Mahathir Mohamad
Perdana Menteri Malaysia keempat dan ketujuh / From Wikipedia, the free encyclopedia
Tun Dr. Mahathir bin Mohamad (Melayu: [maˈhaðɪr bɪn moˈhamad], Jawi: محاضير بن محمد; lahir 10 Juli 1925 ) adalah seorang dokter dan politikus senior berkebangsaan Malaysia yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia dari tahun 1981 sampai 2003 dan kembali terpilih untuk kedua kalinya dari tahun 2018 hingga 2020, menggantikan Najib Razak sekaligus mengakhiri kekuasaan Barisan Nasional selama 60 tahun terakhir di Malaysia.[2] Dalam buku "A Doctor in the House: Memoirs of Tun Dr. Mahathir Mohamad" (bahasa Indonesia: Dokter Umum: Memoir Tun Dr. Mahathir Mohamad), Mahathir menuliskan sebuah pengakuan bahwa tanggal kelahiran sebenarnya adalah 10 Juli 1925, tetapi ayahnya mengubah tanggal kelahirannya pada akta kelahiran sebagai 20 Desember 1925 untuk memudahkan urusan pendaftaran sekolah. Menggunakan kata "Che Det" sebagai nama pena, ia menulis artikel pertama yang diterbitkan oleh surat kabar The Straits Times di Singapura pada 20 Juli 1947 yang berjudul "Malay Women Make Their Own Freedom" (bahasa Indonesia: Perempuan Melayu Membuat Kebebasan Mereka Sendiri).
Mahathir Mohamad | |
---|---|
محاضير محمد | |
Perdana Menteri Malaysia ke-4 dan ke-7 | |
Masa jabatan 10 Mei 2018 – 24 Februari 2020 Penjabat Perdana Menteri sampai 1 Maret 2020 | |
Penguasa monarki |
|
Wakil | Wan Azizah Wan Ismail |
Masa jabatan 16 Juli 1981 – 30 Oktober 2003 | |
Penguasa monarki |
|
Wakil |
|
Wakil Perdana Menteri Malaysia ke-4 | |
Masa jabatan 5 Maret 1976 – 16 Juli 1981 | |
Penguasa monarki |
|
Perdana Menteri | Hussein Onn |
Sekretaris Jenderal Gerakan Non-Blok ke-21 | |
Masa jabatan 20 Februari 2003 – 30 Oktober 2003 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Mahathir bin Mohamad 10 Juli 1925 (umur 98) Alor Setar, Kedah, Malaya Britania |
Kewarganegaraan | Malaya Britania, 1925–1957 Malaysia, sejak 1957 |
Kebangsaan | Malaysia |
Partai politik |
|
Afiliasi politik lainnya |
|
Tinggi badan | 170 m (557 ft 9 in)[1] |
Suami/istri | |
Anak |
|
Orang tua |
|
Kerabat | Ismail Mohamad Ali (kakak ipar) |
Pendidikan | Sekolah Tinggi Sultan Abdul Hamid |
Alma mater | Universitas Nasional Singapura |
Pekerjaan | |
Profesi | Dokter |
Nama pena | Che Det |
Tanda tangan | |
Situs web | Situs web resmi |
Mahathir Mohamad di Parlemen Malaysia | |
Sunting kotak info • L • B | |
Sebagai perdana menteri, Mahathir telah menjabat selama 22 tahun sejak penobatannya hingga menyatakan pensiun dari politik pada tahun 2003. Meski telah berjanji tidak akan terlibat kembali dalam politik, ia sebenarnya tidak benar-benar meninggalkan panggung politik dan terus mengungkapkan pendapat yang kuat melalui blognya, termasuk mengkritik Abdullah Ahmad Badawi dan Najib Razak selama mereka memimpin pemerintahan.[3] Pada 2016, ia mendirikan Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) bersama Mukhriz Mahathir dan Muhyiddin Yassin, serta menjabat sebagai ketua umumnya, sampai pada akhirnya ia kembali memimpin Malaysia sebagai perdana menteri pada tahun 2018. Mahathir pada tanggal 24 Februari 2020 harus merelakan jabatannya setelah kehilangan dukungan dari partai yang telah dibentuknya hingga berujung pada pemberhentian sebagai anggota partai. Ia tetap bersikukuh membangun kembali partai politik berlandaskan etnis Melayu dengan nama Partai Pejuang Tanah Air (Pejuang).[4]
Kiprahnya di pemerintahan dimulai ketika Mahathir ditunjuk oleh Perdana Menteri Abdul Razak Hussein untuk menduduki jabatan Menteri Pendidikan Malaysia pada tanggal 5 September 1974, hingga digantikan oleh Musa Hitam pada 31 Desember 1977. Pada 1976 sampai 1981, ia duduk sebagai Wakil Perdana Menteri Malaysia dan merangkap sebagai menteri pendidikan. Berbagai kursi di kementerian telah ia emban, seperti Menteri Perdagangan dan Industri, Menteri Pertahanan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Keuangan. Pada 2 Januari 2020, Maszlee Malik yang saat itu menjabat menteri pendidikan mengumumkan pengunduran dirinya,[5] sehingga Mahathir menunjuk dirinya sendiri untuk menjabat sebagai Menteri Pendidikan sementara hingga dirinya bersama anggota kabinetnya mundur pada 24 Februari 2020 menyusul krisis politik yang melanda Malaysia.