat sebagai lektor luar biasa untuk bidang Sanitasi di TH Bandung.[68]
Pada bulan Juli 1930 TH Bandung mengangkat Ir. Ferdinand Taco Mesdag menjadi lektor luar biasa ("buitengewoon lector") untuk Geologi Teknik; Ir. P. F. A. van Wolzogen Kühr menjadi lektor luar biasa ("buitengewoon lector") untuk Teknik Mesin; Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard – selain menjabat guru besar tetap untuk Bangunan Jalan dan Jembatan, juga diangkat untuk memegang Bangunan Pelabuhan dan Pekerjaan Maritim; Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh – selain menjabat guru besar tetap untuk Mekanika, diangkat untuk memegang Bangunan Pelabuhan dan Pekerjaan Maritim serta Teknologi Sanitasi.[69]
Sejak tanggal 8 November 1930, Prof. Ir. P. N. Max – guru besar luar biasa untuk Jembatan, melaksanakan cuti luar negeri selama 9 bulan[70] dengan kapal "Koningin der Nederlanden" yang berangkat dari Batavia tanggal 12 November 1930 menuju Amsterdam.[71] Namun satu tahun kemudian ia tidak kembali ke Hindia Belanda, oleh karenanya sejak tanggal 31 December 1931, atas permintaannya sendiri, ia diberhentikan dengan hormat dari kepegawaiannya di Staatsspoorwegen (SS).[72]
Guru besar luar biasa untuk Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum Dagang - Prof. H. Westra, sejak tanggal 20 Mei 1931 atas permintaannya sendiri, diberhentikan dengan hormat dari jabatan guru besar luar biasa TH Bandung.[73]
Sejak tanggal 3 Mei 1930, Prof. Ir. H. van Breen melaksanakan cuti luar negeri selama 9 bulan dan tidak kembali ke Hindia Belanda, oleh karenanya sejak tanggal 30 Juni 1931 atas permintaannya sendiri, ia diberhentikan dengan hormat dari jabatan guru besar tetap TH Bandung untuk Bangunan Air.[74]
Sementara itu, terhitung tanggal 30 Juni 1931 Mayor Jenderal (Purn) Prof. dr. H. M. Neeb atas permintaannya sendiri, diberhentikan dengan hormat dari jabatan guru besar luar biasa untuk bidang Higiene/Lingkungan TH Bandung.[75] Total guru besar pada tahun akademik ini ada dua belas orang yang terdiri dari 6 guru besar tetap dan 6 guru besar luar biasa.
Sabtu, 4 Juli 1931 – Dies Natalis ke-11 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A[note 6] di mana Prof. dr. H. M. Neeb – guru besar luar biasa untuk Higiene dan Teknik Sanitasi TH Bandung menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Hygiëne en gezondheidszorg in tropisch Nederland" (kebersihan dan pelayanan kesehatan di kawasan tropis Belanda).
Pada TA ini untuk kedelapan kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 9 insinyur sipil dari 11 kandidat yang mengikuti ujian akhir. Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 87 insinyur, 47 insinyur memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun (54%), 20 orang menempuh studi selama lima tahun (23%), 12 orang menempuh studi selama enam tahun (13,79%), 3 orang menempuh studi selama tujuh tahun (3,45%), 4 orang menempuh studi selama delapan tahun (4,6%), dan 1 orang menempuh studi selama sepuluh tahun (1,15%). Rata-rata waktu kelulusan adalah 4,86 tahun. Di antara insinyur muda tersebut adalah R. Agoes Prawiranata (TH 1926), Pangeran Mohamad Djahir Ibrahim (TH 1927), dan M. Soemardjono (TH 1927).[76] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 19 orang.
Hasil studi untuk TA 1930-1931 adalah dari 111 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, berdasarkan hasil ujian akhir, dari 12 mahasiswa tingkat 3 yang mengikuti ujian, sebanyak 10 orang lulus ke tingkat 4 (1 orang tidak lulus); dari 24 mahasiswa tingkat 2 yang mengikuti ujian, 10 orang lulus ke tingkat 3 (5 orang tidak lulus, 4 orang dikenakan ujian ulangan, 2 orang diizinkan mengikuti ujian susulan karena sakit); dan dari 48 mahasiswa tingkat 1 yang mengikuti ujian, 16 orang lulus ke tingkat 2, 13 orang dikenakan ujian ulangan, dan 19 orang tidak lulus.[76] Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama R. Roosseno. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama Djoeanda Kartawidjaja, Mas Endoen Abdul Karim, M. Soenardi, dan M. Soepardi. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama R. Abdoelmoettalip Danoeningrat, Djoenaedi, dan R. Poedjono Hardjoprakoso.[76]
Pada awal bulan Juli 1931 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-12 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 128 orang, terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 12 orang, tingkat 3 sebanyak 15 orang, tingkat 2 sebanyak 29 orang, tingkat 1 sebanyak 72 orang (mahasiswa baru 49 orang ditambah 23 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[77][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 375 orang.
Ketua Fakultas: Prof. Dr. Willem Boomstra; Sekretaris: -
Pada tanggal 17 September 1931 Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger diangkat menjadi guru besar tetap bidang Bangunan Air. Pada acara pengukuhannya Sprenger memberikan orasi ilmiah dengan judul "Het Beton als materiaal voor waterbouwkundige werken" - (beton sebagai material untuk pekerjaan bangunan air).
Dengan berhentinya Prof. dr. H. M. Neeb, maka posisi guru besar luar biasa untuk bidang Higiene dan Teknologi Sanitasi TH Bandung diisi oleh Prof. Dr. Ir. Cornelis Pieter Mom. Pengukuhan C. P. Mom sebagai guru besar dilaksanakan pada hari Jumat, 18 Desember 1931 dengan membacakan orasi ilmiah yang berjudul "Over het verband tusschen drinkwater, bodemverontreiniging en darmziekten"[pranala nonaktif permanen].[78]
Pada tanggal 23 Maret 1932 Martin August Gustav Harthoorn diangkat menjadi guru besar luar biasa bidang Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum Dagang untuk menggantikan Prof. Mr. Dr. Harmen Westra. Pada acara pengukuhannya Prof. Mr. Dr. M. A. G. Harthoorn memberikan orasi ilmiah dengan judul "De huidige crisis" Diarsipkan 2020-08-14 di Wayback Machine. - (krisis saat ini). Total guru besar pada tahun akademik ini ada dua belas orang yang terdiri dari 7 guru besar tetap dan 5 guru besar luar biasa.
Sabtu, 2 Juli 1932 – Dies Natalis ke-12 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A,[note 6] yang dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Willem Boomstra yang melaporkan perkembangan TH selama satu tahun terakhir. Selanjutnya Prof. Ir. J. H. G. Schepers – guru besar luar biasa untuk Ilmu Ukur Tanah/Surveying, Perataan/Levelling dan Geodesi TH Bandung menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul Problemen der Hoogere Geodesie (permasalahan higher geodesy - daerah yang lebih besar dari 50 x 50 km²).[77]
Pada dies natalis ini untuk pertama kalinya dilaksanakan penganugerahan Medali Bosscha. Medali diberikan oleh Dr. K. W. Dammerman, Ketua Dewan Ilmu Pengetahuan Hindia Belanda ("Natuurwetenschappelijken Raad van Nederlandsch-Indië") kepada Dr. Matthieu Gérard Jacques Marie Kerbosch atas prestasinya dalam bidang pertanian ("landbouwkunde"). Setelah meninggalnya K. A. R. Bosscha dibentuk sebuah yayasan untuk memperingatinya. Dengan dana awal ƒ 4.000,- yang dikelola Dewan Ilmu Pengetahuan Hindia Belanda, setiap dua tahun akan diberikan medali emas kepada orang yang berprestasi dalam bidang pertanian atau teknik. Sesuai statuta yayasan itu, penganugerahan Medali Bosscha harus dilaksanakan pada peringatan Dies Natalis TH Bandung.[79]
Pada TA ini untuk kesembilan kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 10 insinyur sipil dari 12 kandidat yang mengikuti ujian akhir. Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 97 insinyur, 53 insinyur memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun (54,64%), 21 orang menempuh studi selama lima tahun (21,65%), 15 orang menempuh studi selama enam tahun (15,46%), 3 orang menempuh studi selama tujuh tahun (3,09%), 4 orang menempuh studi selama delapan tahun (4,12%), dan 1 orang menempuh studi selama sepuluh tahun (1,03%). Rata-rata waktu kelulusan adalah 4,85 tahun. Di antara insinyur muda tersebut adalah R. Roosseno (TH 1928) dan Mohammad Thahir (TH 1926).[80] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 21 orang.
Hasil studi untuk TA 1931-1932 adalah dari 128 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, berdasarkan hasil ujian akhir, dari 15 mahasiswa tingkat 3 yang terdaftar, 1 orang mengundurkan diri pada saat ujian, 13 orang lulus ke tingkat 4, dan 1 orang dikenakan ujian ulangan.
Dari 29 mahasiswa tingkat 2 yang terdaftar, 1 orang ditangguhkan karena tindakan yang tidak diinginkan, 1 orang mengundurkan diri pada saat ujian, 15 orang lulus ke tingkat 3, 2 orang dikenakan ujian ulangan, dan 10 orang tidak lulus.
Dari 72 mahasiswa tingkat 1 yang terdaftar, 13 orang mengundurkan diri selama masa perkuliahan, 11 orang mengundurkan diri sebelum atau pada saat ujian, 23 orang lulus ke tingkat 2, 5 orang dikenakan ujian ulangan, dan 20 orang tidak lulus.[77]
Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama Djoeanda Kartawidjaja, Mas Endoen Abdul Karim, Indera Mahmoed Tjaja, M. Soenardi, dan M. Soepardi. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama M. Achmad Zacharias, M. Goenarso, M. Soeroto, M. Soetjitro, dan M. Soewito. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama Ida Bagoes Oka, J. A. Manusama, M. Soedarsono, M. Soedjito, R. Soedjono, dan R. M. Soewandi Notokoesoemo.[80]
Senin, 4 Juli 1932 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-13 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 133 orang dalam empat tingkatan terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 16 orang,[81] tingkat 3 sebanyak 17 orang, tingkat 2 sebanyak 38 orang, tingkat 1 sebanyak 62 orang (mahasiswa baru 38 orang ditambah 24 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[82][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 413 orang.
Ketua Fakultas: Prof. Dr. Willem Boomstra; Sekretaris: -. Setelah menjabat selama empat tahun, mulai TA 1933-1934 jabatan Ketua Fakultas dipegang oleh Prof. Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos. Jika sebelumnya aturan masa jabatan adalah empat tahun, maka mulai saat ini masa jabatan ketua fakultas adalah satu tahun dan dapat diangkat kembali jika memenuhi persyaratan.[83]
Total guru besar pada tahun akademik ini ada dua belas orang yang terdiri dari 7 guru besar tetap dan 5 guru besar luar biasa.
Sabtu, 1 Juli 1933 – Dies Natalis ke-13 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A[note 6] yang dimulai jam 10.00 pagi. Pada kesempatan ini Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul "Grepen uit de ontwikkeling der mechanica" (menangani pengembangan mekanika)[84]
Pada TA ini untuk kesepuluh kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 14 insinyur sipil dari 16 kandidat yang mengikuti ujian akhir, sedangkan 2 kandidat tidak lulus.[82] Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 111 insinyur. Di antara insinyur muda tersebut adalah Djoeanda Kartawidjaja (TH 1929),[note 10][note 12] Mas Endoen Abdul Karim (TH 1929),[note 12] Indera Mahmoed Tjaja (TH 1928),[note 12] Mas Soenardi (TH 1929), dan Mas Soepardi (TH 1929).[36] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 26 orang.
Hasil studi untuk TA 1932-1933 adalah dari 133 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, berdasarkan hasil ujian akhir, dari 17 mahasiswa tingkat 3 yang terdaftar, 11 orang lulus ke tingkat 4, 1 orang dikenakan ujian ulangan, dan 5 orang tidak lulus. Dari 38 mahasiswa tingkat 2 yang terdaftar, 35 orang mengikuti ujian dengan hasil 14 orang lulus ke tingkat 3, 2 orang dikenakan ujian ulangan, dan 19 orang tidak lulus. Dari 62 mahasiswa tingkat 1 yang terdaftar, 13 orang mengundurkan diri selama masa perkuliahan hingga menjelang ujian, tersisa 49 orang yang mengikuti ujian dengan hasil 16 orang lulus ke tingkat 2, 7 orang dikenakan ujian ulangan, dan 26 orang tidak lulus.[82] Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama R. Abdoelmoettalip Danoeningrat, M. Goenarso, Sedyatmo, M. Soetjitro, dan M. Soewito.[81]
Senin, 3 Juli 1933 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-14 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 138 orang dalam empat tingkatan yang terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 14 orang, tingkat 3 sebanyak 21 orang, tingkat 2 sebanyak 38 orang, dan tingkat 1 sebanyak 65 orang[84] (mahasiswa baru 42 orang[85] ditambah 23 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[note 8] Jumlah tersebut terdiri dari 73 orang Eropa, 47 orang pribumi, dan 18 orang Tionghoa.[86] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 455 orang.
