Lampung

provinsi di Pulau Sumatra, Indonesia Dari Wikipedia, ensiklopedia bebas

Lampungmap

Lampung adalah sebuah provinsi di bagian ujung selatan Pulau Sumatra, Indonesia. Ibu kota provinsi ini terletak di Kota Bandar Lampung.[13] Provinsi ini memiliki dua kota, yaitu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro, serta 13 kabupaten. Secara geografis, provinsi ini berbatasan dengan Samudra Hindia di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah timur, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu di sebelah utara, serta Selat Sunda di sebelah selatan.

Fakta Singkat Transkripsi bahasa daerah, β€’ Kaganga ...
Lampung
Transkripsi bahasa daerah
 β€’ Kagangaπžœπžœ‚πžœ”πžœ‹πžœ•πžœ™πžœ‰πžœ”πžœ™πžœŽπžœ—πžœπžœŒπžœœπžœŠπžœ”πžœ–
 β€’ Hanacarakaꦏꦒꦸꦧꦼꦂꦀꦸꦂꦫꦀ꧀ꦭꦩ꧀κ¦₯ꦸꦁ
Thumb
Thumb
Thumb
Thumb
Thumb
Thumb
Thumb
Thumb
Dari atas, kiri ke kanan; Tugu Siger, Rumah Nuwo Sesat, Pulau Pahawang, Gunung Anak Krakatau, Harimau sumatra di Bukit Barisan, Penari Bedana, Pantai Gigi Hiu Tanggamus, dan Pelabuhan Bakauheni.
Thumb
Motto: 
πžœ‘πžœ–πžœ‹πžœ”πžœŒπžœ“πžœŽπžœ”πžœπžœ…πžœ”πžœŽπžœ˜
Sang Bumi Ruwa Juray
(Lampung) Satu wilayah yang ditinggali oleh dua masyarakat adat Lampung: Say Batin dan Pepadun
Thumb
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUndang-Undang Nomor 14 Tahun 1964
Hari jadi18 Maret 1964 (umur 61)
Ibu kotaKota Bandar Lampung
Kota besar lainnyaKota Metro
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 13
  • Kota: 2
  • Kecamatan: 228
  • Kelurahan: 205
  • Pekon/tiyuh/kampung/desa: 2.449
Pemerintahan
 β€’ GubernurRahmat Mirzani Djausal
 β€’ Wakil GubernurJihan Nurlela
 β€’ Sekretaris DaerahFahrizal Darminto[1]
 β€’ Ketua DPRDAhmad Giri Akbar
Luas
 β€’ Total33.553,55 km2 (12,955,10 sq mi)
Populasi
 β€’ Total9.176.546
 β€’ Peringkat8
 β€’ Kepadatan270/km2 (710/sq mi)
Demografi
 β€’ AgamaIslam 95,48%
Kristen 2,42%
- Protestan 1,51%
- Katolik 0,91%
Hindu 1,49%
Buddha 0,32%
Konghucu 0,01%
Lainnya 0,01%
Tidak diketahui 0,27%[5]
 β€’ Bahasa
 β€’ IPM 72,48 (2023)
tinggi[6]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
34xxx-35xxx
Kode area telepon
Daftar
  • 0721 β€” Kota Bandar Lampung β€” Gedong Tataan - Tegineneng (Kabupaten Pesawaran) β€” Natar - Jati Agung (Kabupaten Lampung Selatan)
  • 0722 β€” Kota Agung (Kabupaten Tanggamus)
  • 0723 β€” Blambangan Umpu (Kabupaten Way Kanan)
  • 0724 β€” Kotabumi (Kabupaten Lampung Utara)
  • 0725 β€” Kota Metro β€” Gunung Sugih (Kabupaten Lampung Tengah) β€” Sukadana (Kabupaten Lampung Timur)
  • 0726 β€” Menggala (Kabupaten Tulang Bawang) β€” Kabupaten Tulang Bawang Barat β€” Wiralaga Mulya (Kabupaten Mesuji)
  • 0727 β€” Kalianda (Kabupaten Lampung Selatan) β€” Punduh Pidada (Kabupaten Pesawaran)
  • 0728 β€” Kota Liwa (Kabupaten Lampung Barat) β€” Krui (Kabupaten Pesisir Barat)
  • 0729 β€” Pringsewu (Kabupaten Pringsewu)
Kode ISO 3166ID - LA
Pelat kendaraanBE
Kode Kemendagri18
Kode BPS18
APBDRp 8.333.594.479.430,- (2024 [7])
PADRp 4.936.497.456.098,- (2024[8])
DAURp 2.041.221.164.000,- (2024[9])
DAKRp 1.138.239.984.000,- (2024[10])
Slogan pariwisataThe Treasure of Sumatra[11]
Lagu daerah
Rumah adat
Senjata tradisional
Flora resmiCempaka telur[12]
Fauna resmiGajah sumatra[12]
Situs weblampungprov.go.id
Tutup

Provinsi Lampung memiliki dua pelabuhan utama, yaitu Pelabuhan Internasional Panjang dan Pelabuhan Penyebrangan Bakauheni, serta bandar udara utama yakni Bandara Internasional Radin Inten II yang terletak 28 km dari ibu kota provinsi, serta stasiun kereta api besar Tanjung Karang yang terletak di pusat ibu kota provinsi. Pada tahun 2022, penduduk Provinsi Lampung berjumlah 9,176,546 jiwa, dengan kepadatan 270 jiwa/km2.[3][2][4]

Sejarah

Ringkasan
Perspektif

Pada abad ke- 7 tahun 671 Masehi zaman pra-sejarah Lampung di Sumatra, Sriwijaya menguasai sebagian besar Asia Tenggara hingga abad ke-11 Masehi, di abad ke-13 tahun 1289 Masehi penyebaran Islam awal bermula dari Batu Brak di tengkuk gunung pesagi daerah hanibung yang ditandai dengan adanya peninggalan pra-sejarah hingga zaman sejarah yakni Dolmen dan Megalitikum tertua di tanah Lampung, lokasi ini secara administratif berada di wilayah Kabupaten Lampung Barat yang beribu kota di Liwa. Pada abad ke-16 Masehi Penyebaran Islam juga masuk dari Banten ke Tolang Pohwang, secara administratif berada di daerah Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.

Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-Undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan keresidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.

Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di Nusantara. Oleh karenanya, pada zaman VOC didapat dari berbagai sumber bahwasanya Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Perusahaan Hindia Timur) yang berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1800 selama abad ke-19 hingga abad ke-20, Hindia Belanda adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan Imperium Belanda. Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan para elite Belanda yang tinggi terpisah akan tetapi tetap berhubungan dengan penduduk pribumi yang dijajah oleh mereka, sedangkan istilah Indonesia digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun 1880 Masehi, nama Hindia Belanda tercatat dalam dokumen VOC pada awal tahun 1620 Masehi. Daerah Lampung sendiri tidak terlepas dari incaran penjajahan Belanda.

Lampung Tolang Pohwang kemungkinan besar pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda, setidaknya sampai abad ke-16. Sebelum akhirnya Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Sultan Banten yakni Sultan Ageng Tirtayasa, lalu tidak mengambil alih kekuasaan atas Lampung. Hal ini dijelaskan dalam buku The Sultanate of Banten karya Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:

"From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region".[14]

Di bawah pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa (1651–1683) Banten berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi VOC di perairan Jawa, Sumatra dan Maluku. Dalam masa pemerintahannya, Sultan Ageng berupaya meluaskan wilayah kekuasaan Banten yang terus mendapat hambatan karena dihalangi VOC yang bercokol di Batavia. VOC yang tidak suka dengan perkembangan Kesultanan Banten mencoba berbagai cara untuk menguasainya termasuk mencoba membujuk Sultan Abu Nashar Abdul Qahar, Putra Sultan Ageng untuk melawan Ayahnya sendiri.

Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, Sultan Abu Nashar Abdul Qahar meminta bantuan VOC dan sebagai imbalannya ia menjanjikan akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada VOC. Akhirnya pada tanggal 7 April 1682 Sultan Ageng Tirtayasa disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi Sultan Banten.

Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan Sultan Abu Nashar Abdul Qahar menghasilkan sebuah piagam dari Sultan Abu Nashar Abdul Qahar tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.

Pada tanggal 29 Agustus 1682 iring-iringan armada VOC dan Banten membuang sauh di Tanjung Tiram. Armada ini dipimpin oleh Vander Schuur dengan membawa surat mandat dari Sultan Abu Nashar Abdul Qahar yang mewakili Sultan Banten. Ekspedisi Vander Schuur yang pertama ini tidak berhasil dan ia tidak mendapatkan lada yang dicarinya. Perdagangan langsung antara VOC dengan Lampung mengalami kegagalan disebabkan karena tidak semua penguasa di Lampung langsung tunduk begitu saja kepada kekuasaan Sultan Abu Nashar Abdul Qahar yang bersekutu dengan kompeni, sebagian mereka masih tidak mengakui Sultan Ageng Tirtayasa sebagai Sultan Kerajaan Banten dan menganggap kompeni tetap sebagai musuh.[15] Sementara itu timbul keraguan dari VOC mengenai status penguasaan Lampung di bawah Kekuasaan Kesultanan Banten, yang kemudian baru diketahui bahwa penguasaan Banten atas Lampung tidaklah mutlak.

Thumb
Logo Distrik Keresidenan Bandar Lampung (Oosthaven) saat era penjajahan Belanda

Penempatan wakil-wakil Sultan Banten di Lampung yang disebut "jenangan" atau kadang-kadang disebut gubernur hanyalah dalam mengurus kepentingan perdagangan hasil bumi (lada). Sedangkan para penguasa hasil bumi Lampung asli yang terpencar pada tiap-tiap desa atau kota yang disebut "adipati" secara hierarki tidak berada di bawah koordinasi penguasaan jenangan/gubernur. Disimpulkan penguasaan Sultan Banten atas Lampung hanya dalam hal garis pantai Banten saja dalam rangka menguasai monopoli arus keluarnya hasil bumi terutama lada. Dengan demikian jelas hubungan Banten-Lampung adalah dalam hubungan saling membutuhkan satu dengan lainnya.

Selanjutnya pada masa Raffles berkuasa pada tahun 1811 ia tidak menduduki daerah Semangka dan tidak mau melepaskan daerah Lampung kepada Belanda karena Raffles beranggapan bahwa Lampung bukanlah jajahan Belanda. Namun setelah Raffles meninggalkan Lampung baru kemudian tahun 1829 ditunjuk Residen Belanda untuk Lampung. Kebesaran seorang Raffles terendus sejak dirinya berusia 14. Di masa remaja itu Raffles harus menggantikan peran ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Sir Thomas Stamford Bingley Raffles (lahir di Jamaica, 6 Juli 1781 – meninggal di London, Inggris, 5 Juli 1826 pada umur 44 tahun) adalah seorang Gubernur-Letnan Hindia Belanda yang terbesar. Ia adalah seorang warga negara Inggris. Ia dikatakan juga pendiri kota dan negara kota Singapura.[16]

Geografi

Ringkasan
Perspektif

Topografi

Thumb
Peta Administrasi provinsi Lampung

Provinsi Lampung memiliki wilayah seluas 35.288,35 km2.[17] Wilayahnya terletak di antara 105Β°45'-103Β°48' BT dan 3Β°45'-6Β°45' LS. Daerah ini berada di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara berbatasan dengan provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda. Beberapa pulau termasuk dalam wilayah Provinsi Lampung, yang sebagian besar terletak di Teluk Lampung, di antaranya: Pulau Darot, Pulau Legundi, Pulau Tegal, Pulau Sebuku, Pulau Kelagian, Pulau Sebesi, Pulau Pahawang, Pulau Krakatau, Pulau Putus dan Pulau Tabuan. Ada juga Pulau Tampang dan Pulau Pisang di yang masuk ke wilayah Kabupaten Pesisir Barat.