Pada tanggal 2-8 Oktober 1933 diadakan studi ekskursi bagi mahasiswa senior ke proyek di Krawang, instalasi penjernihan air di Manggarai, laboratorium-laboratorium di GHS, proyek bangunan pelabuhan di Tanjung Priok, proyek pekerjaan irigasi Cisadane, pabrik bir "Archipel Brouwerij", dan sumber air untuk Batavia di Bogor. Selain itu juga dilakukan studi lapangan yang lebih kecil di sekitar Bandung. Masa perkuliahan berjalan hingga tanggal 24 Maret dan 6 April 1934, dilanjutkan masa ujian mulai tanggal 16 April 1934, hasilnya diumumkan pada tanggal 11 Mei 1934.[84]
Ketua Fakultas: Prof. Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos; Sekretaris: Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh. Setelah menjabat selama satu tahun, mulai 16 Juni 1934 jabatan Ketua Fakultas dipegang oleh Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker.
Pada tanggal 16 Juni 1934, Prof. Ir. H. C. P. de Vos, setelah 13 tahun bertugas, mengajukan pensiun dari TH Bandung untuk kembali ke Belanda. Sebagai penggantinya telah diangkat Ir. J. W. F. C. Proper yang akan memegang kuliah irigasi dan hidrolika.[84]
Untuk menggantikan Prof. Ir. W. H. A. van Alphen de Veer yang mengambil cuti ke luar negeri, maka Ir. W. J. Th. Amons dari Laboratorium Penelitian Bahan Bangunan diangkat sebagai dosen sementara.
Untuk menggantikan Prof. Dr. Willem Boomstra yang mengambil cuti ke luar negeri sejak 27 Juni 1934, maka dr. A. J. Leckie dan Ir. O. Stevens - keduanya asisten di TH Bandung, beserta Drs. J. H. Van Lint - guru HBS diangkat sebagai dosen sementara untuk perkuliahan matematika.
Selain perubahan dalam susunan guru besar, telah diangkat juga Ir. A. L. van der Laaken, kepala bagian Pekerjaan Umum dan Rel KA di perusahaan KA Staatsspoorwegen (SS) sebagai lektor luar biasa untuk Konstruksi Jalan Kereta Api.
Total guru besar pada tahun akademik ini ada dua belas orang yang terdiri dari 7 guru besar tetap dan 5 guru besar luar biasa.
Jumat, 3 Agustus 1934 – Dies Natalis ke-14 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A.[note 6] Tepat jam 10.00 diiringi lagu "Gaudeamus igitur", anggota Majelis Kurator dan para guru besar TH Bandung, beserta perwakilan dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran Batavia berada di Aula. Acara dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker yang melaporkan perkembangan TH selama satu tahun terakhir. Biasanya pidato dibawakan ketua fakultas yang lama, sekaligus sebagai pidato akhir masa jabatan. Namun karena Prof. Ir. H. C. P. de Vos telah lebih dahulu pensiun (16 Juni 1934), maka pidato dies kali ini dibawakan oleh ketua fakultas yang baru yaitu Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker.
Pada kesempatan ini Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul "De factoren, die het materiaalverbruik in constructies beinvloeden[pranala nonaktif permanen]" (faktor yang mempengaruhi pemakaian bahan dalam konstruksi).[84]
Pada dies natalis ini untuk kedua kalinya dilaksanakan penganugerahan Medali Bosscha, dan merupakan yang pertama kali dalam bidang teknik. Medali yang dianugerahkan setiap dua tahun ini diberikan oleh Dr. K. W. Dammerman, Ketua Dewan Ilmu Pengetahuan Hindia Belanda ("Natuurwetenschappelijken Raad van Nederlandsch-Indië") kepada Ir. W. F. Einthoven - Kepala Kantor PTT atas prestasinya dalam bidang teknik telekomunikasi. Malam harinya diadakan jamuan makan malam di Grand Hotel Preanger dihadiri para anggota Majelis Kurator dan guru besar termasuk para perwakilan kedua fakultas (RHS dan GHS) dan para undangan lain di antaranya Ir. Einthoven. Pidato yang terkait pemberian Medali Bosscha tersebut disiarkan melalui Radio NIROM ke seluruh Hindia Belanda.[84]
Pada TA ini untuk kesebelas kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 10 insinyur sipil dari 14 kandidat yang mengikuti ujian akhir. Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 121 insinyur, 65 insinyur memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun (53,7%), 27 orang menempuh studi selama lima tahun (22,3%), 18 orang menempuh studi selama enam tahun (14,9%), 4 orang menempuh studi selama tujuh tahun (3,3%), 5 orang menempuh studi selama delapan tahun (4,13%), dan 2 orang menempuh studi selama sepuluh tahun (1,65%). Rata-rata waktu kelulusan adalah 4,88 tahun. Di antara insinyur muda tersebut adalah R. Abdoelmoettalip Danoeningrat (TH 1930),[note 12] Sedyatmo (TH 1930), M. Soetjitro (TH 1929), dan M. Soewito (TH 1929).[87] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 30 orang.
Berdasarkan ujian perpanjangan yang berlangsung pada bulan Juli 1933, hasilnya untuk tingkat 3: lulus 1 orang; tingkat 2: lulus 2 orang; dan tingkat 1: dari 7 kandidat, 6 lulus, 1 gagal.
Hasil studi selama TA 1933-1934 untuk 138 mahasiswa yang terdaftar adalah:
Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama M. Achmad Zacharias, Ida Bagoes Oka, R. Poedjono Hardjoprakoso, dan M. Soeroto. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama R. Oekar, M. Pramoedji, M. Soedarsono, dan M. Soewarto. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama M. Adali Nataamidjaja, R. Entjon, R. Ng. P. Koesoedianto Hadinoto, M. Moechamad Joesoeph Afandi, Mohamad Effendi Saleh, M. Oerip Iman Soedjono, Sakirman, Sanoesi, Sardjono, R. Soegoto, Soehamir, Soepardi, M. Srigati Santoso.[87]
Senin, 6 Agustus 1934 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-15 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 151 orang dalam empat tingkatan yang terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 21 orang, tingkat 3 sebanyak 22 orang, tingkat 2 sebanyak 37 orang, dan tingkat 1 sebanyak 71 orang (mahasiswa baru 49 orang ditambah 22 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[88] Mulai TA ini permulaan kuliah ditetapkan pada hari kerja pertama bulan Agustus.[2] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 504 orang.
Pada tanggal 6-14 Oktober 1934 diadakan studi ekskursi besar bagi mahasiswa tingkat 3 dan 4 yang dipimpin Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger ke Singapura untuk meninjau proyek-proyek rekayasa seperti pembangunan pelabuhan, perusahaan saluran pembuangan kota, proyek air bersih Gunung Pulai (Johor), proyek Johore-causeway,dan lain-lain. Sebelum menuju Singapura, rombongan ekskursi meninjau pelabuhan Tanjung Priok. Sekembalinya dari Singapura, rombongan menuju Muntok untuk meninjau pekerjaan pertambangan timah. Selain ekskursi besar, juga dilakukan ekskursi-ekskursi kecil selama masa perkuliahan.
Pada tanggal 28 September 1934 para mahasiswa tingkat 4 mengunjungi proyek irigasi di sekitar Bandung yang dipimpin oleh Prof. Ir. Proper, setelah satu sebelumnya mendapatkan pengenalan oleh Ir. M. F. Adams, insinyur dari Dinas Pengairan Provinsial. Pada tanggal 28 November 1934 mahasiswa tingkat 2 di bawah bimbingan Prof. Ir. Amons meninjau ke pembakaran kapur di Cipatat dan tempat penggalian batuan andesit di Gunung Misigit.[88]
Pada tanggal 16-23 Januari 1935, Dr. Ir. Geert Otten - insinyur mesin dari Bagian Penerbangan Militer, atas permintaan Fakultas, telah memberikan perkuliahan tentang Konstruksi Pesawat Udara (vliegtuigbouw) bagi para mahasiswa tingkat 4, dilanjutkan kunjungan ke fasilitas Bagian Penerbangan Militer pada tanggal 29 Januari 1935 dipimpin Prof. Ir. Bijlaard. Kuliah dan kunjungan lapangan ini diikuti dengan antusias bahkan diikuti beberapa guru besar.
Ketua Fakultas: Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker; Sekretaris: Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh. Setelah menjabat selama satu tahun, mulai TA 1935-1936 jabatan Ketua Fakultas dipegang oleh Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh.
Untuk menggantikan Prof. Dr. Willem Boomstra yang mengambil cuti ke luar negeri sejak 27 Juni 1934-13 Februari 1935, maka Ir. O. Stevens - diangkat sebagai dosen sementara untuk perkuliahan Beschrijvende Meetkunde (geometri deskriptif).
Pada tanggal 3 September 1934, A. D. H. Bosch untuk sementara dipercaya untuk mengajar perkuliahan Ilmu Pertanian/Agronomi. Pada tanggal 7 September 1934, lektor luar biasa untuk Konstruksi Jalan Kereta Api yang baru, Ir. A. L. van der Laaken, telah memberikan kuliah umum berjudul "Een en ander over spoorwegverbindingen in en om groote steden" (suatu hal tentang jalur kereta api di dan sekitar kota-kota besar). Pada tanggal 24 September 1934, Ir. Ferdinand Taco Mesdag diberhentikan dengan hormat sebagai lektor luar biasa untuk Geologi Terapan sehubungan dengan pemulangannya ke Negeri Belanda dan sejak tanggal 1 Oktober 1934 Ir. G. Pott ditunjuk sebagai penggantinya.
Sejak tanggal 20 September 1934, Prof. Ir. Jelte Nicolaas van der Ley setelah 12 tahun bertugas, diberhentikan dengan hormat dari jabatan guru besar luar biasa untuk Teknik Elektro. Untuk sementara Ir. G. van der Harst diangkat menjadi lektor luar biasa untuk Teknik Elektro, di mana tanggal 16 November 1934 telah memberikan kuliah umumnya yang berjudul "Over een merkwaardig verband tusschen hier te lande door bliksemslag veroorzaakte beschadigingen aan bovengrondsche electrische transmissieleidingen en denatuurlijke afwatering van het aardoppervlak".
Pada tanggal 21 Desember 1934, Prof. Ir. Johannes Wilhelmus Franciscus Cornelis Proper diangkat menjadi guru besar tetap untuk Bangunan Air di TH Bandung, orasi pengukuhannya berjudul "Het experimenteel Onderzoek van hydraulische problemen op waterbouwkundig gebied".
Prof. Ir. W. H. A. van Alphen de Veer, yang sedang mengambil cuti ke luar negeri, mengajukan pensiun, maka pada bulan Januari 1935, setelah 23 tahun bertugas, ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebagai guru besar luar biasa untuk Pengetahuan dan Penelitian Bahan Bangunan. Setelah menjadi pengganti sementara sejak bulan Agustus 1934, Ir. W. J. Th. Amons, yang juga Kepala Laboratorium, diangkat sebagai guru besar luar biasa dalam bidang "Pengetahuan dan Penelitian Bahan Bangunan" (Kennis en Onderzoek van Bouwstoffen) di TH Bandung sejak tanggal 1 April 1935.[88][89] Total guru besar pada tahun akademik ini ada dua belas orang yang terdiri dari 7 guru besar tetap dan 5 guru besar luar biasa.
Jumat, 2 Agustus 1935 – Dies Natalis ke-15 dan Lustrum ke-3 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A.[note 6] Acara dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker yang melaporkan perkembangan TH selama satu tahun terakhir. Pada kesempatan ini Prof. Dr. Herman Robert Woltjer menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul Variaties in de cosmische straling (Berbagai macam radiasi kosmik).[88]
Pada TA ini untuk ke dua belas kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 12 insinyur sipil dari 19 kandidat yang mengikuti ujian akhir. Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 133 insinyur, 70 insinyur memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun (52,63%), 30 orang menempuh studi selama lima tahun (22,56%), 21 orang menempuh studi selama enam tahun (15,79%), 5 orang menempuh studi selama tujuh tahun (3,76%), 5 orang menempuh studi selama delapan tahun (3,76%), dan 2 orang menempuh studi selama sepuluh tahun (1,5%). Rata-rata waktu kelulusan adalah 4,89 tahun. Di antara insinyur muda tersebut adalah M. Goenarso (TH 1929), dan Ida Bagoes Oka (TH 1931).[90] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 32 orang.
Pada TA ini juga lulus seorang insinyur yang kelak menjadi salah satu pendiri dan guru besar program studi Teknik Fisika ITB, Go Pok Oen (TH 1931)[90] - yang namanya kemudian lebih dikenal sebagai Prof. Ir. Adhiwiyogo.
Berdasarkan ujian perpanjangan yang berlangsung pada bulan Agustus 1934 untuk TA 1933-1934, hasilnya untuk tingkat 3: lulus 4 orang; tingkat 2: lulus 2 orang; dan tingkat 1: lulus 3 orang.
Hasil studi selama TA 1934-1935 diumumkan pada tanggal 8 Juni 1935 untuk 149 mahasiswa yang terdaftar adalah:
Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama M. Pramoedji, Mohamad Natal Siregar, R. Oekar, M. Soetomo Wongsotjitro. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama M. Ali Djojodinoto, R. Anondo, Mananti Sitompoel, J. A. Manusama, Soehamir, Soepardi, M. Srigati Santoso, R. Entjon, R. Ng. P. Koesoedianto Hadinoto, Sanoesi, Sardjono, R. Soegoto. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama Abdul Kader, R. Ahja, M. Hoesen, Herman Johannes, R. Moempoeni Dirdjosoebroto, Sardjono, M. Soemarman, dan Tarip Abdullah Harahap.[90][91]
Pada awal bulan Agustus 1935 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-16 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 149 orang dalam empat tingkatan yang terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 26 orang, tingkat 3 sebanyak 27 orang, tingkat 2 sebanyak 26 orang, dan tingkat 1 sebanyak 70 orang (mahasiswa baru 48 orang ditambah 22 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[92] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 552 orang.
Ketua Fakultas: Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh; Sekretaris: Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard. Setelah menjabat selama satu tahun, mulai TA 1936-1937 jabatan Ketua Fakultas dipegang oleh Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard. Keputusan ini dibuat berdasarkan hasil rapat fakultas pada tanggal 9 Juni 1936.[92]
Pada tanggal 30 Agustus 1935, Kepala Laboratorium Penelitian Bahan Departemen Urusan Ekonomi, Ir. W. J. Th. Amons, yang diangkat menjadi guru besar luar biasa bidang Pengetahuan Bahan Bangunan pada bulan April 1935[89] menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Enkele ervaringen op het gebied van onze bouwstoffen, opgedaan in Nederlandsch-Indië, van belang voor den civiel-ingenieur[pranala nonaktif permanen]".
Total guru besar pada tahun akademik ini ada sebelas orang yang terdiri dari 7 guru besar tetap dan 4 guru besar luar biasa.
Jumat, 31 Juli 1936 – Dies Natalis ke-16 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A.[note 6] Tepat jam 10.00 diiringi lagu "Gaudeamus igitur", anggota Majelis Kurator dan para guru besar TH Bandung, beserta perwakilan dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran Batavia berada di Aula. Acara dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh yang melaporkan perkembangan TH selama satu tahun terakhir.
Selanjutnya Prof. Mr. Dr. M. A. G. Harthoorn – guru besar luar biasa untuk Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum Dagang TH Bandung menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Sociaal economische ordening[pranala nonaktif permanen]" (perencanaan sosial-ekonomi).
Pada dies natalis ini untuk ketiga kalinya dilaksanakan penganugerahan Medali Bosscha, yang merupakan kedua kalinya dalam bidang ilmu agronomi/pertanian. Medali yang dianugerahkan setiap dua tahun ini diberikan oleh Prof. Dr. J. Boerema, Ketua Dewan Ilmu Pengetahuan Hindia Belanda ("Natuurwetenschappelijken Raad van Nederlandsch-Indië") kepada Dr. P. van der Goot - Kepala "Instituut voor Plantenziekten te Buitenzorg" (sekarang menjadi salah satu bagian Badan Karantina Pertanian Diarsipkan 2013-04-25 di Wayback Machine. Kementerian Pertanian RI) atas prestasinya dalam bidang pertanian. Malam harinya diadakan jamuan makan malam di Grand Hotel Preanger dihadiri para anggota Majelis Kurator dan guru besar termasuk para perwakilan kedua fakultas (RHS dan GHS) dan para undangan lain di antaranya Prof. Dr. J. Boerema dan Dr. P. van der Goot.[92]
Pada TA ini untuk ke tiga belas kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 8 insinyur sipil dari 18 kandidat yang mengikuti ujian akhir (semula terdapat 26 orang terdaftar sebagai mahasiswa tingkat 4). Dari 8 lulusan baru tersebut, 4 orang memperoleh ijazah dalam waktu empat tahun, 1 orang menempuh studi selama enam tahun, 2 orang menempuh studi selama tujuh tahun, dan 1 orang menempuh studi selama delapan tahun,[92] dengan rata-rata waktu kelulusan adalah 5,5 tahun. Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 141 insinyur, dengan total rata-rata waktu kelulusan 4,9 tahun. Di antara insinyur muda tersebut adalah R. Oekar (TH 1932), dan R. Poedjono Hardjoprakoso (TH 1928).[93] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 34 orang.
Hasil studi selama TA 1935-1936 diumumkan pada tanggal 9 Juni 1936 untuk 149 mahasiswa yang terdaftar adalah:
Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama M. Ali, R. Anondo, R. Ng. P. Koesoedianto Hadinoto, Sanoesi, Sardjono, Soepardi, M. Srigati Santoso. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama M. Hoesen, M. Oerip Iman Soedjono, dan Sardjono. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama R. Amandus Soedarto, Soedarsono, dan J. Tahir.[93]
Dalam pidatonya, ketua fakultas menyinggung tentang semakin menurunnya prestasi mahasiswa dengan mengutip pernyataan Prof. Dr. Jacob Clay pada tahun 1927 yang menganjurkan agar kuliah di TH bisa berhasil, maka nilai rata-rata pelajaran di sekolah menengah setidaknya di atas 7.[92]
Pada awal bulan Agustus 1936 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-17 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 151 orang, terdiri dari 62 orang Eropa, 59 orang pribumi, dan 30 orang Tionghoa. Dari jumlah ini, sebanyak 70 orang merupakan lulusan HBS terdiri dari 45 orang Eropa, 11 orang pribumi, dan 14 orang Tionghoa; sedangkan 81 orang merupakan lulusan AMS terdiri dari 17 orang Eropa, 48 orang pribumi, dan 16 orang Tionghoa.[94] Jumlah tersebut terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 39 orang, tingkat 3 sebanyak 16 orang, tingkat 2 sebanyak 28 orang, tingkat 1 sebanyak 68 orang (mahasiswa baru 44 orang ditambah 24 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[95][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 596 orang.
Pada tanggal 3-13 Oktober 1936 dilaksanakan studi ekskursi/kunjungan lapangan ke pelabuhan Surabaya dilanjutkan ke Bali untuk meninjau sistem irigasi yang dikelola dengan latar budaya Hindu. Ekskursi besar ini dipimpin oleh Prof. C. P. W. Schoemaker dan Ir. Happe. Selain itu juga dilaksanakan beberapa ekskursi kecil antara lain ke PLTA Lamajan.
Pada tanggal 25 Februari 1937 kampus TH Bandung dikunjungi Gouverneur Generaal Jonkheer Mr. Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh Stachouwer. Selanjutnya pada tanggal 29 April 1937 kampus TH Bandung dikunjungi mantan Gouverneur Generaal Mr. Johan Paul van Limburg Stirum - di mana pada masa kepemerintahannya TH Bandung didirikan.
Pada tanggal 3-13 Agustus 1937 kampus TH Bandung menjadi tuan rumah Intergovernmental Conference of Far-eastern Countries on Rural Hygiëne yang diselenggarakan oleh Liga Bangsa-Bangsa. Konferensi ini dibuka dengan pidato Gouverneur Generaal Jonkheer Mr. Alidius Warmoldus Lambertus Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, dilanjutkan pidato dr. Ludwik Rajchman - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Liga Bangsa-Bangsa, dan dr. J. Offringa - Kepala Dinas Kesehatan selaku ketua konferensi.
Ketua Fakultas: Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard; Sekretaris: Prof. Dr. Herman Robert Woltjer sampai 1 Februari 1937, selanjutnya digantikan Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger. Setelah menjabat selama satu tahun, mulai TA 1937-1938 jabatan Ketua Fakultas dipegang oleh Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger.
Susunan guru besar tidak berubah, beberapa di antaranya melaksanakan cuti ke luar negeri selama beberapa bulan antara lain Prof. Ir. J. W. F. C. Proper (sejak 24 Juni 1937) dan Prof. Dr. Herman Robert Woltjer (sejak 7 Juli 1937). Sebagai pengganti sementara, Ir. P. L. E. Happe ditunjuk untuk memegang perkuliahan Irigasi, Hidrolika, dan Teknik Sanitasi; sementara Dr. A. J. Leckie ditunjuk untuk memegang perkuliahan Fisika.[95] Total guru besar pada tahun akademik ini ada sebelas orang yang terdiri dari 7 guru besar tetap dan 4 guru besar luar biasa.
Sabtu, 14 Agustus 1937 – Dies Natalis ke-17 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A.[note 6] Tepat jam 10.00 diiringi lagu "Gaudeamus igitur", anggota Majelis Kurator dan para guru besar TH Bandung, beserta perwakilan dari Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran Batavia berada di Aula. Perwakilan dari Delftsche zusterfaculteit yang hadir adalah Prof. Ir. R. L. A. Schoemaker - yang juga mantan guru besar TH Bandung (1921-1924). Acara dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard yang melaporkan perkembangan TH selama satu tahun terakhir, termasuk keprihatinan dengan adanya pemotongan anggaran pendidikan dalam beberapa tahun terakhir. Risalah ilmiah penelitian yang diterbitkan jauh berkurang. Permasalahan tersebut berusaha ditutupi dengan dukungan finansial tahunan dari Bandoengsch Technische Hoogeschool-fonds, namun tidak bisa dimungkiri bahwa akan lebih banyak lagi yang bisa dilakukan jika tersedia lebih banyak dukungan anggaran dan personel dari pemerintah.[95]
Berkaitan dengan berkembangnya teknologi konstruksi dan semakin mendalamnya pelajaran yang diberikan membuat masa studi 4 tahun di TH Bandung menjadi lebih berat dibanding ketika pertama kali dibuka. Hal ini dibuktikan dengan fakta, bahwa pada mulanya cukup banyak mahasiswa yang lulus dalam waktu 4 tahun, namun semakin lama semakin sedikit.[95] Dari pendaftar angkatan 1920 sebanyak 28 orang, 12 orang lulus dalam waktu 4 tahun (43,86%); angkatan 1921 sebanyak 37 orang, 7 orang lulus tepat waktu (18,92%); prosentase tersebut terus mengecil hingga angkatan 1932 dari sebanyak 40 pendaftar pertama, hanya 4 orang yang lulus tepat waktu (10%). Sementara mereka yang belajar dengan serius di TH Delft saja, hanya beberapa orang yang bisa lulus dalam masa studi 5 tahun, tentunya akan lebih berat lagi jika dilaksanakan dengan masa studi 4 tahun seperti di TH Bandung dengan beban yang sama.[95] Oleh karenanya sejak beberapa tahun ini TH Bandung telah mengusulkan perpanjangan lama studi dari 4 menjadi 5 tahun. Dengan masa studi 5 tahun seperti di TH Delft perpindahan mahasiswa TH Bandung ke TH Delft dan sebaliknya akan menjadi mudah diatur. Namun usul tersebut hingga TA ini belum dapat dikabulkan.[2]
Selanjutnya Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger – guru besar tetap untuk Bangunan Air TH Bandung menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Het Suez-kanaal: Eenige zijner ingenieursproblemen[pranala nonaktif permanen]" (Terusan Suez: Beberapa permasalahan rekayasa).
Pada TA ini untuk ke empat belas kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 20 insinyur sipil dari 36 kandidat yang mengikuti ujian akhir (semula terdapat 39 orang terdaftar sebagai mahasiswa tingkat 4) yang merupakan lulusan ujian bulan Desember 1936 dan Juni 1937. Pada ujian insinyur di bulan Desember 1936 telah diluluskan 10 orang insinyur di antaranya Patuan Doli Diapari (TH 1930),[note 13] M. Pramoedji (TH 1931), M. Soetomo Wongsotjitro (TH 1930) (kelak menjadi guru besar Geodesi ITB), R. M. Soewandi Notokoesoemo (TH 1930) (kelak menjadi salah satu pendiri dan guru besar Fakultas Teknik UGM Diarsipkan 2013-02-13 di Wayback Machine.), M. Soewarto (TH 1931)[note 10].[96] Pada ujian insinyur di bulan Juni 1937 telah diluluskan 10 orang insinyur di antaranya M. Achmad Zacharias (TH 1928).[97] Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 161 insinyur. Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 40 orang.