Keadaan alam Lampung, di sebelah barat dan selatan, di sepanjang pantai merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau Sumatra. Di tengah-tengah merupakan dataran rendah. Sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut Jawa terus ke utara, merupakan perairan yang luas.

Gunung

Gunung-gunung yang puncaknya cukup tinggi, antara lain:[18]

Sungai

Sungai-sungai yang mengalir di Lampung menurut panjang dan daerah tangkapan airnya adalah sebagai berikut:

Way Seputih mengalir di daerah Kabupaten Lampung Tengah dengan anak-anak sungai yang panjangnya lebih dari 50 km adalah:

  • Way Terusan, panjang 175 km, c.a. 1.500 km2
  • Way Pengubuan, panjang 165 km, c.a. 1.143,78 km2
  • Way Pegadungan, panjang 80 km, c.a. 975 km2
  • Way Raman, panjang 55 km, c.a. 200 km2

Way Tulangbawang mengalir di kabupaten Tulangbawang dengan anak-anak sungai yang lebih dari 50 km panjangnya, di antaranya:

  • Way Kanan, panjang 51 km, c.a. 1.197 km2
  • Way Rarem, panjang 53,50 km, c.a. 870 km2
  • Way Umpu, panjang 100 km, c.a. 1.179 km2
  • Way Tahmy, panjang 60 km, c.a. 550 km2
  • Way Besay, panjang 113 km, c.a. 879 km2
  • Way Giham, panjang 80 km, c.a. 506,25 km2

Way Mesuji yang mengalir di perbatasan provinsi Lampung dan Sumatera Selatan di sebelah utara mempunyai anak sungai bernama Sungai Buaya, sepanjang 70 km dengan c.a. 347,5 km2. Sedangkan Way Sekampung mengalir di daerah kabupaten Tanggamus, Pringsewu, Pesawaran dan Lampung Selatan. Anak sungainya banyak, tetapi tidak ada yang panjangnya sampai 100 km. Hanya ada satu sungai yang panjangnya 51 km dengan c.a. 106,97 km2 ialah Way Ketibung di Kalianda. Beberapa kota di daerah provinsi Lampung yang tingginya 50 m lebih dari permukaan laut adalah: Tanjungkarang (96 m), Kedaton (100 m), Metro (53), Gisting (480 m), Negeri Sakti (100 m), Pringsewu (50 m), Pekalongan (50 m), Batanghari (65 m), Punggur (50 m), Padang Ratu (56 m), Wonosobo (50 m), Kedondong (80 m), Sidomulyo (75 m), Kasui (200 m), Sri Menanti (320 m) dan Kota Liwa (850 m).

Politik dan pemerintahan

Gubernur

Dewan Perwakilan

DPRD Lampung beranggotakan 85 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Lampung terdiri dari 1 Ketua dan 4 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Lampung yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2024 yang dilantik pada 2 September 2024 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Tanjung Karang di Gedung DPRD Provinsi Lampung.[20] Komposisi anggota DPRD Lampung periode 2024-2029 terdiri dari 8 partai politik dimana Gerindra adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 16 kursi, kemudian disusul oleh PDIP yang meraih 13 kursi serta Partai Golkar dan PKB yang masing-masing meraih 11 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Lampung dalam empat periode terakhir.[21][22][23][24]

Informasi lebih lanjut Partai Politik, Jumlah Kursi dalam Periode ...
Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2009-2014 2014-2019 2019-2024 2024-2029
PKB 5 Kenaikan 7 Kenaikan 9 Kenaikan 11
Gerindra 6 Kenaikan 10 Kenaikan 11 Kenaikan 16
PDI-P 11 Kenaikan 17 Kenaikan 19 Penurunan 13
Golkar 10 Steady 10 Steady 10 Kenaikan 11
PKS 7 Kenaikan 8 Kenaikan 9 Penurunan 7
PPP 3 Kenaikan 4 Penurunan 1 Penurunan 0
PAN 7 Kenaikan 8 Penurunan 7 Kenaikan 8
Hanura 6 Penurunan 2 Penurunan 0 Steady 0
Demokrat 14 Penurunan 11 Penurunan 10 Penurunan 9
NasDem (baru) 8 Kenaikan 9 Kenaikan 10
PKPB 4
PDK 2
Jumlah Anggota 75 Kenaikan 85 Steady 85 Steady 85
Jumlah Partai 11 Penurunan 10 Penurunan 9 Penurunan 8
Tutup

Kabupaten dan Kota

Demografi

Ringkasan
Perspektif

Suku bangsa

Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia di luar Pulau Jawa yang mayoritas penduduknya berasal dari etnis Jawa. Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 64,17% dari total populasi di Lampung merupakan orang Jawa. Penduduk asli Lampung, yaitu suku Lampung, menempati posisi kedua dengan populasi sebesar 13,56%. Sementara itu, suku Sunda berada di posisi ketiga dengan persentase 11,88%. Di posisi keempat dan kelima terdapat suku Melayu (5,64%) dan suku Bali (1,38%). Kelompok Melayu di Lampung terdiri dari berbagai subsuku, seperti Ogan, Semendo, dan Palembang. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2010, berikut ini adalah komposisi etnis atau suku bangsa di Provinsi Lampung:[28][29]

Informasi lebih lanjut No, Suku ...
No Suku Jumlah 2010 %
1 Jawa 4.865.330 64,17%
2 Lampung 1.028.190 13,56%
3 Sunda 901.087 11,88%
4 Melayu 427.326 5,64%
5 Bali 104.810 1,38%
6 Minangkabau 69.652 0,92%
7 Batak 52.311 0,69%
8 Tionghoa 39.979 0,53%
9 Bugis 21.054 0,28%
10 Lainnya 72.209 0,95%
Provinsi Lampung 7.581.948 100%
Tutup

Catatan: suku lainnya sudah termasuk beberapa suku seperti (Madura, Betawi, Komering, suku asal Bengkulu, Arab, suku asal Sumatera lainnya, Tamil India, dan lain-lain)

Bahasa

Masyarakat Lampung menggunakan berbagai bahasa, antara lain: Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, Bahasa Sunda, Bahasa Melayu Semendo, Bahasa Melayu Ogan, Bahasa Melayu Mesuji, Bahasa Melayu Palembang, Bahasa Batak, Bahasa Minangkabau, Bahasa Mandarin & Bahasa Tionghoa, Bahasa Madura dan rumpun bahasa Lampung.[30]

Agama

Agama di Lampung (2010)

  Islam (95.48%)
  Kristen Protestan (1.51%)
  Hindu (1.49%)
  Kristen Katolik (0.91%)
  Buddhisme (0.32%)
  Konfusianisme (0.01%)
  Lainnya (0.01%)
  Tidak diketahui (0.27%)

Provinsi Lampung memiliki keberagaman dalam hal agama. Islam merupakan agama mayoritas yang dianut oleh sebagian besar penduduk, termasuk suku Jawa, Lampung, Sunda, Melayu, Minangkabau, Bugis, serta sebagian kecil masyarakat Batak dan suku lainnya. Agama Kristen (Protestan dan Katolik) merupakan agama terbesar kedua di Lampung, dengan persentase 2,42% dari total populasi. Denominasi Protestan umumnya dianut oleh suku Batak, Jawa, serta sebagian masyarakat keturunan Tionghoa dan suku lainnya. Sementara itu, denominasi Katolik banyak dianut oleh masyarakat keturunan Tionghoa, Jawa, serta sebagian suku Batak dan kelompok lainnya. Agama Hindu mayoritas dianut oleh masyarakat dari suku Bali. Selain itu, Hindu juga dianut oleh sebagian kecil masyarakat keturunan India (Tamil) serta oleh sebagian suku Jawa. Agama Buddha terutama dianut oleh masyarakat keturunan Tionghoa, dengan sebagian kecil penganut dari suku Jawa. Sementara itu, agama Konghucu umumnya dianut oleh komunitas masyarakat Tionghoa.