Hasil studi selama TA 1936-1937 untuk 151 mahasiswa yang terdaftar adalah:
Di antara mahasiswa yang lulus ujian bagian B, terdapat nama M. Ali, R. Anondo, R. Ng. P. Koesoedianto Hadinoto, R. Entjon, Sardjono, dan Soepardi. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama R. Ahja, M. Hoesen, dan Sardjono. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama Abdul Kader, Herman Johannes, Sakirman, Soedarsono, R. Soemarman, dan J. Tahir. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama Aboe Noezar, Moechtar, Moehamad Djakaria Gandi, Nowo, Sartomo Hardjosarwono, R. Soemadyo, M. Soenarjo, dan M. Soendjasmono.[98]
Pada awal bulan Agustus 1937 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-18 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 148 orang, terdiri dari mahasiswa tingkat 4 sebanyak 21 orang, tingkat 3 sebanyak 21 orang, tingkat 2 sebanyak 30 orang, tingkat 1 sebanyak 76 orang (mahasiswa baru 51 orang ditambah 25 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[99][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 647 orang.
Pada tanggal 9-19 Oktober 1937 dilaksanakan studi ekskursi/kunjungan lapangan tahunan untuk mahasiswa tingkat 3 dan 4 ke Bangka dan Palembang. Ekskursi besar ini dipimpin oleh Prof. Ir. J. W. F. C. Proper dan Prof. Ir. W. J. Th. Amons. Selain itu juga dilaksanakan beberapa ekskursi kecil antara lain ke proyek jembatan KA di Serayu, proyek di Citarum, Batujajar, dan Cililin, Pabrik Bata NV Steenfabriek di Dayeuh Kolot, dan instalasi penjernihan air di pemandian Het Centrum di bawah pimpinan Prof. Dr. Ir. C. P. Mom.
Isu penting yang berkembang pada beberapa tahun terakhir ini adalah tentang perpanjangan masa studi normal dari 4 menjadi 5 tahun. Pada waktu TH Bandung dibuka, pendidikan insinyur sipil dirancang dalam kurikulum empat tahun, berbeda dengan kurikulum TH Delft yang berdurasi lima tahun. Para pendiri TH Bandung dahulu berpandangan setidaknya tersedia 40 minggu per tahun untuk kegiatan pendidikan. Namun berdasarkan pengalaman yang ada membuktikan sebaliknya, karena terdapat lebih banyak hari libur resmi dan waktu yang lebih lama yang dibutuhkan untuk masa ujian dan persiapan yang diperlukan, sehingga waktu efektifnya turun sekitar 20%. Supaya materi pelajaran tetap setara dengan yang diberikan di TH Delft, sehingga perlu dipacu dengan keras, terutama dalam praktik menggambar yang merupakan bagian tak terpisahkan dari program studi keinsinyuran. Sehubungan dengan penjejalan materi yang tidak diinginkan tersebut, maka pihak TH Bandung bertekad untuk membahasnya.
Pada tahun 1933 pihak fakultas telah mengajukan proposal tentang perubahan masa studi lima tahun, mengingat waktu kelulusan rata-rata sudah mundur menjadi 5 tahun. Namun rencana ini tidak didukung Departemen Pendidikan, karena Majelis Kurator sendiri belum sepenuhnya sepakat atas usul tersebut. Namun beberapa perbaikan dalam mengatasi kesulitan pendidikan adalah dengan mengadakan ujian akhir insinyur pada bulan Desember (sebelumnya ujian akhir insinyur hanya dilaksanakan satu kali setiap tahun yaitu pada bulan Mei, sehingga seseorang yang tidak lulus ujian baru bisa mengulang satu tahun kemudian, dengan adanya ujian akhir di bulan Desember, waktu tunggu bisa dikurangi setengah tahun).
Berbagai kritik terhadap kurikulum yang terlalu berat, kurangnya waktu bagi para mahasiswa untuk kegiatan belajar mandiri pada bidang pelajaran yang diminati, dan kurangnya waktu untuk latihan praktik menggambar, sehingga fakultas memutuskan untuk membahas kembali usulan tersebut, di mana kali ini Majelis Kurator mendukung usulan tersebut dengan suara bulat.
Kini dengan penuh perhatian pihak fakultas menunggu kelanjutannya. Hasil ujian insinyur yang paling akhir semakin menguatkan pandangan tersebut. Dari 17 wisudawan, hanya 2 orang yang lulus tepat waktu dalam 4 tahun, waktu studi rata-rata adalah 5,06 tahun.[99]
Ketua Fakultas: Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger; Sekretaris: Prof. Dr. Willem Boomstra. Setelah menjabat selama satu tahun, mulai TA 1938-1939 terhitung sejak tanggal 18 Juli 1938 jabatan Ketua Fakultas dipegang oleh Prof. Dr. Herman Robert Woltjer.
Susunan guru besar tidak berubah, beberapa di antaranya melaksanakan cuti ke luar negeri selama beberapa bulan antara lain Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard (sejak 8 September 1937) dan Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger (sejak 18 Juli 1938). Sebagai pengganti sementara, Ir. W. P. C. Hennequin - insinyur kepala dari Staatsspoorwegen (SS) ditunjuk untuk memegang perkuliahan Bangunan Jembatan dan Beton Bertulang; sementara Ir. W. Kamp - mantan insinyur kepala dari proyek Zuiderzeewerken ditunjuk untuk memegang perkuliahan Teknik Pondasi dan Bangunan Air.[99] Total guru besar pada tahun akademik ini ada sebelas orang yang terdiri dari 7 guru besar tetap dan 4 guru besar luar biasa.
Jumat, 29 Juli 1938 – Dies Natalis ke-18 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A,[note 6] yang dihadiri sejumlah pejabat antara lain perwakilan dari Departemen Pendidikan dan Agama; segenap anggota Majelis Kurator, guru besar, dosen, asisten, mahasiswa, dan para wisudawan TH Bandung; segenap perwakilan dari Majelis Kurator Sekolah-Sekolah Tinggi Batavia, Fakultas Hukum, dan Fakultas Kedokteran Batavia.[99]
Acara dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Dr. Herman Robert Woltjer yang melaporkan perkembangan TH selama satu tahun terakhir. Biasanya pidato dibawakan ketua fakultas yang lama, sekaligus sebagai pidato akhir masa jabatan. Namun karena Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger selaku ketua fakultas lama terhitung sejak tanggal 18 Juli 1938 telah mengundurkan diri karena melaksanakan cuti ke luar negeri, maka pidato dies kali ini dibawakan oleh ketua fakultas yang baru.[99]
Selanjutnya Prof. Dr. Ir. Cornelis Pieter Mom – guru besar luar biasa untuk Higiene dan Teknologi Sanitasi TH Bandung menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "De bacteriën en de hygiëne[pranala nonaktif permanen]" (bakteri dan kebersihan).
Pada TA ini untuk kelima belas kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 17 insinyur sipil yang merupakan lulusan ujian bulan Desember 1937 dan Juni 1938. Pada ujian insinyur di bulan Desember 1937 telah diluluskan 12 orang insinyur di antaranya M. Ali Djojodinoto (TH 1932) (kelak menjadi salah satu pendiri dan guru besar Fakultas Teknik UGM[pranala nonaktif permanen]), R. Entjon (TH 1933), R. Ng. P. Koesoedianto Hadinoto (TH 1933), Sanoesi (TH 1933), Sardjono (TH 1933), dan Soepardi (TH 1933).[100] Pada ujian insinyur di bulan Juni 1938 telah diluluskan 5 orang insinyur di antaranya M. Srigati Santoso (TH 1933) dan R. Anondo.[101] Dari 17 lulusan baru tersebut, 2 orang memperoleh ijazah dalam waktu 4 tahun, 6 orang menempuh studi selama 4,5 tahun, 1 orang menempuh studi selama 5 tahun, 5 orang menempuh studi selama 5,5 tahun, 2 orang menempuh studi selama 6 tahun, 1 orang menempuh studi selama 6,5 tahun, dengan rata-rata waktu kelulusan adalah 5,06 tahun.[99] Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 178 insinyur. Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 48 orang.
Hasil studi selama TA 1937-1938 untuk 148 mahasiswa yang terdaftar adalah:
Di antara mahasiswa yang lulus ujian bagian B, terdapat nama Sardjono. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama Mananti Sitompoel, Oerip Imam Soedjono, Sakirman, R. Soegoto, dan R. Soemarman. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama Amandus Soedarto, Aboe Noezar, R. Soemadyo, dan M. Soenarjo. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama R. Aboeprajitno, Mohammad Sjarif, R, Soehardi, dan Togar Pohan.[101]
Pada awal bulan Agustus 1938 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-19 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 174 orang, terdiri dari mahasiswa tingkat 4 bagian A sebanyak 13 orang, tingkat 4 bagian B sebanyak 16 orang, tingkat 3 sebanyak 22 orang, tingkat 2 sebanyak 34 orang, tingkat 1 sebanyak 89 orang (mahasiswa baru 55 orang ditambah 34 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[102][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 702 orang.
Pada tanggal 9-16 Oktober 1938 dilaksanakan studi ekskursi/kunjungan lapangan tahunan mahasiswa ke Jawa Tengah untuk mengunjungi beberapa proyek irigasi dan PLTA, termasuk kota Semarang untuk mengunjungi laboratorium hidrodinamika, bandar udara, pelabuhan, dan beberapa proyek lain yang berkaitan dengan keilmuan teknik sipil. Ekskursi besar ini dipimpin oleh Prof. Ir. J. W. F. C. Proper, Prof. Ir. W. J. Th. Amons, dan Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh. Beberapa pihak yang turut membantu pelaksanaan ekskursi ini antara lain Direksi Staatsspoorwegen (SS), NISM, Semarang-Cheribon Stoomtram Maatschappij, ANIEM, Dinas Pengairan Provinsial Jawa Tengah, dan pemerintah kota Semarang. Selain itu juga dilaksanakan beberapa ekskursi kecil antara lain ke Artillerie-Constructiewinkel (sekarang PT Pindad) dipimpin oleh Prof. Ir. J. W. F. C. Proper dan Ir. W. P. C. Hennequin, instalasi penjernihan air di pemandian Het Centrum dipimpin Prof. Dr. Ir. C. P. Mom, Pabrik Bata NV Steenfabriek di Dayeuh Kolot, ekskursi geologi ke Curug Jompong dipimpin Ir. Amons, Ir. Pott, dan Ir. Harting - kepala penelitian geologi dari Dinas Pertambangan.[102]
Setelah pemberian gelar doktor honoris causa kepada J. W. Ijzerman pada tanggal 7 April 1925 dan Doktor Ilmu Teknik kepada. Ir. N. H. van Harpen pada tanggal 9 Oktober 1930, tahun ini seorang insinyur sipil lulusan TH Bandung tahun 1928, berhak menyandang gelar yang sama. Pada hari Selasa, 30 Mei 1939 jam 11.00 di Aula/Barakgebouw A,[note 6] Ir. Willem Johan van Blommestein berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul "Een nieuw pompsysteem in Nederlansch-Indië voor irrigatie en ontwatering"[pranala nonaktif permanen] (Sistem pompanisasi baru di Hindia Belanda untuk irigasi dan drainase). Bertindak selaku promotor adalah Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh dan Prof. Ir. J. W. F. C. Proper.[103]
Ketua Fakultas: Prof. Dr. Herman Robert Woltjer; Sekretaris: Prof. Ir. J. W. F. C. Proper. Setelah menjabat selama satu tahun, mulai TA 1939-1940 jabatan Ketua Fakultas dipegang oleh Prof. Dr. Willem Boomstra.
Sejak tanggal 2 Agustus 1938, Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker melaksanakan cuti ke luar negeri. Sebagai pengganti sementara untuk mata kuliah terkait selama TA 1938-1939 adalah Prof. Ir. R. L. A. Schoemaker - guru besar TH Delft, yang juga mantan guru besar TH Bandung (1921-1924). Ini adalah salah satu contoh persaudaraan TH Delft-TH Bandung.
Sejak tanggal 3 April 1939, Prof. Ir. J. H. G. Schepers - guru besar luar biasa untuk Survei, Perataan, dan Geodesi mengakhiri masa tugasnya setelah lebih dari 17 tahun mengajar di TH Bandung. Selanjutnya, Ir. P. H. Poldervaart, yang juga menjabat Kepala Triangulatie-brigade Dinas Topografi yang baru, ditunjuk untuk sementara memegang mata kuliah tersebut. Ir. P. H. Poldervaart sendiri sejak TA 1926-1927 sudah berkiprah sebagai pengajar di TH Bandung.[102] Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger yang melaksanakan cuti ke luar negeri sejak 18 Juli 1938 sampai dengan 13 Juli 1939, akan aktif mengajar kembali pada TA 1939-1940. Total guru besar pada tahun akademik ini ada sebelas orang yang terdiri dari 7 guru besar tetap dan 4 guru besar luar biasa.
Jumat, 28 Juli 1939 – Dies Natalis ke-19 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A,[note 6] yang dihadiri sejumlah pejabat antara lain perwakilan dari Departemen Pendidikan dan Agama; segenap anggota Majelis Kurator, guru besar, dosen, asisten, mahasiswa, dan para wisudawan TH Bandung; segenap perwakilan dari Majelis Kurator Sekolah-Sekolah Tinggi Batavia, Fakultas Hukum, dan Fakultas Kedokteran Batavia.[102]
Acara dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Dr. Herman Robert Woltjer yang melaporkan perkembangan TH selama satu tahun terakhir. Selanjutnya Prof. Ir. J. W. F. C. Proper – guru besar tetap untuk Bangunan Air TH Bandung menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Water-, zand- en grindbewegingen bij watervangen Diarsipkan 2014-09-08 di Wayback Machine." (pergerakan air, pasir dan kerikil dalam saluran intake air).
Pada TA ini untuk keenam belas kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 12 insinyur sipil yang merupakan lulusan ujian bulan Desember 1938 dan Juni 1939. Pada ujian insinyur di bulan Desember 1938 telah diluluskan 7 orang insinyur di antaranya Raden Ahja (TH 1934), dan Sardjono (TH 1934).[104] Pada ujian insinyur di bulan Juni 1939 telah diluluskan 5 orang insinyur di antaranya Mas Hoesen (TH 1933), Mohamad Effendi Saleh (TH 1932) (kelak menjadi Direktur Djenderal/Kepala Djawatan Kereta Api - sekarang Kereta Api Indonesia), dan Raden Soegoto (TH 1933).[105] Dari 12 lulusan baru tersebut, 1 orang memperoleh ijazah dalam waktu 4 tahun, 5 orang menempuh studi selama 4,5 tahun, 3 orang menempuh studi selama 6 tahun, 1 orang menempuh studi selama 6,5 tahun, 1 orang menempuh studi selama 7 tahun, 1 orang menempuh studi selama 8,5 tahun.[106] Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 190 insinyur (Pidato Ketua Fakultas pada Dies Natalis ke-19 melaporkan jumlah 189 insinyur[102] , namun berdasarkan Tabel Lulusan TH Bandung pada Laporan Dies Natalis ke-20 diperoleh jumlah 190 insinyur[106] ). Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 53 orang.
Hasil studi selama TA 1938-1939 untuk 174 mahasiswa yang terdaftar adalah:
Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama Aboe Noezar, Herman Johannes, Mas Soenarjo, dan J. Tahir. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama Mas Moehamad Djakaria Gandi, Nowo, dan Raden Soebianto. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama Amroe Baghwie, Raden Gadjali, A. M. Loembantobing, Raden Mas Oerip Djojosantoso, Mas Setyadi Reksoprodjo, Mas Soebyanto, Raden Soesilo Maroetotenojo, A. H. Tamboenan, dan Masnir.[105]
Pada akhir bulan Juli/awal bulan Agustus 1939 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-20 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 182 orang, terdiri dari mahasiswa tingkat 4 bagian A sebanyak 15 orang, tingkat 4 bagian B sebanyak 14 orang, tingkat 3 sebanyak 30 orang, tingkat 2 sebanyak 35 orang, tingkat 1 sebanyak 88 orang (mahasiswa baru 60 orang ditambah 28 orang mahasiswa angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[106][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 762 orang.
Pada tanggal 8-15 Oktober 1939 dilaksanakan studi ekskursi/kunjungan lapangan tahunan untuk mahasiswa tingkat 3 dan 4 ke Jawa Timur untuk mengunjungi beberapa proyek antara lain pembangunan Rumah Sakit Umum Pusat Surabaya, bandar udara baru di Morokrembangan, Marine Etablissement (sekarang PT PAL), pengelasan rel di bengkel Staatsspoorwegen (SS), instalasi penjernihan air sungai di Surabaya, pabrik NV Machinefabriek Braat, jembatan gantung di Kali Mas, dan proyek lain yang berkaitan dengan keilmuan teknik sipil. Ekskursi besar ini dipimpin oleh Prof. Ir. J. W. F. C. Proper dan Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger. Beberapa pihak yang turut membantu pelaksanaan ekskursi ini antara lain Direksi Staatsspoorwegen (SS), Komandan Angkatan Laut, Dinas Pengairan Provinsial Jawa Timur, dan pemerintah kota Surabaya. Selain itu juga dilaksanakan beberapa ekskursi kecil antara lain ke bengkel instalasi penerbangan militer di Andir dipimpin oleh Prof. Ir. W. J. Th. Amons dan Ir. M. E. Akkersdijk, instalasi air bersih pemerintah kota Bandung dipimpin Prof. Dr. Ir. C. P. Mom, pembakaran kapur dan tebing Cipatat, pembudidayaan pohon jati, dan beberapa objek geologi.[106]
Setelah menunggu selama bertahun-tahun, perubahan tentang masa studi empat tahun menjadi lima tahun disetujui pemerintah sesuai Gouvernementsbesluit tanggal 16 September 1939[106] mulai TA 1939-1940 sesuai yang diterapkan di TH Delft. Masa studi empat tahun yang berlangsung hingga tahun 1939 ditinjau kembali setelah melihat waktu studi mahasiswa rata-rata yang semakin panjang (tahun 1924 – 4,00 tahun; tahun 1930 – 4,83 tahun; bahkan pernah mencapai lebih dari 6 tahun – tahun 1929 dan 1931), selain itu juga untuk mempermudah konversi/perpindahan mahasiswa antara TH Bandung dengan TH Delft dan sebaliknya.
Salah satu permasalahan yang dihadapi Hindia Belanda adalah terputusnya pasokan tenaga kerja profesional dari Belanda akibat serbuan Jerman ke Negeri Belanda tanggal 10 Mei 1940 yang berakhir dengan dikuasainya negeri itu, yang juga menyebabkan pupusnya kesempatan para lulusan HBS maupun Lyceum di Hindia Belanda untuk meneruskan studinya di Belanda. Sekolah-sekolah tinggi di Hindia Belanda (THS, RHS, dan GHS) belum dapat memberikan solusi untuk permasalahan itu, khususnya TH Bandung yang mengalami stagnasi dalam perkembangannya seperti tertundanya pembangunan gedung-gedung laboratorium dan fasilitas akademik lain, dan belum disetujuinya pembukaan program studi baru.
Terdapat tujuh program studi di TH Delft (teknik sipil, arsitektur, teknik mesin, teknik elektro, teknik kimia, teknik pertambangan, dan teknik perkapalan) sementara hanya satu program studi di TH Bandung yaitu teknik sipil, sementara usulan pembukaan program studi teknik kimia baru bisa dimulai pada tahun 1942. Namun dengan perubahan situasi yang ada, beberapa dosen TH Bandung terinspirasi untuk menawarkan waktu luang dan tenaganya untuk memberikan kuliah persiapan (propaedeutische - kuliah tingkat 1) dan praktikum untuk program studi teknik kimia, teknik mesin, dan teknik elektro. Fakultas dan Majelis Kurator telah menerima tawaran ini, demikian pula Direktur Pendidikan sangat menghargai inisiatif tersebut dan akan mendukung sepenuhnya.
Setelah dibuka pendaftaran, jumlah peminat untuk program studi teknik mesin dan teknik elektro hanya sedikit, sehingga belum mencukupi kriteria untuk dibukanya suatu program studi. Sementara sampai dengan tanggal 15 Juli 1940, jumlah peminat untuk program studi teknik kimia sebanyak 15 orang, sehingga diputuskan untuk membuka program studi ini mulai TA 1940-1941.
Ketua Fakultas: Prof. Dr. Willem Boomstra; Sekretaris: Prof. Ir. Johannes Wilhelmus Franciscus Cornelis Proper. Setelah menjabat selama satu tahun, mulai TA 1940-1941 jabatan Ketua Fakultas dipegang oleh Prof. Ir. J. W. F. C. Proper.
Pada tanggal 26 Juli 1939 Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh melaksanakan cuti ke Negeri Belanda[102] dan berangkat pada bulan September 1939, di mana sejak 10 Mei 1940 untuk sementara ia mengajar di TH Delft.[24] Posisinya untuk sementara digantikan oleh Prof. Ir. A. S. Keverling Buisman - guru besar mekanika dari TH Delft, di mana ini merupakan kedatangannya yang kedua setelah pada TA 1925-1926 ia bertukar tempat dengan Prof. Ir. Jan Klopper. Kesementaraan itu ternyata menjadi permanen, C. G. J. Vreedenburgh tidak bisa kembali ke Hindia Belanda karena invasi Jerman ke Belanda, Buisman juga tidak bisa kembali ke Belanda dengan masuknya Jepang ke Hindia Belanda hingga ia meninggal dunia pada tahun 1944 di kamp interniran Bandung.[107]
Setelah melaksanakan cuti ke luar negeri sejak tanggal 2 Agustus 1938, Prof. Ir. Charles Prosper Wolff Schoemaker kembali melaksanakan tugasnya di TH Bandung sejak tanggal 4 November 1939.[106]
Sementara itu, E. H. T. Leidelmeyer - petugas Pedel yang telah bekerja selama 20 tahun sejak berdirinya TH, menyelesaikan masa tugasnya dan digantikan oleh F. J. Schram.
Dengan berakhirnya masa tugas Prof. Ir. J. H. G. Schepers - guru besar luar biasa untuk Survei, Perataan, dan Geodesi sejak tanggal 3 April 1939, total guru besar pada tahun akademik ini ada sepuluh orang yang terdiri dari 6 guru besar tetap, 1 guru besar sementara, dan 3 guru besar luar biasa.
Kamis, 1 Agustus 1940 – Dies Natalis ke-20 dan Lustrum ke-4 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A,[note 6] yang dihadiri sejumlah pejabat antara lain perwakilan dari Departemen Pendidikan dan Agama; segenap anggota Majelis Kurator, guru besar, dosen, asisten, mahasiswa, dan para wisudawan TH Bandung; segenap perwakilan dari Majelis Kurator Sekolah-Sekolah Tinggi Batavia, Fakultas Hukum, dan Fakultas Kedokteran Batavia.[106]
Acara dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Dr. Willem Boomstra yang melaporkan perkembangan TH selama satu tahun terakhir. Selain itu juga dilaporkan mengenai data lulusan TH Bandung sejak tahun 1924, ketika untuk pertama kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil berikut bidang pekerjaan para insinyur tersebut saat ini; serta rencana pembukaan program studi baru.
Pada dies natalis ini untuk keempat kalinya dilaksanakan penganugerahan Medali Bosscha, yang merupakan ketiga kalinya dalam bidang ilmu agronomi/pertanian. Pada tahun 1938, sesuai giliran seharusnya medali diberikan untuk prestasi di bidang teknik, namun komite evaluasi memutuskan untuk tidak memberikan medali tersebut. Sesuai aturan, maka untuk tahun 1940 penganugerahan diberikan pada bidang ilmu agronomi/pertanian. Kelanjutan acara penganugerahan medali ini sempat memunculkan kontroversi, mengingat Negeri Belanda sedang menghadapi musuh dan ancaman terjadinya perang di Hindia Belanda. Medali yang dianugerahkan setiap dua tahun ini diberikan oleh Prof. Dr. W. A. Mijsberg, Ketua Dewan Ilmu Pengetahuan Hindia Belanda ("Natuurwetenschappelijken Raad van Nederlandsch-Indië") kepada H. van Lennep - Direktur "Gouvernements Landbouwbedrijven te Batavia" atas prestasinya dalam bidang pertanian.[106]
Pada TA ini untuk ketujuh belas kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 12 insinyur sipil yang merupakan lulusan ujian bulan Desember 1939, Januari dan Juni 1940. Pada ujian insinyur di bulan Desember 1939 telah diluluskan 4 orang insinyur, pada ujian insinyur di bulan Januari 1940 telah diluluskan 1 orang insinyur. Pada ujian insinyur di bulan Juni 1940 telah diluluskan 7 orang insinyur di antaranya Aboe Noezar (TH 1936) (kelak menjadi salah satu pendiri Asosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) Diarsipkan 2013-01-27 di Wayback Machine.), J. A. Manusama (TH 1930) (kelak menjadi Presiden Republik Maluku Selatan), Sakirman (kelak menjadi salah satu pimpinan PKI), Mas Soenarjo (TH 1936) (kelak menjadi salah satu pendiri dan guru besar Fakultas Teknik UGM Diarsipkan 2013-02-13 di Wayback Machine.), dan J. Tahir (TH 1934) (kelak menjadi salah satu pendiri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Diarsipkan 2013-04-05 di Wayback Machine.).[108] Dari 12 lulusan baru tersebut, 3 orang memperoleh ijazah dalam waktu 4 tahun, 2 orang menempuh studi selama 4,5 tahun, 1 orang menempuh studi selama 5,5 tahun, 1 orang menempuh studi selama 6 tahun, 2 orang menempuh studi selama 7 tahun, 2 orang menempuh studi selama 7,5 tahun, 1 orang menempuh studi selama 10 tahun. Hingga wisuda ini TH Bandung sudah menghasilkan 202 insinyur.[106] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung sebanyak 58 orang (Sementara Pidato Ketua Fakultas pada Dies Natalis ke-20 melaporkan "Het aantal afgestudeerden bedraagt op dit oogenblik 202, waarvan 122 Europeanen, 56 Inheemschen en 24 Chineezen" - jumlah lulusan hingga saat ini sebanyak 202, terdiri dari 122 orang Eropa, 56 orang pribumi, dan 24 orang Tionghoa.[106] ). Jumlah total lulusan yang dihasilkan oleh ketiga sekolah tinggi Hindia Belanda pada tahun 1940 (GHS, RHS, dan THS) sebanyak 79 orang.[109]
Hasil studi selama TA 1939-1940 untuk 182 mahasiswa yang terdaftar adalah:
Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 4, terdapat nama Abdoel Kader, R. Aboeprajitno, R. Oeloe Soelaeman Prawirokoesoema, R. Soemadyo, dan M. Soendjasmono. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 3, terdapat nama Raden Mas Oerip Djojosantoso, Mas Soebyanto, A. H. Tamboenan, dan Togar Pohan. Di antara mahasiswa yang lulus ke tingkat 2, terdapat nama R. Hartono, Irdam Idris, R. Rodzianko Probonegoro, M. Sentot Alibasah, R. M. J. T. Soehakso, dan Soekonjono.[108]
Pada awal bulan Agustus 1940 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-21 dengan jumlah total mahasiswa terdaftar sebanyak 248 orang, terdiri dari mahasiswa tingkat 4 bagian A sebanyak 10 orang, tingkat 4 bagian B sebanyak 28 orang, tingkat 3 sebanyak 34 orang, tingkat 2 sebanyak 33 orang (3 di antaranya mahasiswa pindahan dari TH Delft), tingkat 1 sebanyak 143 orang terdiri dari mahasiswa teknik sipil 109 orang dan mahasiswa teknik kimia 34 orang. Dari 143 orang mahasiswa tingkat 1 tersebut, 115 orang adalah mahasiswa baru ditambah 28 orang mahasiswa angkatan-angkatan sebelumnya yang harus mengulang).[24][note 8] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 880 orang (termasuk 3 mahasiswa baru tingkat 2 pindahan dari TH Delft).