Selain agama-agama tersebut, terdapat pula kelompok yang menganut kepercayaan, serta sebagian penduduk yang tidak terdata atau tidak diketahui afiliasi keagamaannya.[butuh rujukan]

Pendidikan

Sekolah-sekolah di Lampung terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA/SMK dan juga Perguruan tinggi baik negeri maupun swasta. Namun di artikel ini hanya akan menampilkan daftar perguruan tinggi saja, karena jumlah sekolah sangat banyak.

Perguruan Tinggi

Ekonomi

Masyarakat pesisir di Provinsi Lampung umumnya bekerja sebagai nelayan dan petani. Di beberapa daerah pesisir, sektor perikanan, terutama tambak udang, menjadi komoditas unggulan yang berkontribusi tidak hanya pada perekonomian nasional tetapi juga internasional. Sementara itu, masyarakat yang bermukim di daerah pedalaman umumnya mengandalkan sektor pertanian dengan menanam padi serta mengelola perkebunan lada, kopi, cengkih, kayu manis, dan komoditas lainnya. Lampung juga memiliki lahan yang dikembangkan untuk perkebunan skala besar, mencakup tanaman kelapa sawit, karet, padi, singkong, kakao, lada hitam, kopi, jagung, dan tebu.[butuh rujukan]

Selain sebagai daerah penghasil hasil bumi, Lampung juga berperan sebagai pusat perdagangan dan pelabuhan utama di Sumatra, mengingat posisinya sebagai pintu gerbang Pulau Sumatra dari Pulau Jawa. Hal ini mendorong pertumbuhan industri di berbagai wilayah, seperti Panjang, Natar, Tanjung Bintang, dan Bandar Jaya. Industri perikanan, khususnya tambak udang, merupakan salah satu yang terbesar di dunia setelah penggabungan usaha antara Bratasena, Dipasena, dan Wachyuni Mandira. Di sektor industri gula, Lampung memiliki kapasitas produksi mencapai 600.000 ton per tahun. Pada tahun 2007, pembangunan pabrik gula baru diresmikan untuk memperkuat industri gula di provinsi ini. Selain itu, industri agrobisnis di Lampung juga mencakup berbagai komoditas unggulan, seperti nanas, singkong, kelapa sawit, kopi robusta, lada, kakao, serta produk turunan lainnya seperti nata de coco.[butuh rujukan]

Seni dan budaya

Ringkasan
Perspektif

Sastra

Lampung menjadi lahan yang subur bagi pertumbuhan sastra, baik sastra (berbahasa) Indonesia maupun sastra (berbahasa) Lampung. Kehidupan sastra (Indonesia) di Lampung dapat dikatakan sangat ingar-bingar meskipun usia dunia kesusastraan Lampung relatif masih muda. Penyair dan seniman Lampung antara lain Thamrin Effendi, Isbedi ZS, A.M. Zulqornain, Sugandhi Putra, Djuhardi Basri, Naim Emel Prahana dan beberapa nama lainnya.

Barulah memasuki 1990-an kemudian Lampung mulai semarak dengan penyair-penyair seperti Iswadi Pratama, Budi P. Hatees, Panji Utama, Udo Z. Karzi, Ahmad Yulden Erwin, Christian Heru Cahyo, Oyos Saroso H.N., dan lain-lain. Menyusul kemudian Ari Pahala Hutabarat, Budi Elpiji, Rifian A. Chepy, Dahta Gautama dkk. Kini ada Dina Oktaviani, Alex R. Nainggolan, Jimmy Maruli Alfian, Y. Wibowo, Inggit Putria Marga, Nersalya Renata dan Lupita Lukman. Selain itu ada cerpenis Dyah Merta dan M. Arman AZ.