Terjadinya Perang Dunia II berpengaruh pada bidang ekonomi, sosial dan politik di Hindia Belanda, dan terputusnya hubungan antara Negeri Belanda dengan wilayahnya di luar negeri menyebabkan terputusnya arus perputaran barang dan manusia. Pemerintah setempat dipaksa untuk mandiri di dalam segala hal, termasuk penyediaan tenaga kerja pada bidang-bidang yang selama ini harus didatangkan dari Negeri Belanda. Hindia Belanda segera menyusun pendidikan untuk bidang-bidang antara lain pelatihan untuk para pejabat publik (bestuursambtenaren), para ahli pertanian (landbouwkundigen), perwira angkatan darat, laut, dan udara, termasuk pelatihan untuk insinyur teknik kimia dan teknik mesin.
Pada tanggal 7-13 Oktober 1940 dilaksanakan studi eksekursi/kunjungan lapangan tahunan untuk mahasiswa tingkat 3 dan 4 ke Jawa Barat dan Batavia untuk mengunjungi beberapa lokasi antara lain perkuatan jembatan KA Cilame-Sasaksaat, Bendungan Walahar, Pelabuhan Tanjung Priok, galangan kapal, pabrik cat, bandar udara Kemayoran, pabrik opium, proyek irigasi di Tangerang, sumber air untuk Batavia, Boschbouwproefstation di Bogor, dan pabrik ban Goodyear. Eksekursi besar ini dipimpin oleh Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger dan Prof. Ir. A. S. Keverling Buisman. Selain itu juga dilaksanakan beberapa eksekursi kecil untuk mahasiswa tingkat 1 antara lain pada tanggal 6 Oktober 1940 ke lembah Citarum dipimpin oleh Ir. M. E. Akkersdijk, dan pada tanggal 20 Desember 1940 ke pabrik genteng di Ujung Berung dipimpin oleh Prof. Ir. W. J. Th. Amons.[24]
Kegiatan eksternal lain yang dilakukan Fakultas di antaranya menghadiri dengar pendapat dengan Residen Priangan (31 Agustus 1940); peringatan Dies Natalis Fakultas Hukum - RHS di mana dilangsungkan juga penganugerahan gelar doktor honoris causa kepada Dr. H. J. van Mook - Direktur Departemen Urusan Ekonomi (28 Oktober 1940); peringatan Dies Natalis Fakultas Kedokteran - GHS (16 Agustus 1940); pembukaan Hoogere Krijgsschool (2 Desember 1941) dan Koninklijke Militaire Academie (1 Oktober 1940); pembukaan Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte (fakultas sastra dan filsafat - fakultas ke-4 di Hindia Belanda) oleh Gubernur Jenderal di gedung RHS Batavia (4 Desember 1940); resepsi di aula HBS Bandung (20 Desember 1940) dalam rangka peringatan ke-25 tahun; dan resepsi di istana Rijswijk Batavia untuk menghormati Menteri Urusan Daerah Jajahan dan Menteri Urusan Luar Negeri (25 April 1941).[24]
Rencana pembukaan program studi teknik kimia di TH Bandung sudah ada sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, termasuk lokasi untuk program studi teknik kimia, teknik mesin, teknik elektro dan pertambangan (Lihat Denah TH Bandung). Kurikulum lengkap untuk pendidikan insinyur teknik kimia sudah disusun oleh Prof. S. Hoogewerff dari TH Delft. Namun kondisi keuangan Hindia Belanda yang tidak menentu selama tahun-tahun berikutnya, bagaimanapun, membuat rencana tersebut tidak bisa diimplementasikan.
Pada tahun 1938 Volksraad telah menanyakan kepada pemerintah berkenaan dengan kemungkinan pembukaan pelatihan insinyur teknik kimia di TH Bandung. Pihak TH Bandung menunjukkan bahwa pembentukan program studi teknik kimia akan bermanfaat untuk kepentingan ekonomi Hindia Belanda dengan meningkatnya industrialisasi, pendirian dan perluasan pabrik-pabrik.
Pendidikan teknik kimia di Bandung tidak sepenuhnya meniru kurikulum di TH Delft, untuk pendidikan di Bandung, pelajaran kimia teori dikurangi dan diganti dengan pengetahuan teknik mesin dan teknik elektro, dan diajarkan studi bisnis, ekonomi, dan pemasaran.
Secara tegas dinyatakan bahwa pendidikan insinyur teknik kimia di Bandung dan Delft pada dasarnya setara, namun tidak sepenuhnya sama satu sama lain. Program perkuliahan dan praktikum disusun dalam masa studi 5 tahun.
Pada tanggal 1 Agustus 1940 bersamaan dengan tahun akademik baru TH, kuliah dan praktikum fisika dan kimia mulai diberikan kepada mahasiswa angkatan ke-1 program studi teknik kimia tersebut, atas inisiatif Prof. Dr. H. R. Woltjer, Prof. Ir. W. J. Th. Amons dan Prof. Dr. Ir. C. P. Mom. Perkuliahan lain yang diikuti sama dengan yang diikuti mahasiswa tingkat 1 program studi teknik sipil. Mahasiswa angkatan pertama Teknik Kimia sebanyak 34 orang. Setelah melalui pembahasan yang panjang pada akhirnya diputuskan secara resmi bahwa pelatihan insinyur teknik kimia dengan masa studi 5 tahun, sepenuhnya diadakan di TH Bandung. Usulan tersebut telah diajukan pemerintah kepada Volksraad, di mana selanjutnya pemerintah akan mengeluarkan peraturan, di mana pada TA 1941-1942 terdapat dua angkatan untuk mahasiswa program studi teknik kimia.[24]
Selama TA ini terdapat rencana pembentukan "Universiteit van Nederlandsch-Indië". Universitas itu tidak akan meniru secara mutlak organisasi univeritas di Negeri Belanda, tetapi akan menarik manfaat dari pengalaman yang didapat oleh setiap sekolah tinggi yang ada di sini. Pimpinan universitas ini akan disebut "President der Universiteit". Pihak TH Bandung sendiri agak keberatan dengan rencana tersebut. Masuknya TH Bandung ke dalam universitas itu memang harus ditinjau tersendiri. Kesukaran terbesar bagi TH adalah jarak Bandung-Batavia jika administrasi akan dipusatkan di universitas. Pimpinan TH tidak melihat adanya perbaikan jika TH dimasukkan ke dalam universitas tersebut; selain lokasi administrasi pusat yang jauh, tetapi juga tidak akan ada kuratorium sendiri bagi TH, yang mampu langsung ikut memimpin Fakultas Teknik dalam ikatan universitas.
Universitas ini sendiri baru dapat dibentuk setelah terlebih dahulu mengubah "Hooger Onderwijs Ordonnantie" - Undang-Undang Pendidikan Tinggi. Sebuah rancangan ordonansi yang baru telah disajikan kepada Fakultas untuk dipelajari, dan permintaan ini akan dipenuhi secepatnya. Namun rencana tersebut tidak sempat terlaksana dengan jatuhnya Hindia Belanda pada bulan Maret 1942.[2][24]
Keistimewaan lain pada TA ini yang juga merupakan konsekuensi dari keadaan perang adalah, untuk pertama kalinya dalam sejarah TH Bandung perkuliahan diberikan kepada para perwira Hoogere Krijgsschool - HKS (sejenis Seskoad) dan para kadet dari Koninklijke Militaire Academie - KMA (Akmil). Dengan terputusnya hubungan ke Negeri Belanda, maka didirikanlah kedua lembaga pendidikan militer itu di Hindia Belanda, KMA - Akademi Militer Kerajaan, dibuka pada tanggal 1 Oktober 1940 di Bandung, sedangkan HKS dibuka pada tanggal 1 Desember 1940 di Bandung. Para profesor yang ditugaskan mengajar di KMA sejak tanggal 1 Maret 1941 adalah Prof. Dr. Willem Boomstra – mengajar Matematika 10 jam per minggu; Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger – mengajar Ilmu Bangunan Air 2 jam per minggu; Prof. Ir. W. J. Th. Amons - mengajar Pengetahuan Bahan Bangunan 1 jam per minggu. Sedangkan yang ditugaskan mengajar di HKS sejak tanggal 1 Desember 1940-akhir Mei 1941 adalah Prof. Dr. Herman Robert Woltjer - mengajar Fisika 2 jam per minggu; dan Prof. Dr. Ir. C. P. Mom - mengajar Kimia 2 jam per minggu.[24]
Pada bulan Oktober 1940 diterima instruksi untuk mengantisipasi kemungkinan serangan udara oleh Jepang, agar disiapkan langkah penanggulangan untuk melindungi bangunan-bangunan yang ada di TH Bandung. Selanjutnya diadakan pertemuan dengan kepala sektor Luchtbeschermingsdienst (LBD - dinas pertahanan sipil untuk menghadapi kemungkinan serangan udara). Fakultas membentuk tim pelaksana yang terutama berhubungan dengan penanggulangan dan pencegahan kebakaran, termasuk pertolongan pertama. Kantor Sekretaris TH dijadikan pos komando sektor lokal beserta stafnya.
TH Bandung kembali meluluskan doktor ilmu teknik yang ketiga (atau doktor keempat termasuk honoris causa) pada tanggal 19 November 1940 jam 11.00 di Aula/Barakgebouw A, Ir. Joseph Antoine Wiesebron, seorang insinyur kimia lulusan TH Delft berhasil mempertahankan disertasinya. Bertindak selaku promotor adalah Prof. Dr. Ir. C. P. Mom dan Prof. Dr. Herman Robert Woltjer, sedangkan selaku penyanggah adalah Ir. Thijsse, Ir. G. Meesters, dan Prof. Ir. W. J. Th. Amons.[110]
Ketua Fakultas: Prof. Ir. Johannes Wilhelmus Franciscus Cornelis Proper; Sekretaris: Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard (1 Agustus 1940-7 Maret 1941); Prof. Dr. Herman Robert Woltjer (7 Maret-1 Agustus 1941).[24] Setelah menjabat selama satu tahun, mulai TA 1941-1942 jabatan Ketua Fakultas dipegang oleh Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger.
Terhitung sejak tanggal 31 Desember 1940, Prof. Charles P. Wolff Schoemaker mengakhiri masa tugasnya sebagai guru besar setelah 19 tahun mengajar di TH.[111] Sebagai penggantinya, tanggal 28 Juni 1941, Ir. W. Lemei diangkat menjadi guru besar untuk Bangunan, Sejarah Arsitektur dan Seni Dekoratif, Spesifikasi dan Estimasi, dan Perencanaan Kota.[24]
Pada tanggal 11 Februari 1941, Prof. Mr. Dr. Martin August Gustav Harthoorn telah mengakhiri masa tugasnya sebagai guru besar luar biasa TH Bandung. Sebagai penggantinya sejak tanggal 1 April 1941 diangkat Mr. N. S. Blom, namun 3 bulan kemudian mengundurkan diri sehubungan dengan pengangkatannya sebagai Direktur Departemen Kehakiman.[24] Sebagai penggantinya adalah Mr. Willem Frederik Prins diangkat menjadi guru besar luar biasa untuk Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum Dagang di TH Bandung terhitung sejak tanggal 1 Agustus 1941.[112]
Sejak tanggal 23 Mei 1941, Ir. P. H. Poldervaart, yang juga menjabat Kepala Triangulatie-brigade Dinas Topografi, diangkat secara resmi sebagai guru besar luar biasa untuk Survei, Perataan, dan Geodesi, setelah sekitar dua tahun menggantikan sementara posisi yang ditinggalkan J. H. G. Schepers.[24]
Total guru besar pada tahun akademik ini ada sebelas orang yang terdiri dari 6 guru besar tetap, 1 guru besar sementara, dan 4 guru besar luar biasa.
Jumat, 1 Agustus 1941 – Dies Natalis ke-21 TH Bandung diadakan di Aula/Barakgebouw A,[note 6] yang dihadiri sejumlah pejabat sipil dan militer antara lain Residen Karesidenan Priangan - E. Tacoma; Komandan KNIL – Letnan Jenderal Gerardus Johannes Berenschot; Kepala Kantor Pasokan Departemen Perang – H. van Galen Last; Kepala Kantor PTT - Ir. C. Hillen; anggota Volksraad - W. R. van Nauta Lemke;[113] Presiden Kurator TH Bandung; perwakilan dari guru besar Fakultas Hukum RHS, Fakultas Kedokteran GHS, dan Fakultas Sastra dan Filsafat; perwakilan dari Hoogere Krijgsschool dan Akademi Militer Kerajaan; anggota Majelis Kurator, para guru besar, lektor, asisten, dan mahasiswa TH Bandung.[24]
Acara dimulai dengan pidato Ketua Fakultas Prof. Ir. J. W. F. C. Proper yang melaporkan perkembangan TH selama satu tahun terakhir, selanjutnya Prof. Ir. W. J. Th. Amons – guru besar untuk Kimia Analitik dan Pengetahuan Bahan Bangunan TH Bandung menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul "Corrosieverschijnselen[pranala nonaktif permanen]" (gejala korosif).[113]
Pada TA ini untuk kedelapan belas kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 7 insinyur sipil yang merupakan lulusan ujian bulan Juni 1941. Pidato Ketua Fakultas pada Dies Natalis ke-21 melaporkan jumlah lulusan hingga saat ini sebanyak 209 dengan masa studi rata-rata 5,15 tahun.[24] .
Hasil studi selama TA 1940-1941 untuk 248 mahasiswa yang terdaftar adalah:
Pada awal bulan Agustus 1941 – dimulailah masa perkuliahan tahun akademik ke-22 dengan jumlah mahasiswa baru 132 orang.[114] Jumlah total mahasiswa yang pernah terdaftar untuk pertama kalinya (mahasiswa baru) hingga saat ini sebanyak 1.014 orang (termasuk 3 mahasiswa baru tingkat 2 pindahan dari TH Delft pada TA 1940-1941).[114]
Pada tanggal 6-11 Oktober 1941 sekitar 40 mahasiswa senior TH Bandung melaksanakan studi eksekursi/kunjungan lapangan ke Surabaya dan Madura di bawah bimbingan Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard dan Prof. Ir. W. Lemei. Tempat yang dikunjungi adalah instansi/lembaga dan perusahaan di antaranya bengkel kereta api SS, Stasiun KA Gubeng, dan galangan kapal.[115]
Sebagai akibat dari terputusnya hubungan antara Negeri Belanda dan Hindia Belanda, dapat dipastikan bahwa akan terjadi kekurangan insinyur mesin. Bahkan dengan selesainya perang pun akan tidak mudah tersedia insinyur di Hindia Belanda. Oleh karenanya pembentukan insinyur mesin di Hindia Belanda akan sangat bermanfaat bagi negara ini, sebagaimana diusulkan TH Bandung untuk membuka pendidikan insinyur teknik mesin. Proposal ini harus memperoleh persetujuan dari Majelis Kurator, Direktur Pendidikan dan Agama, dan Volksraad. Lektor luar biasa untuk Teknik Mesin - Dr. Ir. Geert Otten, yang sehari-harinya menjabat Kepala Dinas Teknik Penerbangan Militer, sangat berjasa dalam pendirian program studi tersebut.[24]
Kurang lebih bersamaan dengan pecahnya perang dengan Jepang pada bulan Desember 1941 sebagian dari kampus TH Bandung diambil alih penguasa militer untuk dijadikan "Algemeen Hoofdkwartier (AHK) van Oorlog" (Markas Besar Kementerian Perang Hindia Belanda). Pengambilalihan ini dilaksanakan secara fleksibel, sehingga kegiatan penelitian di laboratorium bisa terus bekerja, demikian juga kegiatan pendidikan, meskipun dalam skala terbatas, tetap bisa dilanjutkan. Perpustakaan ditempatkan dalam ruangan dari baja yang terbuka, dengan pelat pada bagian depan yang bisa dibuka tutup, oleh karenanya layanan peminjaman buku sementara dinonaktifkan. Untuk kepentingan para staf TH, dibangun parit perlindungan dan ditempatkan Luchtbeschermingsdienst (LBD - dinas pertahanan sipil untuk menghadapi kemungkinan serangan udara).[116]
Di sekitar kampus dimulai pembangunan barak semi permanen, termasuk sebuah bunker beton yang tahan serangan bom untuk markas keseluruhan. Pada awal Februari 1942 pembangunan bunker dipercepat agar bisa segera digunakan oleh bagian Operasi AHK, para perwira penghubung Sekutu, dinas komunikasi dan intelijen. Pada awal Februari 1942 Markas Besar Angkatan Laut Belanda dan Angkatan Laut Sekutu (ABDA-FLOAT) dipindahkan dari Batavia ke lokasi TH Bandung. Markas Besar ABDACOM sendiri berada di Grand Hotel Lembang. Markas besar AL kemudian menempati lantai atas bunker beton tersebut sejak awal bulan Maret 1942.[117] Lokasi bunker beton tersebut berada di sebelah Barat kampus TH (sampai sekarang bunker tersebut masih ada dan digunakan sebagai Laboratorium Metrologi Industri ITB Diarsipkan 2014-08-19 di Wayback Machine.).
Ketua Fakultas: Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger; Sekretaris: Prof. Ir. W. J. Th. Amons.
Dengan dimulainya pendidikan insinyur teknik kimia pada TA 1940-1941 dan dibuka secara resmi pada TA 1941-1942, maka pada TA 1941-1942 telah diangkat guru besar dan dosen di program studi Teknik Kimia di antaranya:
Sejak tanggal 1 September 1941, Ir. Thomas Karsten diangkat menjadi lektor luar biasa untuk Planologi.[119]
Pada tanggal 3 Oktober 1941, Prof. Ir. W. Lemei - guru besar baru untuk Bangunan, Sejarah Arsitektur dan Seni Dekoratif, Spesifikasi dan Estimasi, dan Perencanaan Kota membawakan orasi ilmiah yang berjudul "De bouwkunst in de 19de en 20ste eeuw".[120]
Menjelang akhir tahun 1941, Ir. J. L. B. Gribling diangkat menjadi guru besar untuk Teknik Mesin.[121]
Total guru besar pada tahun akademik ini ada enam belas orang yang terdiri dari 8 guru besar tetap, 1 guru besar sementara, dan 7 guru besar luar biasa yaitu:
Pada TA ini untuk kesembilan belas kalinya TH Bandung meluluskan insinyur sipil, yaitu sebanyak 14 insinyur sipil dari 17 kandidat yang mengikuti ujian akhir. Satu kandidat tidak lulus dan dua kandidat dikenakan ujian ulangan.[122] Hingga bulan Desember 1941 TH Bandung sudah menghasilkan 223 insinyur.[note 15] Di antara insinyur muda tersebut adalah R. Abdul Kader, R. Aboeprajitno (kelak menjadi Direktur Djenderal Perusahaan Negara Kereta Api), dan R. Soemadyo (kelak menjadi salah satu pendiri, guru besar, dan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya 1968-1973).[122] Jumlah total insinyur pribumi yang diluluskan TH Bandung yang tercatat dalam artikel ini sebanyak 60 orang. Sementara pidato Prof. Posthumus tanggal 18 Oktober 1949 menyatakan jumlah lulusan sebesar 232 insinyur, terdiri dari 61 orang pribumi, 40 orang Tionghoa, dan 131 orang Eropa.[114]
Jumlah mahasiswa baru yang diterima pada tahun 1920 adalah 28 orang, tahun 1925 sebanyak 14 orang, dan tahun-tahun berikutnya berkisar antara 40-50 orang, kemudian meningkat pada tahun 1941 menjadi 117 orang, dan pada tahun 1942 menjadi 132 orang.[114]
Total populasi mahasiswa pada tahun 1940 berjumlah di atas 200 orang.[114] Jumlah total mahasiswa yang pernah mendaftar sejak tahun 1920-1942 sebesar 1.014 orang.[114] Jumlah total lulusan insinyur sipil yang dihasilkan sebesar 232 orang, terdiri dari 61 orang Indonesia (26,29%), 40 orang Tionghoa (17,24%), dan 131 orang Eropa (56,47%).[114]
TA | Mahasiswa baru | Lulusan/TA | Akumulasi lulusan |
---|---|---|---|
1920/1921 | 28 | ||
1921/1922 | 37 | ||
1922/1923 | 42 | ||
1923/1924 | 18 | 12 | 12 |
1924/1925 | 30 | 8 | 20 |
1925/1926 | 14 | 20 | 40 |
1926/1927 | 23 | 14 | 54 |
1927/1928 | 16 | 8 | 62 |
1928/1929 | 33 | 10 | 72 |
1929/1930 | 40 | 6 | 78 |
1930/1931 | 44 | 9 | 87 |
1931/1932 | 49 | 10 | 97 |
1932/1933 | 38 | 14 | 111 |
1933/1934 | 48 | 10 | 121 |
1934/1935 | 47 | 12 | 133 |
1935/1936 | 48 | 8 | 141 |
1936/1937 | 44 | 20 | 161 |
1937/1938 | 51 | 17 | 178 |
1938/1939 | 55 | 12 | 190 |
1939/1940[note 16] | 60 | 12 | 202[note 17] |
1940/1941 | 115 (+ 3 mahasiswa tingkat 2) | 7 | 209 |
1941/1942 | 132 | 15 | 224 |
Jumlah | 1.015[note 18] | 224[note 18] | rata-rata 11,7 per tahun |
Hingga saat ditutupnya TH, telah berdiri sejumlah gedung dan laboratorium yang selain dibangun oleh KIHTONI dan pemerintah, juga dibangun oleh departemen atau kepemilikan institusi lain, yang bertujuan memudahkan kerja sama ilmiah dengan TH sebagai lembaga pendidikan tinggi. Gedung dan laboratorium sesuai urutan waktu pembangunan sebagai berikut:
No. | Tanggal | Promovendus | Judul | Promotor | Keterangan |
---|---|---|---|---|---|
1. | 7 April 1925 | Dr.(HC) J. W. Ijzerman | Prof. Ir. Jan Klopper | Doktor Honoris Causa[61] | |
2. | 9 Oktober 1930 | Dr. Ir. Nicolaas Hendrik van Harpen | "De electrometrische bepaling van de waterstofionenconcentratie in de latex van Hevea brasiliensis en hare toepassing op technische vraagstukken" (Penentuan elektrometri konsentrasi ion hidrogen dalam lateks Hevea brasiliensis, dan penggunaannya pada masalah teknis) | Prof. Ir. W. H. A. van Alphen de Veer | Doktor Ilmu Teknik[66] |
3. | 30 Mei 1939 | Dr. Ir. W. J. van Blommestein | "Een nieuw pompsysteem in Nederlansch -Indië voor irrigatie en ontwatering" (Sistem pompanisasi baru di Hindia Belanda untuk irigasi dan drainase) | Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh dan Prof. Ir. J. W. F. C. Proper | Doktor Ilmu Teknik |