Leksikon Seniman Lampung (2005) menyebutkan tidak kurang dari 36 penyair/sastrawan Lampung yang meramaikan lembar-lembar sastra koran, jurnal dan majalah seantero negeri.

Tapis Lampung

Kain Tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung terbuat dari tenun benang kapas dengan motif atau hiasan bahan sugi, benang perak atau benang emas dengan sistem sulam (Lampung; "Cucuk").[31]

Dengan demikian yang dimaksud dengan Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.[32]

Tapis Lampung termasuk kerajian tradisional karena peralatan yang digunakan dalam membuat kain dasar dan motif-motif hiasnya masih sederhana dan dikerjakan oleh pengerajin. Kerajinan ini dibuat oleh wanita, baik ibu rumah tangga maupun gadis-gadis (muli-muli) yang pada mulanya untuk mengisi waktu senggang dengan tujuan untuk memenuhi tuntutan adat istiadat yang dianggap sakral. Kain Tapis saat ini diproduksi oleh pengrajin dengan ragam hias yang bermacam-macam sebagai barang komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.[32]

Setiap suku bangsa di Indonesia telah meninggalkan tanda yang menjadi ciri khas wilayah masing-masing. Salah satu jenis yakni kain tapis yang memiliki nilai estesis dari religi yang tinggi dan sudah dikenal di wilayah-wilayah lain bahkan sampai ke luar negeri. Kain tapis merupakan salah satu benda budaya karya masyarakat Lampung dari masa lampau yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik fisik maupun spiritual. Kain tapis yakni pakaian adat Lampung. Pakaian adat itu itak saja berpungsi sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam sekitar, tetapi juga berpungsi sebagai perhiasan, lambang kesucian, perlengkapan upacara sakral, bahkan merupakan lambang status social seseorang.[33]

Musik

Jenis musik yang masih bertahan hingga sekarang adalah Klasik Lampung. Jenis musik ini biasanya diiringi oleh alat musik gambus dan gitar akustik. Mungkin jenis musik ini merupakan perpaduan budaya Islam dan budaya asli itu sendiri. Beberapa kegiatan festival diadakan dengan tujuan untuk mengembangkan budaya musik tradisional tanpa harus khawatir akan kehilangan jati diri. Festival Krakatau, contohnya adalah sebuah Festival yang diadakan oleh Pemda Lampung yang bertujuan untuk mengenalkan Lampung kepada dunia luar dan sekaligus menjadi ajang promosi pariwisata.

Tarian

Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung contohnya Tari Sembah (atau Tari Sigeh Penguten) dan Tari Melinting. Ritual Tari Sembah biasanya diadakan untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan. Selain sebagai ritual penyambutan, Tari Sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung.

Media massa

Koran pertama di Lampung adalah Harian Tamtama (4 Oktober 1968). Pada awal dekade 1970-an terbit koran lokal Lampung, Pusiban, Indevenden, dan Post Ekonomi. Ketiganya kemudian bergabung menjadi Harian Lampung Post pada 1974. Sejak itu hingga menjelang era reformasi media yang ada yaitu Tamtama (kemudian berubah menjadi Lampung Ekspres) dan Lampung Post. Lampung Ekspres dimiliki Harun Muda Indrajaya, sedangkan Lampung Post pada awal 1990-an dibeli Surya Paloh.

Memasuki era reformasi banyak koran bermunculan. Namun, sebagian besar tirasnya kecil dan masih mengandalkan sumber pengasilan dari iklan dan anggaran pemerintah daerah. Pada 2002 hingga 2011, terbit media milik NGO. Media dalam bentuk majalah yang bernama Sapu Lidi diterbitkan oleh Komite Anti Korupsi (KoAk) Lampung yang kemudian mati seiring berhentinya program dari lembaga donor.

Lihat pula

Referensi

Pranala luar

Loading related searches...

Wikiwand - on

Seamless Wikipedia browsing. On steroids.