4. | 19 November 1940 | Dr. Ir. J. A. Wiesebron | "Psychometrisch onderzoek aangaande het behaaglijkheidsgevoel in Nederlandsch-Indië"[pranala nonaktif permanen] (Penelitian psikometri tentang tingkat kenyamanan di Hindia Belanda) | Prof. Dr. Ir. Cornelis Pieter Mom dan Prof. Dr. Herman Robert Woltjer | Doktor Ilmu Teknik[110] |
No. | Nama | Bidang | Waktu | Keterangan |
---|---|---|---|---|
1. | Prof. Ir. Jan Klopper | Mekanika | 16 September 1919-15 Juni 1925 | GBT: 16 September 1919[2] |
2. | Prof. Dr. Jacob Clay | Fisika | 1 Januari 1920-4 September 1929 | GBT: 1 Januari 1920[2] |
3. | Prof. Dr. Willem Boomstra | Matematika | 1 Maret 1920-1947 | GBT: 1 Maret 1920[2][127] |
4. | Prof. Ir. Richard Leonard Arnold Schoemaker | Bangunan | Januari 1921-Mei 1924 2 Agustus 1938-1939[note 29] | GBLB: 11 Oktober 1920; GBT: 29 April 1921[7] |
5. | Prof. Ir. Walther Henri Anton van Alphen de Veer | Pengetahuan dan Penelitian Bahan Bangunan | 1 Januari 1921-Januari 1935 | GBLB: 1 Januari 1921[9][89] |
6. | Prof. Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos | Hidrolika, Bangunan Air, Bangunan Jalan dan Jembatan | Juni 1921-16 Juni 1934 | GBT: Juni 1921[9][18][note 20] |
7. | Prof. Dr. Ir. Johan Herman Adolf Haarman | Bangunan Jalan dan Jembatan | 1 Juli 1921-1 Maret 1928 | GBLB: 1 Juli 1921[19] |
8. | Prof. Ir. Gerardus Henricus Maria Vierling | Teknik Mesin | 1 Juli 1921-30 Juni 1929 | GBLB: 1 Juli 1921[7][9][18] |
9. | Prof. Ir. Jelte Nicolaas van der Ley | Teknik Elektro | 1 Januari 1922-20 September 1934 | GBLB: 1 Januari 1922[22][88] |
10. | Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker | Bangunan, Sejarah Arsitektur dan Seni Dekoratif, Spesifikasi dan Estimasi, dan Perencanaan Kota | 1 Januari 1922-31 Desember 1940 | GBLB: 1 Januari 1922; GBT: 1 September 1924[24] |
11. | Prof. Ir. Johan Hildebrand George Schepers | Ilmu Ukur Tanah/Surveying, Perataan/Levelling dan Geodesi | Maret 1922-3 April 1939 | GBLB: 1 Juli 1921,[7] baru efektif pada bulan Maret 1922[21] |
12. | Prof. Ir. Hendrik van Breen | Bangunan Air | November 1922-3 Mei 1930 | GB: 11 Januari 1922;[128] efektif November 1922[74] |
13. | Mayor Jenderal (Purn) Prof. dr. Hendricus Marinus Neeb | Teknik Higiene/Lingkungan | 1 Juli 1922-30 Juni 1931 | GBLB: 1922[75] |
14. | Prof. Mr. Adolf Henri Walkate | Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum Dagang | 1 Juli 1923-31 Mei 1924 | GBLB: TA 1923/1924[29] |
15. | Prof. Ir. Pieter Nicolaas Max | Bangunan Jalan dan Jembatan | Oktober 1924-8 November 1930 | GBLB: 18 Oktober 1924[41][70][72] |
16. | Prof. Mr. Dr. Harmen Westra | Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum Dagang | Oktober 1924-20 Mei 1931 | GBLB: 18 Oktober 1924[41] |
17. | Prof. Ir. Albert Sybrandus Keverling Buisman | Mekanika | 1 Juli 1925-30 Juni 1926 1939-20 Februari 1944 | GLBB: 1 Juli 1925[129][note 30] |
18. | Prof. Ir. Cornelis Gijsbert Jan Vreedenburgh | Mekanika; Bangunan Pelabuhan dan Pekerjaan Maritim; Teknologi Sanitasi | 30 Juni 1926-26 Juli 1939 | GB: 2 Juni 1926[45][102] |
19. | Prof. Dr. Johann Heinrich Adolf Logemann | Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi Negara | 5 Juli 1926-31 Maret 1927 | pengganti sementara |
20. | Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard | Bangunan Jalan dan Jembatan; Bangunan Pelabuhan dan Pekerjaan Maritim | 1 Juli 1928-September 1947 | GB: 1 Juli 1928[54][note 31] |
21. | Prof. Ir. Cornelis Benjamin Biezeno | Mekanika Terapan | Mei 1929-Mei 1930 | GB: Mei 1929[58][131] |
22. | Prof. Dr. Herman Robert Woltjer | Fisika | Juni 1929-1947 | GBT: Juni 1929[2][127] |
23. | Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger | Bangunan Air | 17 September 1931- | GBT: 17 September 1931 |
24. | Prof. Dr. Ir. Cornelis Pieter Mom | Higiene dan Teknologi Sanitasi | 18 Desember 1931- | GBLB: 18 Desember 1931 |
25. | Prof. Mr. Dr. Martin August Gustav Harthoorn | Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum Dagang | 23 Maret 1932-11 Februari 1941 | GBLB: 23 Maret 1932[24] |
26. | Prof. Ir. Johannes Wilhelmus Franciscus Cornelis Proper | Bangunan Air | 21 Desember 1934-1 Januari 1949 | GBT: 21 Desember 1934[109][132] |
27. | Prof. Ir. Willem Jan Thomas Amons | Pengetahuan Bahan Bangunan dan Kimia Analitik | 1 April 1935- | GBLB Pengetahuan Bahan Bangunan: 1 April 1935[88] ; GB Kimia Analitik: 1 Agustus 1941 |
28. | Prof. Ir. Wilhelmus Kamp | Bangunan Air | 18 Juli 1938-31 Juli 1939 | Sementara menggantikan Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger yang cuti keluar negeri |
29. | Prof. Mr. Nicolaas Selhorst Blom | Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum Dagang | 1 April-Juni 1941 | GBLB: 1 April 1941[24] |
30. | Prof. Ir. Pieter Hendrik Poldervaart | Ilmu Ukur Tanah/Surveying, Perataan/Levelling dan Geodesi | 23 Mei 1941- | GBLB: 23 Mei 1941 |
31. | Prof. Mr. Willem Frederik Prins | Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara dan Hukum Dagang | 29 Juli 1941 | GBLB: 29 Juli 1941 |
32. | Prof. Ir. Wijnand Lemei | Bangunan, Sejarah Arsitektur dan Seni Dekoratif, Spesifikasi dan Estimasi, dan Perencanaan Kota | 28 Juni 1941- | GB: 28 Juni 1941[24] |
33. | Prof. Dr. Kees Posthumus | Kimia Anorganik dan Kimia Fisik | 1 Agustus 1941- | GBLB: 1 Agustus 1941 |
34. | Prof. Ir. Marie Eugene Akkersdijk | Mineralogi | 1 Agustus 1941- | GBLB: 1 Agustus 1941 |
35. | Prof. Dr. Johan Kornelis Baars | Kimia Organik | 1 Agustus 1941- | GBLB: 1 Agustus 1941 |
36. | Prof. Dr. Ir. Geert Otten | Teknik Mesin | 1941- | GBLB: 1941 |
37. | Prof. Ir. Johannes Ludovicus Bernardus Gribling | Teknik Mesin | 1941- | GB: 1941 |
Dies ke | Hari, tanggal | Pembicara | Judul | Keterangan |
---|---|---|---|---|
1 | Sabtu, 2 Juli 1921 | Prof. Ir. R. L. A. Schoemaker | "Constructie, doelmatigheid en schoonheid in de bouwkunde Diarsipkan 2014-05-29 di Wayback Machine." (Konstruksi, efisiensi, dan keindahan dalam bangunan) | Bangunan |
2 | Sabtu, 1 Juli 1922 | Prof. Dr. Willem Boomstra | "De betekenis der meetkundige axioma's[pranala nonaktif permanen]" (makna aksioma yang geometris) | Matematika |
3 | Sabtu, 30 Juni 1923 | Prof. Dr. Ir. Johan Herman Adolf Haarman | "De berekening van ijzeren bruggen en de richting, waarin die zich ontwikkelt[pranala nonaktif permanen]" (perhitungan dari jembatan besi, dan ke arah mana ia mengembang) | Bangunan Jalan dan Jembatan |
4 | Selasa, 1 Juli 1924 | Pada Dies Natalis ke-4 tidak ada orasi ilmiah, sehubungan dengan wisuda insinyur untuk pertama kalinya, ada banyak pidato yang disampaikan lebih dari biasanya. | ||
5 | Sabtu, 4 Juli 1925 | Prof. Ir. Walther Henri Anton van Alphen de Veer | "De ontwikkeling van onze kennis van de bouwmaterialen[pranala nonaktif permanen]" (perkembangan pengetahuan dalam bahan bangunan) | Pengetahuan dan Penelitian Bahan Bangunan |
6 | Sabtu, 3 Juli 1926 | Prof. Ir. Hendrik Christiaan Paulus de Vos | "Bevloeiing, welvaart en cultuur" (irigasi, kesejahteraan dan kebudayaan) | Bangunan Air |
7 | Sabtu, 2 Juli 1927 | Prof. Ir. Jelte Nicolaas van der Ley | "Electriciteits voorziening als factor in de menschelijke samenleving Diarsipkan 2014-08-21 di Wayback Machine." (penyediaan tenaga listrik sebagai salah satu faktor dalam kehidupan masyarakat) | Teknik Elektro |
8 | Sabtu, 30 Juni 1928 | Prof. Ir. G. H. M. Vierling | "Aandeel van de Nederlandsche technici in de ontwikkeling van stoommachine en motor voor scheepsbedrijf" (peran para teknisi Belanda dalam pengembangan turbin uap dan mesin kapal) | Teknik Mesin |
9 | Sabtu, 29 Juni 1929 | Prof. Mr. Dr. H. Westra | "Her-oriënteering der rechtswetenschap" (reorientasi ilmu hukum) | Administrasi Negara dan Hukum Dagang |
10 | Sabtu, 28 Juni 1930 | Prof. Ir. Charles P. Wolff Schoemaker | "De aesthetiek der architectuur en de kunst der modernen"[pranala nonaktif permanen] (estetika arsitektur dan seni dari gerakan modernisme) | Arsitektur |
11 | Sabtu, 4 Juli 1931 | Prof. dr. H. M. Neeb | "Hygiëne en gezondheidszorg in tropisch Nederland" (kebersihan dan pelayanan kesehatan di kawasan tropis Belanda) | Higiene dan Teknik Sanitasi |
12 | Sabtu, 2 Juli 1932 | Prof. Ir. J. H. G. Schepers | "Problemen der hoogere geodesie" (permasalahan higher geodesy - daerah yang lebih besar dari 50 x 50 km²) | Geodesi |
13 | Sabtu, 1 Juli 1933 | Prof. Ir. C. G. J. Vreedenburgh | "Grepen uit de ontwikkeling der mechanica" (menangani pengembangan mekanika) | Mekanika |
14 | Jumat, 3 Agustus 1934 | Prof. Ir. Paulus Pieter Bijlaard | "De factoren, die het materiaalverbruik in constructies beinvloeden[pranala nonaktif permanen]" (faktor yang mempengaruhi pemakaian bahan dalam konstruksi) | Bangunan Jalan dan Jembatan |
15 | Jumat, 2 Agustus 1935 | Prof. Dr. Herman Robert Woltjer | "Variaties in de cosmische straling" (berbagai macam radiasi kosmik) | Fisika |
16 | Jumat, 31 Juli 1936 | Prof. Mr. Dr. M. A. G. Harthoorn | "Sociaal economische ordening[pranala nonaktif permanen]" (perencanaan sosial-ekonomi) | Administrasi Negara dan Hukum Dagang |
17 | Sabtu, 14 Agustus 1937 | Prof. Ir. Jan Jacob Iman Sprenger | "Het Suez-kanaal: Eenige zijner ingenieursproblemen[pranala nonaktif permanen]" (Terusan Suez: Beberapa permasalahan rekayasa) | Bangunan Air |
18 | Jumat, 29 Juli 1938 | Prof. Dr. Ir. Cornelis Pieter Mom | "De bacteriën en de hygiëne[pranala nonaktif permanen]" (bakteri dan kebersihan) | Higiene dan Teknologi Sanitasi |
19 | Jumat, 28 Juli 1939 | Prof. Ir. J. W. F. C. Proper | "Water-, zand- en grindbewegingen bij watervangen Diarsipkan 2014-09-08 di Wayback Machine." (pergerakan air, pasir dan kerikil dalam saluran intake air) | Bangunan air |
20 | Kamis, 1 Agustus 1940 | Pada Dies Natalis ke-20 tidak ada orasi ilmiah. | ||
21 | Jumat, 1 Agustus 1941 | Prof. Ir. W. J. Th. Amons | "Corrosieverschijnselen[pranala nonaktif permanen]" (gejala korosif) | Kimia Analitik dan Pengetahuan Bahan Bangunan |
Seamless Wikipedia browsing. On steroids.
Every time you click a link to Wikipedia, Wiktionary or Wikiquote in your browser's search results, it will show the modern Wikiwand interface.
Wikiwand extension is a five stars, simple, with minimum permission required to keep your browsing private, safe and transparent.